Semua Bab Jerat Gairah Paman Kekasihku: Bab 241 - Bab 250

279 Bab

Bab 241 - Memiliki Satu Sama Lain

 “Ra, dengarkan aku!”Alex yang bisa merasakan bahwa Clara benar-benar takut, menggenggam lengan atas gadis itu erat-erat, menghentikannya yang masih menceracau berbagai hal.“Dengar!” tegasnya sekali lagi. Butuh keberanian bagi Alex mendobrak paksa Clara yang sudah dibutakan oleh berbagai pemikirannya sendiri.“Semua yang kamu khawatirkan itu tidak akan pernah terjadi, Ra,” imbuhnya dengan tatap mata yang tajam, penuh keyakinan. Meski dirinya belum pernah berumah tangga, tapi dia harus bisa meyakinkan Clara kalau ketakutan-ketakutan itu tidak akan pernah menjadi nyata.Clara tertegun, menunggu ucapan berikutnya dari Alex.“Meskipun sekarang a
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-12
Baca selengkapnya

Bab 242 - Kedatangan Mantan Kekasih

 “Nona, bunga melati ini sudah mulai mekar. Apa Anda ingin menyimpannya di kamar? Aromanya menenangkan, baik untuk Anda dan calon buah hati Anda.”“Boleh.”Elisa tersenyum, menoleh ke arah Maria yang menghampirinya dengan sekuntum bunga melati yang terlihat sangat cantik. Kelopaknya masih basah oleh embun. Semerbaknya mewangi menyapa hidung.“Cantik sekali.” Elisa mengambil alih setangkai bunga itu dan menoleh ke sebelah kanan taman bunga di mana bunga-bunga yang lain tampak bermekaran. Namun, yang paling menonjol adalah pohon melati setinggi satu setengah meter yang dipenuhi bunga dan kuncup.“Anda ingin memetik bunganya sekarang, Nona?
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-13
Baca selengkapnya

Bab 243 - Berdamai dengan Masa Lalu

 “Mengambil dokumen?” tanya Elisa yang sedikit tertegun setelah Alex menghampirinya. Itu baru tiga puluh menit sejak kepergian Stevan bersama Mario, asisten pribadinya.“Ya. Paman lupa membawa dokumen yang ada di ruang kerja dan menyuruhku mengambilnya di rumah. Kebetulan posisiku masih dekat, jadi bisa berbalik arah.”Elisa menoleh ke arah Maria yang juga menatapnya, tak lantas percaya begitu saja dengan Alex. Mereka paham betul sifat Stevan yang tidak mudah memberikan kepercayaan kepada orang lain dan Alex yang dulunya hanya bisa foya-foya.Lima menit yang lalu, Elisa tidak menyangka harus bertemu dengan Alex sepagi ini, di mana orang-orang kebanyakan sedang berpadat-padatan di tengah jalan menuju tempat kerja mereka. Kenapa Alex justru muncul dan mengaku m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-14
Baca selengkapnya

Bab 244 - Kabar Mengejutkan

“Presdir, ini dokumen yang Anda minta.”Begitu melihat Stevan kembali setelah pertemuan pentingnya dengan klien, Alex langsung meminta izin untuk menemuinya di ruang kerja pribadi pria itu.“Presdir?” tanya Stevan sambil menolehkan wajahnya dari komputer yang baru saja dinyalakan. Ini pertama kalinya Alex memanggilnya demikian dan terasa aneh. Sejak dulu, bocah itu selalu memanggilnya paman.Alex menggaruk tengkuk yang sebenarnya tidak gatal. Pertanyaan tajam Stevan terasa menyudutkannya. Namun, dia berusaha menjaga profesionalismenya dalam bekerja sebagai salah satu karyawan biasa di perusahaan itu.Tatapan tajam Stevan tertuju kepada Alex yang masih sedikit salah tingkah. Kekhawatiran Elisa saat berbincang dengannya di telepon, membuatnya harus memperhatikan lekat-lekat wajah keponakannya.‘Lingkaran hitam di sekitar mata, pipi tirus, wajah pucat, dan rona muka yang tidak berseri menunjukkan dia mengalami kelelahan yang tidak biasa. Itu akumulasi dari berbagai beban kerja yang harus
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-15
Baca selengkapnya

Bab 245 - Siapa Pemenangnya?

