MALAM merambat semakin jauh. Perjalanan malam seperti begitu lambat sekali, namun sebenarnya, tanpa disadari begitu meluncur cepat. Angkasa luas nampak gelap, tak satu pun bintang terang yang menaburinya.
Arakan awan hitam yang bergulung mengikuti tiupan angin, seperti mematikan sinar bulan hingga bumi laksana berada dalam genggaman kebutaan. Dari salah sebuah ranggasan semak belukar yang terdapat di sebuah hutan kecil yang juga dinaun-gi kegelapan itu, terdengar suara napas panjang sahut-sahutan tak beraturan. Untuk beberapa saat suara napas yang dibaluri rintihan pelan dan cekikikan itu masih terdengar. Cukup keras karena suasana di sekitar tempat itu sepi. Yang terdengar hanyalah celoteh binatang malam yang unjuk gigi.
Suara-suara yang terkadang diselingi rintihan, erangan dan cekikikan itu didengar oleh satu sosok tubuh yang segera menghentikan kelebatannya. Kepala orang ini celingukan dengan kedua telinga dipasang lebar-lebar. Sejurus kemudian terdengar gumamannya
Perempuan yang menampakkan payudaranya yang besar namun sudah kendor ini terdiam dengan pandangan lurus ke muka. Tak ada sesuatu yang menarik untuk dilihat kecuali jajaran pohon dan semak belukar yang dilingkupi malam.Belum lagi dia meneruskan kata batinnya, ranggasan semak belukar di belakangnya terdengar menguak. Menyusul satu sosok tubuh tinggi kurus dengan wajah cekung muncul. Begitu berdiri di dekatnya, tangan kurus lelaki yang mengenakan pakaian gombrang warna hitam bergaris merah itu sudah merangkulnya. Di tempat persembunyiannya, Maut Tangan Satu tersentak seraya menarik kepala ke belakang begitu mengenali orang yang barusan muncul dan merangkul tubuh si perempuan. "Iblis Lembah Ular! Benar dugaanku, kalau aku merasa pernah mendengar suaranya! Keparat! Setelah aku dikalahkan oleh Peri Gelang Rantai, tanpa kusangka kalau lelaki berkepala lonjong itu akan menemukanku sekaligus mengobatiku! Sedikit banyaknya aku memang berterima kasih kepadanya! Tetapi mendengar omongan
Iblis Lembah Ular terbahak lebar seraya menggelengkan kepalanya. "Sudah tentu tidak. Dengan kehadiranmu sebagai anak buah Raja Setan Seruling Maut, sudah tentu kita akan mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk bertemu dan memadu birahi. Bukankah begitu?"Kendati geram mendengar kata-kata Iblis Lembah Ular, Nenek Cabul hanya menganggukkan kepalanya seraya membatin, "Kau mulai membosankan rupanya! Bila aku sudah bertemu dengan Seruling Maut, akan kubunuh kau, Lelaki Keparat!"Mendapati anggukan perempuan tua yang masih memiliki tubuh montok tak kalah dengan gadis berusia belasan tahun, seringaian lebar makin terpampang di bibir Iblis Lembah Ular. Menyusul pandangannya yang berkilat-kilat saat berkata, "Dan yang terpenting sekarang, bukankah kita masih mempunyai waktu sebelum pagi datang untuk mengulanginya lagi?""Setan betul kata-katanya! Dia benar-benar mulai membosankan! Aku paling tidak suka mendengar kata-kata itu bila minatku untuk bercinta hilang! Teta
Sejenak Nenek Cabul memandanginya dalam-dalam dengan sorot mata tajam. Mendapati sikap Nenek Cabul, Iblis Lembah Ular nampak berusaha keras agar tidak terlihat keciutan hatinya. Dia berusaha agar Nenek Cabul mau menuruti keinginannya. Tetapi di luar dugaannya, Nenek Cabul justru menggelengkan kepala."Heei?" tercekat Iblis Lembah Ular melihatnya."Aku belum pernah mempergunakan Trisula Mata Empat. bahkan aku belum tahu kesaktian apa yang dimiliki oleh Raja Dewa. Keinginanku semula, mempergunakan senjata mustika ini bila gagal mendapatkan Seruling Gading. Tetapi sekarang, rasanya terlalu lama menunggu. Bukankah sekarang ada pemilik Trisula Mata Empat? Dan inilah sebenarnya saat yang tepat untuk mempergunakannya!"Habis membatin begitu perempuan cabul ini berkata, "Apa yang dikatakan kedua orang itu tentang seseorang yang tiba di sini membuatku penasaran.""Begitu pula denganku. Tetapi kita tak perlu mencari urusan dengan keduanya.""Tidak.""
"Celaka! Jurus simpananku 'Ular Masuk Sarang' ternyata tak banyak gunanya! Dia memiliki ilmu lebih tinggi ketimbang adik seperguruannya! Benar-benar keparat! Tak ada jalan lain kecuali mengadu jiwa dengannya sekarang! Dan... setan betul! Perempuan cabul itu. tetap berdiri di tempatnya tanpa kelihatan berniat membantuku!"Sementara itu. Peri Gelang Rantai sudah melompat menerjang dengan teriakan mengguntur. Terkejut alang kepalang Iblis Lembah Ular yang sedang mengatur napas. Dan tak ada jalan lain untuk menghindar kecuali memapaki. Dikawal teriakan yang tak kalah kerasnya, dia menerjang. Saat menerjang itu kaki kanannya mencuat ke atas, menyusul liukan tubuh dengan kedua jotosan mengarah pada kepala Peri Gelang Rantai Namun Peri Gelang Rantai bukanlah tokoh kemarin sore. Dia tahu dua rangkaian serangan susul menyusul itu hanyalah pancingan belaka. Karena serangan sesungguhnya terletak pada kaki kiri lawan. Makanya dia mendiamkan saja serangan itu seraya meneruskan serangan.
Sementara itu, diam-diam Nenek Cabul sudah mengeluarkan ilmu Penyanggah Tubuh Kuatkan Jiwa'. Dan tak membuang waktu lagi, dia sudah menerjang dahsyat. Saat tubuh lawan melabrak ke arahnya. Peri Gelang Rantai dapat merasakan perubahan serangan lawan. Segera saja dilipatgandakan tenaga dalamnya.Blaaarr! Blaarrr!Seketika tempat itu bergetar hebat, laksana diamuk ratusan gajah. Pepohonan kembali berjatuhan dan menimbulkan suara berdebam berkali-kali. Beberapa ranting dan dahannya beterbangan, lalu bertabrakan satu sama lain. Sementara tanah kembali rengkah dan debu-debu bertaburan.Terdengar seruan tertahan Nenek Cabul. Tatkala debu-debu yang berhamburan itu luruh, tampak perempuan berpakaian panjang kuning kebiruan itu terduduk sambil mendekap dadanya dengan tubuh bergetar. Kedua tangannya dirasakan ngilu luar biasa. Namun sorot matanya tajam mengkelap."Gila! Ilmu 'Penyanggah Tubuh Kuatkan Jiwa' ternyata tak mampu menghadapinya! Keparat betul!"Di
EMPAT buah sinar merah pekat yang sesaat menerangi hutan itu, menghantam dua buah pohon setelah sosok Peri Gelang Rantai membuang tubuh ke samping kanan.Blaaamm! Blaamm!Terdengar suara letupan keras begitu empat sinar merah tadi mengenai sasaran dua buah pohon, yang seketika langsung menghangus dan luruh menjadi debu! Bukan hanya Peri Gelang Rantai yang tercekat mendapati serangan ganas itu, sosok Raja Dewa yang sejak tadi memperhatikan tetap dengan kedua tangan di belakang pinggul pun terhenyak. Bahkan lelaki tua gagah berpakaian putih agak kusam ini sampai surut satu langkah."Sinar itu... seperti kukenali.... Sinar yang berasal dari Trisula Mata Empat," batin si kakek sambil mendongak dan mengarahkan pandangan pada Nenek Cabul. "Sinar itu seperti mencuat dari balik pakaian si perempuan cabul. Satu gebrakan maut yang bisa dilakukan oleh Trisula Mata Empat tanpa dipergunakan. Karena, benda itu akan.... Heeeiiii!" Raja Dewa memutus kata-katanya sendiri tatkala mendapati Nenek Cabul
Dengan menahan rasa nyeri di dadanya. Peri Gelang Rantai berkata sedikit gusar, "Apakah kau tetap tidak mau mempergunakan Anting Mustika Ratu! Di mana Ratu Iblis yang memiliki dan mempergunakannya dulu mampu menahan setiap serangan dari Trisula Mata Empat!"Raja Dewa menggelengkan kepalanya yang membuat Peri Gelang Rantai meradang. Terutama tatkala mendengar ejekan Iblis Lembah Ular yang kini sudah pulih dari kekagetannya mendapati betapa sak-tinya senjata di tangan Nenek Cabul."Kematian justru yang akan berpihak kepadamu, Perempuan Celaka! Dan kupikir, tak akan lama lagi kau segera menyusul adik seperguruanmu! Bila saja tubuhmu montok seperti yang dimiliki Peri Jelita, sudah tentu dengan senang hati aku akan menikmatinya kendati kau telah menjadi mayat!"Tanpa memperdulikan rasa nyeri di dadanya. Peri Gelang Rantai bangkit berdiri seraya menekan napas pada perutnya, tanda dia mencoba mengalirkan tenaga dalam pada dadanya. Namun sebelum dia bertindak atau bersu
Mendengar kata-kata orang, kebimbangan tampak makin menyelimuti wajah Nenek Cabul. Dadanya yang besar namun sudah kendor itu naik turun pertanda tak tenang. Matanya berkali-kali memandangi tangan kirinya sebatas pergelangan tangan yang memerah. Dan dia surut satu tindak tatkala dilihatnya warna merah itu mulai naik menjalar hingga batas siku!"Gila!" serunya tersentak.Sementara itu, Peri Gelang Rantai yang selesai bersemadi dan kini berdiri tegak dengan kaki sedikit dipentangkan di atas tanah, membatin, "Tak kusangka kalau Trisula Mata Empat memiliki satu kesaktian lain bila yang memegangnya tak dapat mengendalikan senjata mustika itu!""Raja Dewa! Aku tak percaya dengan segala omongan busukmu itu!" terdengar seruan Nenek Cabul seperti menjerit."Aku tidak menyalahkan! Tetapi, itu semua tergantung padamu sendiri! Bila kau....""Tutup mulutmu, lelaki tua keparatt!" !Rupanya, saking kalap dan bimbang, Nenek Cabul memutuskan untuk menyerang R
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana