Home / Romansa / Pawang Cinta Presdir Misterius / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Pawang Cinta Presdir Misterius: Chapter 21 - Chapter 30

47 Chapters

21. Dipaksa Masuk ke Hotel

"Masuk saja ke mobil. Aku jelaskan apa yang harus kau lakukan." Alex terlihat enggan berlama-lama di area perkebunan yang telah menjadi arena balapan offroad tadi.Erin masuk ke dalam mobil. Ia tidak bisa membantah Alex sekarang jika ingin pulang dengan selamat.Alex berpamitan pada teman-temannya. Tidak ada yang keberatan dengan tindakan Alex. Teman-temannya yang lain juga akan meninggalkan perkebunan tersebut. Mobil Alex yang tidak terlihat bersih melaju meninggalkan area perkebunan. Erin sepanjang perjalanan hanya memikirkan apa yang akan dilakukan oleh Alex.Alex mendiamkan Erin selama perjalanan. Tujuan Alex masih tidak diketahui oleh Erin. Aura mencekam yang dipancarkan Alex membuat Erin tidak bisa berkutik. Sebuah hotel yang dituju oleh Alex. Ia memarkirkan mobilnya di tepat di dekat lobi. Pandangan satpam tertuju pada mobil Alex yang tampak kotor dan mengotori jalanan hotel. "Turun!" "Tidak mau.""Sialan kau! Turun sekarang!" Alex kesal dengan sikap Erin hingga mendorong E
last updateLast Updated : 2023-08-02
Read more

22. Apa yang Membuatmu Takut?

"Mana wanita yang kau maksud?" tanya pria yang merupakan teman Alex."Itu!" Alex menunjuk Erin yang sedang meletakkan kepalanya di sofa. "Dia terlihat mabuk berat. Kau ingin aku menyelidiki apa tentangnya?""Semuanya." "Oke.""Lebih baik kita bicara di luar saja." Alex mengajak temannya pergi dari kamar. Erin berada sendirian di kamar. Dirinya yang mabuk akibat terlalu banyak meminum wine hingga tidak bisa mengendalikan diri. Sesekali Erin bersendawa. Entah mengapa Erin merasa perutnya terasa begah. Padahal Erin hanya minum, bukan makan sesuatu yang mengeyangkan. Selama hampir satu jam Erin sendirian di kamar. Alex entah pergi ke mana tanpa sepengetahuan Erin. "Astaga! Aku tertidur di sini!" Erin tiba-tiba mendapatkan kesadarannya. Ia bangkit dari sofa, lalu mencari keberadaan Alex. Mata Erin tertuju pada jam dinding yang ada di sana. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Telah lewat satu jam dari waktu yang ditentukan oleh Elisa pada Erin. "Aduh! Bagaimana ini?" Erin bergega
last updateLast Updated : 2023-08-03
Read more

23. Terlilit Benang Kusut

Keesokan harinya, Erin terkejut setengah mati. Ia merasakan kepalanya tidur dengan menggunakan bantal lengan. Saat menatap ke arah pemilik lengan ternyata Edward. Erin segera bangkit dari posisinya. Ia tertidur di meja dengan lengan Edward sebagai bantal. Betapa malunya Erin menyadari hal itu. Ia kemudian mengingat kejadian semalam. Semalam Erin sempat bertanya soal ketakutan Edward. Ternyata ketakutan Edward adalah soal rasa tidak percaya diri akan kemampuannya dan takut diambil alih oleh kepribadian lain saat momen penting terjadi. Erin akhirnya membuat Edward harus berlatih berkali-kali dalam mengelola pikirannya dan mengulang poin penting yang akan disampaikan dalam presentasi. Rasa tidak percaya diri Edward timbul akibat semua pekerjaan kantor biasanya atas perintah sang ayah. Namun sekarang kakek Edward tidak membiarkan ayah Edward ikut campur. Karena perusahaan yang akan diserahkan merupakan perusahaan kakek Edward. Erin melihat ke arah jam dinding. Kelegaan terpancar dari
last updateLast Updated : 2023-08-04
Read more