“Selain tidak tahu diri, ternyata dia juga tidak punya malu!” geram Clara sambil mencengkeram handle pintu erat-erat. Dirinya berang, mengingat Stella pasti tahu perbuatan buruk yang dilakukan ibunya. Karena tidak ingin membuat keributan di ruang perawatan Alex, Clara menyeret paksa gadis itu keluar dari sana dalam hitungan detik. Selayang pandang, dia memastikan kalau Alex masih memejamkan mata, terlelap dalam tidurnya. “Eh, tung … tunggu!” Tidak menyadari siapa yang menarik tangannya, Stella hanya bisa mengikuti tanpa banyak bicara. Dirinya tertatih-tatih mengikuti langkah Clara yang membawanya terus menjauh dari ruang rawat inap tersebut. Butuh hingga tiga puluh detik sampai gadis itu menyadari siapa yang sudah menyeretnya, membuat alarm bahaya seketika menyala. “Bukankah dia wanita yang waktu itu?” batin Stella, mengingat perjumpaannya dengan Clara. Meski tidak mengenalnya, tapi dia sedikit tahu tentang putri tunggal keluarga Gunawan itu. Kemampuannya hampir sama dengan Steva
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-16
Baca selengkapnya

Bab 246 - Kita Tidak Sedekat itu!

“Apa Alex benar-benar akan meninggalkanku?” lirih Clara yang hanya terdengar oleh telinganya sendiri sambil menyandarkan tubuhnya ke belakang. Pertanyaan Stella yang begitu lancar tentang Alex, menandakan gadis muda itu memang tahu seburuk apa sifat si Cassanova.Detik berlalu berganti menit, Clara masih terdiam di tempatnya semula. Kakinya terasa lemas, memaksanya harus berjongkok sambil memeluk lututnya sendiri.Tatapannya kosong, menatap lantai marmer di bawah kakinya yang tampak mengilap tapi dingin dan tak tersentuh. Akan tetapi, hatinya terasa lebih dingin dari lantai itu. Semua kehangatan yang Alex berikan kepadanya dulu, terasa semu.Clara mengambil ponselnya, memeriksa aplikasi pesan yang biasa digunakan untuk berkomunikasi dengan Alex. Tertampak di sana pesan terakhir yang dia kirimkan hanya terbaca, tanpa mendapat balasan.“Apa yang Stella katakan itu benar? Pria itu hanya datang di saat membutuhkan dan akan membuangku setelah mendapatkan kembali dunianya?”Satu jarum tajam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-17
Baca selengkapnya

Bab 247 - Mantan Saingan

“Sebenarnya aku tidak tahu di mana Mama berada. Sejak Wijaya Group bergejolak, Mama sering pergi tanpa mengajakku. Aku benar-benar tidak tahu apa yang—”“Kamu pikir aku percaya?!” sela Elisa dengan ekspresi wajah yang dingin dan penuh intimidasi.Stella masih berusaha berkelit, akan tetapi Elisa bukanlah gadis lemah seperti dulu. Jalan hidup yang keras saat menghadapi Stevan dan kesendiriannya melewati krisis Miracle Company membuat kepribadiannya berkembang.Dulu, Elisa memang begitu naif dan mempercayai semua orang di sekitarnya. Namun, kepercayaan itu justru menginjak-injak harga diri dan martabatnya, membuat wanita itu trauma dan tidak akan mempercayai orang semudah itu.“Kalau Mama benar-benar meninggalkanmu, memangnya kamu masih punya uang untuk kembali ke sini, heh?!” Senyum miring tertampak di wajah Elisa yang mulai terlihat chubby karena berat badannya semakin bertambah seiring membesarnya dua bayi di rahimnya.“Bahkan mencari uang satu sen pun kamu tidak bisa. Haruskah aku p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-18
Baca selengkapnya

