Tatkala Wulung Seta berpamitan dengan orang-orang Keraton Wedok Mulyo, Sri Kunting memasang wajah cerah dengan senyuman di bibir. Lalu katanya, "Terima kasih atas daging panggangnya. Perutku jadi lumayan kenyang. Dan soal Kakang Wulung Seta... sebenarnya dia bukan bermaksud bertanya tentang Bukit Watu Hatur... tetapi memang ingin diberi daging panggang itu...."
Wulung Seta tertawa berderai mendengar selorohan si gadis. Dengan kata lain diyakininya kalau Sri Kunting tidak lagi terbawa arus emosi dalam pikirannya. Kendati tak berani berpikir lebih jauh, namun Wulung Seta sudah cukup puas melihatnya kembali ceria seperti sediakala.
Beberapa kejap kemudian, sepasang remaja itu pun segera meninggalkan orang-orang Keraton Wedok Mulyo. Menyusuri malam dan terus melangkah. Dengan harapan, akan berhasil menemukan di mana Bukit Watu Hatur berada.
Di sepanjang perjalanan, Wulung Seta tersenyum cerah karena mendapati sikap Sri Kunting yang kembali ceria. Sementara itu, oran
"Bila memang batu yang jatuh tadi digulingkan oleh seseorang, sudah tentu orang itu tak ingin diketahui dia sudah berada dan menunggu di Puncak Kalimuntu. Mengingat, tak ada lagi sesuatu yang membahayakan. Dengan kata lain, orang itu tentu berharap agar kami menganggap batu itu jatuh begitu saja. Hmmm... apa akal sekarang?"Gandung Pulungan terdiam beberapa saat. Lalu tampak dia mendekati kedua temannya dan menyampaikan apa yang dipikirkannya. Kemudian sambungnya, "Kita mendaki dengan cara berbaris. Bila ada bahaya yang datang, kita akan bisa mengambil risiko dengan menggabungkan tenaga dalam. Saat kalian mendaki, alirkan tenaga dalam kalian ke dinding bukit ini dengan pergunakan ilmu 'Sungai Mengalir Membedah Diri'. Bila aku sudah tiba di Puncak Kalimuntu, kalian langsung bersalto dengan cara menjadikan tumpuan orang yang berada lebih dulu di atas. Dan langsung menyebar. Paham?"Setelah mendapati anggukan dari Kerta Sedayu dan Mangku Langit, Gandung Pulungan mendaki l
Mendengar ancaman orang yang bernada mengecilkan itu, membuat Gandung Pulungan bukan main gusarnya. Begitu pula dengan Kerta Sedayu yang bertubuh agak kurus dan Mangku Langit yang lebih pendek dari kedua temannya.Tak bisa menyembunyikan kemarahannya melihat orang yang telah membunuh Pangeran Wijayaharum akhirnya muncul juga, Gandung Pulungan berkata keras, "Ratu Kegelapan! Sebuah julukan yang cukup menggetarkan hati! Tetapi sayangnya, julukan itu akan terkubur di Puncak Kalimuntu! Lebih baik jangan berlaku bodoh!"Perempuan berpakaian warna biru langit itu menyeringai dengan menyipitkan mata."Ucapanmu sungguh penuh sesumbar!" makinya keras dengan dada bergerak cepat. Perlahan-lahan kaki kirinya digeser ke belakang, dengan kedua tangan dikepalkan. Terlihat kemudian sosok perempuan itu bergetar, namun pandangannya tetap tak berkedip. Rupanya dia memang tak mau membuang waktu dan segera mengalirkan tenaga dalam.Mendapati sikap lawan yang siap melancarkan
Lagi-lagi Gandung Pulungan mengambil tindakan cepat. Dengan kesigapan penuh dia menyambar tubuh Mangku Langit yang muntahkan darah seraya berkata, "Tahan amarahmu, karena amarah akan membuat kita menjadi bertambah kacau! Seperti yang dikatakan Ki Ageng Malaya, perempuan ini memang bukan orang sembarangan! Dan kita tidak bisa menghadapinya sendiri-sendiri!"Lalu dengan kepala ditengadahkan dan mata disipitkan, dia merandek dingin pada Ratu Kegelapan yang sedang menyeringai lebar, "Kau benar-benar tak pantas dikasihani! Kelancanganmu ini harus....""Justru kalian yang tak bisa memandang tingginya langit!" putus Ratu Kegelapan dingin. "Lebih baik melompat dari tempat ini sebelum aku yang melempar kalian satu persatu ke bawah!""Keparat betul! Biarlah aku mengulur waktu dulu sembari menunggu Kerta Sedayu dan Mangku Langit memulihkan tenaga!" kata Gandung Pulungan dalam hati.Lalu seraya maju dua tindak dia berkata, "Ratu Kegelapan... sisi kehidupan manusia te
Namun di saat yang genting bagi Mangku Langit, mendadak saja terdengar satu sentakan gelombang angin yang luar biasa dahsyatnya mengarah pada pukulan Ratu Kegelapan.Kematian yang hendak diturunkan perempuan berpakaian biru langit itu putus di tengah jalan setelah terdengar suara letupan yang sangat keras.Bummm!Sosok Ratu Kegelapan mundur lima tindak ke belakang dengan kedua mata terbeliak. Sesaat napasnya seolah terhenti begitu saja. Di lain saat terdengar desisannya pelan, tatkala melihat satu sosok tubuh yang tadi menghalangi serangannya dan berdiri di hadapan Mangku Langit yang rupanya telah jatuh pingsan akibat tak kuasa melindungi diri dari getaran dua benturan serangan dari dua orang itu, "Si Buta dari Sungai Ular...."-o0o-Orang yang tadi menahan serangan Ratu Kegelapan pada Mangku Langit memandang tak berkedip ke arah perempuan berpakaian warna biru langit itu. Sesaat pandangannya dialihkan pada Mangku Langit. Dan diam-diam dia mendesis