24. Perebutan Kesempatan

"Aku tergeser lagi dengan Arkan. Dia mendahuluiku." Edward bercerita pada Erin dengan wajah kusut. "Arkan itu siapa?""Sepupuku. Jadi, kakekku membuat aku dan Arkan harus berkompetisi mendapatkan perusahaan kakek. Selama ini dia selalu saja mendahuluiku.""Apa tidak dihentikan oleh kakekmu? Harusnya kan adil kesempatannya.""Kalau hanya soal didahului tentu saja tidak ditentukan oleh kakek. Yang penting bisa meraih hati klien terbanyak untuk kerja sama. Aku tidak mungkin datang ke kantor."Erin cukup kesal melihat semangat Edward meredup. Apalagi Edward menyiapkan semuanya hingga kurang tidur. Erin tahu semua proses yang dilalui Edward. "Kita tetap ke kantor saja. Karena kan, yang memiliki janji adalah kau. Tidak bisa begitu saja diambil Arkan. Rapatnya tidak akan dimulai sebelum jamnya. Karena klien pasti orang sibuk."Edward yang masih terlihat lesu, hanya diam saja. "Ayo!" Erin menarik Edward untuk segera
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

25. Mirisnya Masa Lalu

Erin penasaran dengan apa yang diperlihatkan Arkan pada Edward. Tidak mungkin Erin meminta Arkan memberikan ponselnya hanya untuk melihat isinya. "Aku tau kalau dia adalah temanmu semasa SMA. Tapi, janji temunya denganku." Edward tampak kesal dengan keputusan sepihak dari Arkan dengan menelepon terlebih dahulu pada klien. Sialnya klien tidak profesional dengan menyetujui jika berpindah bertemu Arkan."Memang begitu. Tapi, apa boleh buat? Kau baca sendiri kan? Kalau klien bersedia bertemu denganku. Dan aku, membawakan hal yang lebih menguntungkan daripada milikmu. Selesai sudah urusannya kan?" Arkan semakin menyombongkan diri."Sama saja itu bukan sikap profesional. Siapa yang akan memilih CEO sepertimu?""Tentu saja banyak. Ingat! Dunia bisnis hanya memikirkan keuntungan. Cara mendapatkan keuntungan itu? Ya ... bervariasi. Semakin banyak keuntungan yang diraih, maka semakin bagus kemampuan pemimpinnya. Permisi." Arkan pergi dari hadapan Edward be
last updateLast Updated : 2023-08-06
Read more

26. Tantangan Hati

Wajah Vije berubah murung. Erin tidak bisa memaksa Vije. Menunggu Vije bercerita adalah pilihan terbaik sekarang. "Erin!" panggil pak Edo dari luar jendela mobil."Eh, Pak. Anda di sini?""Iya. Aku tadi sempat lewat dan melihat mobil ini.""Pak Edo!" sapa Vije sembari melambaikan tangan dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya.Pak Edo membalas lambaian tangan Vije. "Tuan Muda kebasahan?""Iya, Pak. Tapi, Vije tidak ingat penyebabnya. Vije hanya tahu kalau terkunci di kamar mandi.""Kalau begitu ... sebentar Pak Edo ambilkan baju Tuan Muda.""Yang gambar thomas kereta api kan, Pak?""Aduh! Pak Edo tidak bawa. Yang tersisa cuma baju kak Edward.""Yah ... ya sudah kalau begitu. Vije tidak perlu ganti baju!" Vije menyilangkan kedua tangannya di dada sembari menggembungkan pipinya. Erin cukup gemas melihat ekspresi Vije. Tangan Erin gatal rasanya ingin mencubit pipinya. Namun ditahan."Vije ... pakai baju kak Edward dulu, ya. Biar tidak masuk angin. Nanti setelah ini Kak Erin janji
last updateLast Updated : 2023-08-07
Read more

27. Senang Sedih Beriringan

Erin menatap ke arah yang ditunjuk oleh Vije. Rupanya badut yang melambaikan tangan pada Vije. Erin tersenyum seraya membalas lambaian tangan badut dengan menggerakkan tangan Vije. Sedangkan Vije tampak ketakutan dan kaku."Tidak apa-apa, itu hanya badut." Erin menggandeng tangan Vije untuk memberi semangat. Bahkan Erin perlahan menarik Vije untuk mendekat."Vije tidak mau dekat-dekat, Kak. Takut. Nanti badutnya nyulik Vije.""Ya sudah. Diam di situ, ya. Kak Erin mau foto dulu." Erin meninggalkan Vije. Jarak Vije dan Erin berdiri dengan badut sebenarnya hanya tiga meter. Seperti ucapannya pada Vije, Erin berfoto bersama badut. Namun Erin berpura-pura kesulitan selfie. Ia kemudian mendekati Vije."Mau jadi anak baik tidak?" tanya Erin pada Vije."Mau, Kak." Vije menjawab dengan tatapannya tidak lepas dari badut. Bukan tatapan antusias, melainkan takut jika didekati oleh badut. "Kalau begitu ... tolong fotokan Kak Erin sama badutnya. Karena fotonya dari tadi jelek. Badutnya cuma kelia
last updateLast Updated : 2023-08-08
Read more

