Home / Romansa / Jerat Gairah Paman Kekasihku / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Jerat Gairah Paman Kekasihku: Chapter 71 - Chapter 80

279 Chapters

Bab 71 - Tingkah Konyol Stevan

Elisa mengerjapkan mata, tercenung melihat aksi tiba-tiba itu. Ia menatap Stevan yang masih terpejam, menandakan kalau pria itu belum sadar. Ternyata dia mengigau. Stevan mendekap tangan Elisa erat-erat di depan dada, tak mengizinkan gadis itu bergerak sedikit pun dari sisinya. “Stevan …” “Aku tidak akan meminta apa pun. Tolong tetap di sini.” Satu bulir air mata keluar dari kelopak mata yang masih terpejam, membuat Elisa tidak tega menarik tangannya. Terlebih, suara Stevan yang begitu parau menambah rasa iba untuknya. Pria itu memang belum mendapatkan kesadarannya, tetapi yang diucapkan jelas menyuarakan keinginan yang tersimpan di alam bawah sadarnya. Beban yang selama ini disimpan seorang diri. “Bagaimana ini?” Elisa bimbang. Melihat wajah Stevan yang diliputi aura kesedihan, membuatnya tidak bisa mengabaikan pria itu. Terlepas dari luka dan sakit hati selama menjadi istrinya, Elisa merasa memiliki tanggung jawab kepada suaminya. Namun, urusan tugas akhir juga menggangguny
last updateLast Updated : 2023-08-31
Read more

Bab 72 - Parfum Pria di Tubuhnya

“Jam berapa ini?” gumam Elisa sambil meraba-raba jam digital di atas nakas. Wanita itu sibuk mengucek mata, berusaha mengumpulkan nyawa. Tubuhnya menegang saat menyadari tempatnya berada. “Bukankah ini kamar Stevan?! Kenapa ….” Elisa menoleh ke samping dan mendapati Stevan masih terlelap. Kepanikan semalam kembali terbayang. Beberapa tetes darah yang tercecer di selimut putih membuat Elisa terlonjak saat itu juga. “Astaga jarum infusnya terlepas!” seru Elisa sambil beranjak bangun dari posisinya, meraih tisu dan membersihkan darah di tangan Stevan. “Ceroboh sekali. Kenapa aku bisa tertidur saat menjaganya?!” Elisa berlari ke sisi lain kamar, meraih kotak P3K dengan cepat dan menutup luka itu dengan plester. “Apa demamnya sudah turun?” tanya Elisa sambil menempelkan punggung tangannya di kening Stevan. Kelegaan terlihat detik berikutnya. Suhu tubuh Stevan sudah normal. Terdengar ucapan syukur berkali-kali dari mulut Elisa bersama embusan napas yang menunjukkan kelegaan. Tangannya
last updateLast Updated : 2023-08-31
Read more

Bab 73 - Malaikat Bertopeng

 “Astaga!” Elisa mulai jengah dengan sikap Sera yang selalu ingin tahu kehidupan pribadinya. “Tidak bisakah kita memikirkan fashion show saja? Apa yang terjadi di sini?!”Sera susah payah mengendalikan emosinya, menekan rasa ingin tahu yang membuatnya hampir gila. Dia kehilangan Elisa yang dulu, bahkan merasa gadis itu menyimpan banyak rahasia darinya.“Karena kamu tidak mau mengatakannya, lebih baik aku bicara dengan Bastian.”Sera tidak bisa mencegah kepergian Elisa. Dia menyadari kesalahannya yang sudah terlalu ikut campur dengan kehidupan pribadi gadis itu. Padahal, dia hanya khawatir dan takut Elisa bertemu pria yang salah.Bastian segera menjelaskan apa yang terjadi. Dia mengumpulkan Elisa bersama mahasiswa lain untu
last updateLast Updated : 2023-09-01
Read more

Bab 74 - Tidak Salah Lagi!

 Tubuh Elisa membeku menatap pria dengan balutan busana rancangannya kini berdiri di belakang keempat model lainnya. “Stevan?” gumam Elisa hampir tanpa suara, mengenali punggung itu sebagai pria yang dirasa sangat amat tidak mungkin muncul di sana. “Tidak. Tidak. Tidak mungkin. Itu pasti bukan dia!”Gadis itu masih belum bisa bergerak, terus menatap tanpa berkedip pada pria yang menyembunyikan sebagian wajahnya di balik topeng ala pesta.“Elisa, persiapkan dirimu!”Sera muncul, mengalihkan atensi Elisa dan menghapus keringat dingin di kening. Setelahnya, dia sibuk mengoleskan pewarna bibir untuk menyembunyikan wajah pucat sahabatnya. “Ayo! Giliranmu keluar set
last updateLast Updated : 2023-09-01
Read more

Bab 75 - Hampir Ketahuan

 Langkah Stevan terhenti. Beberapa orang menghadangnya, meminta berfoto bersama. Meski pria itu berusaha menolak, tapi dia tetap terjebak di antara gadis-gadis yang sedari peragaan busana tadi terus memusatkan perhatian padanya.Hanya tinggal dua langkah lagi, Elisa bisa menggapai punggung Stevan. Ada begitu banyak pertanyaan yang ingin dia sampaikan pada pria itu. Bagaimana keadaannya? Ada demamnya benar-benar sudah turun? Kenapa dia bisa ada di sini?“Selamat, Elisa! Aku sangat bangga padamu!”Uluran tangan Elisa yang sedianya hampir menyentuh punggung Stevan, justru tak pernah sampai. Bastian tiba-tiba datang dan memeluknya begitu erat, bahkan membuat gadis 22 tahun itu kesulitan bernapas.Pria dengan topeng di wajah melirik sekilas, tapi tida
last updateLast Updated : 2023-09-02
Read more