Bab 248 - Keresahan Hati Clara

“Apa yang kamu lakukan di sini?”Suara Elisa memecah keheningan yang tiga-empat menit lalu menyergap dirinya dan Clara. Mereka terdiam dengan pikiran masing-masing, bertanya-tanya tentang satu sama lain.“Apa kamu sakit?” imbuhnya sambil menggenggam lebih erat jemari Clara yang duduk di samping kanannya. Lutut mereka bersentuhan, merasakan kedekatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.“Aku baik-baik saja,” jawab Clara setelah menggeleng lemah, “Hanya sedikit terkejut. Seseorang mengucapkan kata-kata yang membuatku bersedih dan agak terluka, tapi tidak apa. Mungkin aku memang harus memikirkan apa yang dia ungkapkan itu.”“Tentang urusan pribadi atau bisnis?” tanya Elisa spontan.“Lupakan saja. Ah, bagaimana denganmu? Kamu baru saja memeriksa kandungan?”Clara menarik tangannya, sengaja mengalihkan topik pembicaraan yang menunjukkan bahwa dia tidak ingin membicarakan hal itu. Elisa yang tahu diri, tersenyum dan sama sekali tidak keberatan pertanyaannya tidak dijawab. Toh, semua orang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-19
Baca selengkapnya

Bab 249 - Obrolan Serius

“Apa menurutmu kelak aku bisa menjadi istri yang baik?” Belum habis pertanyaan di kepala Elisa—dan tentu saja belum mendapat jawaban karena belum diungkapkan—wanita itu sudah kembali melontarkan pertanyaan. “Apa aku harus aku lakukan agar layak mendampingi Alex? Bagaimana jika aku gagal? Apa Alex akan meninggalkanku? Apa usia benar-benar menjadi tolok ukur langgengnya sebuah hubungan?” Elisa tertegun saat nama Alex disebut, tapi tampaknya Clara tidak menyadari ucapannya sendiri. Dia terus meracau, mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan penuh kekalutan. “Aku tidak tahu hubunganku dengan Alex ini bagaimana. Dia tidak pernah mengungkapkan kepada orang lain bahwa aku kekasihnya. Bahkan, mungkin dia tidak pernah memiliki bayangan aku sebagai pasangan masa depannya.” Elisa menarik napas dalam-dalam, menggenggam tangan Clara dengan tulus. Dia akhirnya menyadari apa yang terjadi hingga membuat gadis di hadapannya jadi begini. Otak cerdasnya dengan cepat mengumpulkan potongan puzzle dan merang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-20
Baca selengkapnya

Bab 250 - Jadi Teman?

“Elisa, kau baik-baik saja? Apa yang terjadi? Di mana kau sekarang? Kenapa tidak langsung kembali setelah konsultasi?”Elisa harus menjauhkan ponsel dari telinga, mengondisikan agar indra pendengarannya tidak rusak karena suara melengking Stevan. Rentetan pertanyaan dari pria itu sarat akan nada kekhawatiran dan tentu saja rasa tidak sabar yang luar biasa.“Elisa, jawab aku. Kenapa diam saja? Kau di mana?!”Butuh waktu satu-dua detik bagi Elisa untuk menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya sebelum kembali mendekatkan ponsel ke telinga. Namun, getaran tiga kali di ponsel bersama layar yang menyala membuat wanita hamil itu menatap ke arah layar ponsel.Tak puas karena Elisa tidak bersuara, membuat Stevan mengubah panggilan suara menjadi panggilan telepon.“Astaga, pria ini benar-benar ….”Elisa menekan ikon warna hijau yang meloncat-loncat minta disentuh. Gambar wajah Stevan langsung memenuhi layar, detik berikutnya. Tampak jelas pria itu penasaran kenapa sang istri diam saja.“El
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
232425262728
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status