28. Orang Hilang

"T ... Tante Desi." Erin menyapa dengan kaku lidahnya. Tante Desi segera mendekati Erin. "Kenapa kabur dari Tante? Kau belum membayar hutangmu!"Erin rasanya malu mendengar ucapan tante Desi yang cukup lantang hingga membuat orang sekitar menatap Erin. Memang tidak memiliki hati Tante Desi pada Erin hingga tidak mengerti posisi."Iya, Tante. Erin pasti segera membayar.""Ingat! Bunganya terus bertambah perharinya.""Kak Erin!" teriak Vije dari kejauhan.Erin menoleh ke arah Vije yang berada pada jarak lima belas meter dari posisi Erin. Ada sebuah keuntungan bagi Erin dipanggil oleh Vije. Erin segera meninggalkan tante Desi. "Eh! Anak kurang ajar! Main pergi saja!" "Maaf, Tante. Erin sibuk." Erin berbicara sembari membalikkan badan, lalu kembali berjalan lurus. Langkah cepat Erin membuatnya sampai di hadapan Vije. Vije tanpa permisi menggandeng tangan Erin. Ingin rasanya Erin melepaskan tangan Vije, agar tante Desi tidak memanfaatkan Vije untuk menagih hutang Erin. Karena Andi yang
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

29. Hal Baik Menyakitkan

Erin berjalan lebih cepat dari sebelumnya. Ia tidak ingin kehilangan Vije. Walaupun Vije seorang pria, bisa saja kalau orang yang bersamanya sekarang orang jahat."Permisi, maaf. Anda siapa?" tanya Erin yang berhasil menyamai langkahnya dengan Vije dan pria tak dikenal."Kau siapa?""Ini Kak Erin, Om. Pengasuh baru Vije." Vije berbicara pada pria yang bersamanya."Maaf kalau saya tadi kurang sopan." Erin langsung merasa tidak pantas memperlakukan anggota keluarga Vije dengan pertanyaan sebelumnya."Tidak apa-apa. Aku senang Vije mendapatkan pengasuh baru yang terlihat seumuran dan waspada. Ayo pergi bersamaku!"Om Vije mengajak Erin untuk pergi bersama. Erin kira akan keluar dari mall. Ternyata om Vije hanya mengajak makan bersama di mall yang menyediakan aneka burger. Erin merasa canggung saat ada anggota keluarga Vije yang lain. Ia tidak mengenal dengan baik, sehingga hanya membiarkan Vije bercanda dengan omnya. "Erin mau pesan apa?" tanya om Vije. "Saya pesan minum saja, Om.""T
last updateLast Updated : 2023-08-12
Read more

30. Tindakan Mengejutkan dari Edward

Langkah kaki Erin tidak sanggup lagi melangkah lebih dekat. Sedangkan Edward telah berbincang dengan seseorang yang ditemuinya. Jarak antara Erin dan Edward sekarang sekitar lima belas meter. Erin menahan tangis sejak tiba di lokasi. Ada rasa berat yang mendera di pikiran Erin. Berbagai kenangan terputar di kepala Erin. "Erin? Kenapa masih di sini?" Edward menghampiri Erin."Eh, iya. Maaf. Aku hanya ingin melihat rumahku sebentar.""Rumah?" Edward tampak bingung. Karena di sekitar telah rata dengan tanah. "Iya, bekas rumah kontrakanku maksudnya.""Kontrakanmu dulu di sini?""Iya. Bahkan aku tidak menerima pemberitahuan kalau ternyata digusur. Aku sudah membayar penuh untuk setahun ini."Edward akhirnya mengerti arti dari ekspresi wajah Erin yang tampak sedih. "Kalau begitu nanti aku bantu mendapatkan nomor dari pemilik kontrakan. Agar kau nanti bisa menuntut uangmu dikembalikan."Erin hanya mengangguk lemah. Pikirannya blank saat mengetahui apa yang terjadi sekarang. Namun langkah
last updateLast Updated : 2023-08-14
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status