Bab 76 - Terbakar Api Cemburu

 “Steve!”Tepat setelah Stevan meninggalkan hiruk pikuk fashion show, Shasa menghadangnya. Dia mengenali pria itu meski sebagian wajahnya tertutup topeng.“Kerja bagus, Kawan!” puji dosen muda itu, berusaha menepuk lengan Stevan yang merupakan temannya sewaktu kuliah di luar negeri. Sayangnya, justru tatapan sengit yang terlihat dari wajah pria itu. Dia terlihat marah.“Hey, ada apa dengan wajahmu?”Alih-alih menjawab pertanyaan Shasa, Stevan memilih pergi dari sana dan tidak menghiraukan wanita yang sudah memaksanya menjadi model untuk Elisa. Meskipun sebenarnya Stevan juga tidak akan tega melihat kegagalan gadis itu.“Kenapa?” tanya Shasa sambil mencekal tangan St
last updateLast Updated : 2023-09-02
Read more

Bab 77 - Pertengkaran Sengit Pertama Pasutri

 Elisa semakin tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Stevan.“Sia-sia saja membantumu, Elisa!” Gemeletuk gigi Stevan terdengar saling beradu. Tangannya terkepal di samping badan, menahan emosi yang sedari tadi tersembunyi.“Aku mendatangi Thomas dan bicara dengannya, meminta Yohan mengurus promosi pameran kali ini dan penjualan produk Miracle tempo hari, melibatkan Wina dan Shasa, tapi tetap saja kamu tidak bisa menghadapi Clara. Kamu bodoh atau sengaja membodohiku?!”Elisa terhenyak, mencerna setiap kata yang menyapa indra pendengarannya.“Kau sengaja tertidur di ranjangku agar aku merasa berhutang padamu? Apa semua yang sudah kulakukan itu tidak ada artinya di matamu?” tanya Stevan dengan nada sengit. “Kau tidak
last updateLast Updated : 2023-09-03
Read more

Bab 78 - Mereka Berhak Bahagia

 Berhari-hari suasana di antara Stevan dan Elisa disertai perasaan canggung. Terjadi perang dingin yang membuat keduanya tak pernah makan bersama. Elisa tak pernah keluar dari kamar, menenggelamkan diri membuat sketsa untuk melampiaskan emosinya.Dia hanya akan keluar setelah mendengar suara mobil Stevan meninggalkan pelataran. Pun saat malam tiba, dia tidak akan menunjukkan batang hidungnya saat Stevan sudah pulang kerja.Sikap Stevan juga kembali seperti awal hubungannya dengan Elisa. Bahkan, sekarang tatapan matanya jauh lebih dingin. Saat tidak sengaja berpapasan dengan Elisa di anak tangga, pria itu membuang muka. Stevan tidak bisa menampik rasa kecewa setiap kali mengingat hari-harinya dengan Elisa yang tak memiliki kenangan manis sama sekali, berbanding terbalik dengan Elisa dan Bastian yan
last updateLast Updated : 2023-09-03
Read more

Bab 79 - Merasa Tertolak

“Aku lapar,” keluh Elisa begitu sampai di halte bus dengan bibir mengerucut. Tadinya, dia keluar dari kamar lebih awal dan berniat sarapan sebelum Stevan turun ke ruang makan, siapa sangka pria itu justru sedang menikmati santap paginya. “Kalau dipikir-pikir, kenapa tadi aku bilang akan makan dengan Bastian ya? Bagaimana kalau Stevan mengirim orang untuk membuntutiku dan ternyata dia tahu aku berbohong?” Elisa menutup wajahnya dengan tangan, menghentak-hentakkan kaki karena gemas sendiri. Entah kenapa, melihat Stevan acuh tak acuh seminggu ke belakang membuatnya kesal. Rasanya tersiksa. Lebih baik mendengar omelannya dibandingkan didiamkan begitu saja. “Menyebalkan sekali!” gerutu Elisa sambil menoleh ke kanan kiri, berharap menemukan kedai roti atau semacamnya di sekitar sana. Sayangnya, jauh panggang dari api. Tidak ada sama sekali. “Maafkan Mommy, Sayang. Nanti kita makan di kantin kampus ya,” ucap Elisa lirih sambil mengelus perut. Senyum penuh cinta terukir di wajahnya. Dia me
last updateLast Updated : 2023-09-04
Read more

Bab 80 - Cara Memahami Stevan

“Elisa!” Suara Sera berhasil menghentikan langkah Elisa yang menuruni anak tangga setelah kabur dari Bastian. “Untukmu.” “Apa ini?” Elisa mengerutkan kening, menatap dokumen di tangan sahabatnya. “Ambillah. Aku sengaja kembali lagi ke ruang arsip untuk mengambilnya. Kulihat kamu tertidur di kelas. Kemungkinan besar kamu tidak tahu apa yang dosen perintahkan.” Elisa mengangguk. Dia memang tidak tahu apa saja yang terjadi di kelas. Suara orang-orang yang berbicara di depan tak ubahnya dengung lebah yang masuk telinga kanan dan keluar melalui telinga di sisi yan lain. “Kita harus membuat laporan pertanggungjawaban tugas akhir. Itu contoh laporan milik kakak tingkat kita yang su
last updateLast Updated : 2023-09-05
Read more
PREV
1
...
678910
...
28
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status