Habis bentakannya, kedua tangan perempuan yang di pakaian bagian atas dadanya sebelah kanan terdapat sulaman benang hijau bergambar mahkota ini, segera memutar kedua tangannya. Angin bergulung-gulung dahsyat mendadak saja melingkupi tubuhnya. Menyusul dilipatgandakan tenaga dalamnya dan kembali hendak melepaskan pukulan 'Rangkaian Kabut Kegelapan'.Si Buta dari Sungai Ular sesaat terkesiap melihat gulungan angin di sekitar tubuh Ratu Kegelapan. Dia pun segera mempersiapkan diri dengan jurus 'Terjangan Maut Ular Putih'.Begitu sosok berpakaian biru langit berkelebat lagi disertai suara menderu, pemuda dari sungai ular ini pun segera menghempos tubuh ke depan.Desss! Desss!Dua pasang tangan beradu di udara dan menimbulkan suara yang sangat keras. Ratu Kegelapan mengeluarkan seruan tertahan sambil melompat mundur. Keadaan yang sama pun menimpa Si Buta dari Sungai Ular. Namun begitu kakinya mendarat, dia segera menjejakkan kembali. Serta merta tubuhnya meles
MALAM merambat semakin jauh. Perjalanan malam seperti begitu lambat sekali, namun sebenarnya, tanpa disadari begitu meluncur cepat. Angkasa luas nampak gelap, tak satu pun bintang terang yang menaburinya.Arakan awan hitam yang bergulung mengikuti tiupan angin, seperti mematikan sinar bulan hingga bumi laksana berada dalam genggaman kebutaan. Dari salah sebuah ranggasan semak belukar yang terdapat di sebuah hutan kecil yang juga dinaun-gi kegelapan itu, terdengar suara napas panjang sahut-sahutan tak beraturan. Untuk beberapa saat suara napas yang dibaluri rintihan pelan dan cekikikan itu masih terdengar. Cukup keras karena suasana di sekitar tempat itu sepi. Yang terdengar hanyalah celoteh binatang malam yang unjuk gigi.Suara-suara yang terkadang diselingi rintihan, erangan dan cekikikan itu didengar oleh satu sosok tubuh yang segera menghentikan kelebatannya. Kepala orang ini celingukan dengan kedua telinga dipasang lebar-lebar. Sejurus kemudian terdengar gumamannya
Perempuan yang menampakkan payudaranya yang besar namun sudah kendor ini terdiam dengan pandangan lurus ke muka. Tak ada sesuatu yang menarik untuk dilihat kecuali jajaran pohon dan semak belukar yang dilingkupi malam.Belum lagi dia meneruskan kata batinnya, ranggasan semak belukar di belakangnya terdengar menguak. Menyusul satu sosok tubuh tinggi kurus dengan wajah cekung muncul. Begitu berdiri di dekatnya, tangan kurus lelaki yang mengenakan pakaian gombrang warna hitam bergaris merah itu sudah merangkulnya. Di tempat persembunyiannya, Maut Tangan Satu tersentak seraya menarik kepala ke belakang begitu mengenali orang yang barusan muncul dan merangkul tubuh si perempuan. "Iblis Lembah Ular! Benar dugaanku, kalau aku merasa pernah mendengar suaranya! Keparat! Setelah aku dikalahkan oleh Peri Gelang Rantai, tanpa kusangka kalau lelaki berkepala lonjong itu akan menemukanku sekaligus mengobatiku! Sedikit banyaknya aku memang berterima kasih kepadanya! Tetapi mendengar omongan
Iblis Lembah Ular terbahak lebar seraya menggelengkan kepalanya. "Sudah tentu tidak. Dengan kehadiranmu sebagai anak buah Raja Setan Seruling Maut, sudah tentu kita akan mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk bertemu dan memadu birahi. Bukankah begitu?"Kendati geram mendengar kata-kata Iblis Lembah Ular, Nenek Cabul hanya menganggukkan kepalanya seraya membatin, "Kau mulai membosankan rupanya! Bila aku sudah bertemu dengan Seruling Maut, akan kubunuh kau, Lelaki Keparat!"Mendapati anggukan perempuan tua yang masih memiliki tubuh montok tak kalah dengan gadis berusia belasan tahun, seringaian lebar makin terpampang di bibir Iblis Lembah Ular. Menyusul pandangannya yang berkilat-kilat saat berkata, "Dan yang terpenting sekarang, bukankah kita masih mempunyai waktu sebelum pagi datang untuk mengulanginya lagi?""Setan betul kata-katanya! Dia benar-benar mulai membosankan! Aku paling tidak suka mendengar kata-kata itu bila minatku untuk bercinta hilang! Teta
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana