“Aku lapar,” keluh Elisa begitu sampai di halte bus dengan bibir mengerucut. Tadinya, dia keluar dari kamar lebih awal dan berniat sarapan sebelum Stevan turun ke ruang makan, siapa sangka pria itu justru sedang menikmati santap paginya. “Kalau dipikir-pikir, kenapa tadi aku bilang akan makan dengan Bastian ya? Bagaimana kalau Stevan mengirim orang untuk membuntutiku dan ternyata dia tahu aku berbohong?” Elisa menutup wajahnya dengan tangan, menghentak-hentakkan kaki karena gemas sendiri. Entah kenapa, melihat Stevan acuh tak acuh seminggu ke belakang membuatnya kesal. Rasanya tersiksa. Lebih baik mendengar omelannya dibandingkan didiamkan begitu saja. “Menyebalkan sekali!” gerutu Elisa sambil menoleh ke kanan kiri, berharap menemukan kedai roti atau semacamnya di sekitar sana. Sayangnya, jauh panggang dari api. Tidak ada sama sekali. “Maafkan Mommy, Sayang. Nanti kita makan di kantin kampus ya,” ucap Elisa lirih sambil mengelus perut. Senyum penuh cinta terukir di wajahnya. Dia me
Last Updated : 2023-09-04 Read more