Home / Romansa / Pawang Cinta Presdir Misterius / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Pawang Cinta Presdir Misterius: Chapter 31 - Chapter 40

47 Chapters

31. Harus Dibicarakan!

Edward memberitahu pemilik kontrakan Erin tentang gugatan yang akan diajukan tentang penipuan pemilik kontrakan. Ketika pemilik kontrakan membaca sekilas apa yang bisa dilakukan Edward, tatapannya langsung terlihat panik."Jadi ... bagaimana? Anda masih ingin mengelak?" Edward menekan pemilik kontrakan. Pemilik kontrakan Erin justru tersenyum miring. "Coba saja! Kau tidak akan memiliki bukti apapun! Dan ... ingat! Tidak ada pengembalian uang yang sudah masuk padaku." "Baiklah. Anda sudah memutuskan sendiri. Maka jangan menyesal!" Edward berdiri dari posisinya. Ia juga menarik tangan Erin untuk pergi dari sana. Erin dan Edward berada di mobil. Sebelum meninggalkan tempat parkir, Edward menyempatkan menelepon seseorang. Pembicaraan Edward tentang mengurus semua permasalahan Erin dibicarakan dengan seseorang yang ada di seberang telepon.Tatapan Erin saat melihat Edward merasa tidak enak. Karena merepotkan Edward. Dalam hidup Erin memiliki prinsip meminimalisir merepotkan orang lain.
last updateLast Updated : 2023-08-17
Read more

32. Ada yang Kurang

Pertemuan antara Erin dan Elisa terjadi di dekat kantor Edward. Hal serius yang ingin dibicarakan Elisa masih menjadi tanda tanya besar di kepala Erin. Saat ditelepon tadi, Elisa tidak memberitahu Erin hal penting yang harus dibicarakan.Erin datang lebih dulu daripada Elisa. Ia menunggu kedatangan Elisa sembari memesan cokelat hangat di cafe yang ada di dekat kantor Edward. Masa menunggu Erin terjadi selama lima belas menit. Elisa datang dengan pak Edo. Namun pak Edo langsung diperintahkan kembali ke mobil oleh Elisa."Sudah lama menungguku?" tanya Elisa."Tidak, Mom." Erin tidak ingin merinci berapa lama dirinya menunggu, agar Elisa tetap nyaman. Elisa tak langsung membuka pembicaraan. Ia memesan minuman dan camilan saat pelayan datang mengantarkan pesanan Erin. Hanya butuh waktu lima menit, Elisa menyelesaikan pesanannya dan membuat pelayan bergegas pergi."Kau bisa memprediksi apa yang akan aku katakan?""Sepertinya Mom Elisa ingin berbicara tentang Edward.""Ternyata kau peka j
last updateLast Updated : 2023-08-19
Read more

33. Ancaman Maut

Perkataan Edward membuat Erin panik memperhatikan dirinya dari atas sampai bawah. Tidak hanya itu, Erin bahkan mengaktifkan kamera depan ponselnya untuk mencari kekurangan yang mungkin ada di wajahnya.Edward tiba-tiba menarik pelan dagu Erin. "Ini yang kurang." Kedua tangan Edward membentuk sebuah senyuman dengan menarik pipi Erin. Semburat merah langsung menghampiri wajah Erin. Dengan cepat Erin menunduk malu. Sementara Edward hanya tersenyum menatap Erin."Kau lucu juga kalau aku ajak bercanda." Edward kemudian berjalan meninggalkan Erin.Erin masih sibuk menormalkan ekspresi wajahnya. Ia tidak ingin terlalu lama tersipu malu. Tidak seharusnya Erin memperlihatkan apa yang dirasakan, karena akan mengundang salah paham pada Edward."Hei! Ayo!" panggil Edward.Erin menyusul Edward dengan berlari kecil. Suasana sore hari saat menaiki wahana yang komedi putar yang ada di taman kota merupakan momen yang tepat. Karena suasana masih sepi pengunjung, sehingga Erin dan Edward bisa bebas men
last updateLast Updated : 2023-08-22
Read more

34. Tidak Ada Bantahan!

Ancaman yang diberikan Erin pada Alex cukup memberikan efek. Alex tiba-tiba menghindar dari ayahnya. Ia beralih mendekat pada Erin.Erin masih memundurkan diri agar Alex tidak menangkapnya. Alex terus mengikuti Erin. Dug!Tubuh Erin terpojok pada tiang lampu jalan. Tangan Alex langsung menarik tangan Erin. Sebuah pelukan diberikan Alex pada Erin. Tangan Erin memberi kode pada ayah Alex agar cepat pergi bersama dengan bawahannya. Ayah Alex pun pergi dari hadapan Erin dan Alex dengan ekspresi datar. Tidak ada rasa bersalah sedikit pun dipancarkan oleh ayah Alex.Tubuh Alex terasa sedikit gemetar saat memeluk Erin. Rupanya benar perkataan Edward kalau Alex akan terpicu traumanya jika diancam akan bunuh diri. Padahal Erin hanya mengancam menggunakan sebuah serpihan kaca yang ditemukan di sekitar.Erin memberikan usapan lembut di punggung Alex. Ia ingin membuat Alex lebih tenang. Alex melepaskan pelukannya dari Erin. Sorot mata ketakutan akibat panik sirna seketika dari sorot mata Alex.
last updateLast Updated : 2023-08-28
Read more

35. Dituntut Alex

Alex mempermainkan Erin dengan mengubah-ubah bagian tubuh Erin yang ditunjuk. Erin yang memiliki tubuh semakin terlihat ketakutan dan bingung menutupi bagian tubuhnya."Kau jangan berbuat macam-macam padaku. Aku mohon ...." Erin berusaha membuat Alex mengeluarkan hati nuraninya dengan menatap penuh harap. Alex menyeringai. Ia tiba-tiba mendekat pada wajah Erin. Sementara Erin hanya menutup mata. Mata Alex tertuju pada bibir Erin. Namun beralih pada leher Erin yang terlihat putih bersih. Aroma parfum Erin juga memabukkan bagi Alex. Tanpa permisi Alex menyibak rambut Erin yang menutupi leher. "Alex ... aku mohon. Jangan macam-macam. Aku sungguh ingin menganggapmu sebagai teman, bukan musuh. Tolong jangan lakukan hal buruk padaku." Erin berbicara sembari tetap menutup mata. Embusan napas Alex terasa begitu dekat di wajah Erin. Alex yang sempat ingin mencicipi bagian leher Erin yang menggoda, berubah diam. Ia memandangi wajah Erin. Tangan Alex perlahan mengangkat dagu Erin. "Buka mata
last updateLast Updated : 2023-09-03
Read more

36. Dijebak Orang Asing

File kontrak kerja Erin dibaca dari awal sampai akhir. Mata Erin melotot seketika saat menbaca kalimat bahwa Alex yang sedang mabuk harus dicarikan penawarnya sebelum terbangun. Terlihat tidak masuk akal syarat kontrak kerja Erin. Namun begitulah adanya. Berani gaji besar, berani juga risiko besar."Mana?" Alex menagih kembali pada Erin."Emm ... sebentar aku ambil dulu." Erin harus pergi dari sana sebelum Alex berontak."Kau alasan saja!" Alex telah telanjur menarik tangan Erin hingga Erin terjatuh di pangkuan Alex.Erin menatap wajah Alex yang sayu. Ia meneguk ludahnya susah payah ketika aroma maskulin dari parfum Alex menyeruak. Cup!Alex mencium Erin. Erin memberontak. Namun tangan Alex mengunci tubuh Erin agar tidak banyak melakukan pergerakan. Tangan Erin mendorong tubuh Alex. Bukannya menjauh, tubuh Erin justru semakin didekap oleh Alex. "Lepaskan aku!" Erin bisa protes ketika bibirnya terlepas dari Alex. Alex tidak menggubris ucapan Erin. Ia sibuk menyesap bagian leher Eri
last updateLast Updated : 2023-09-06
Read more

37. Rasakan Ini!

Benar saja Revan membawa Erin ke tempat yang tidak seharusnya dari balapan berlangsung. Sepanjang jalan Erin memberontak dengan berusaha melepaskan diri dari Revan. Sayangnya sabuk pengaman mobil Revan tidak bisa dibuka dengan mudah oleh Erin. Bukan karena tenaga Erin yang payah, melainkan sabuk pengaman mobil Revan telah dimodifikas."Keluarkan aku dari sini! Atau aku akan menelepon polisi!" Erin berusaha terus mengancam Erin. "Silakan! Kalau kau berbuat seperti itu ... aku akan membuat kita mati bersama. Romantis bukan?" Revan menancap gas lebih cepat dari sebelumnya.Erin berpegangan kuat pada pegangan mobil Revan. Segala doa dirapalkan Erin dalam hatinya. Ia terus memohon pada Tuhan agar menyelamatkannya. "Revan! Berhenti, Revan!" teriak Erin histeris. Bukannya berhenti, Revan justru menancap gas lebih gila lagi sembari tertawa melihat Erin. Dalam pikiran Erin, Revan bagaikan psikopat. "Revan ... aku mohon, Revan ... berhenti." Erin akhirnya merengek dengan nada menyedihkan. I
last updateLast Updated : 2023-09-09
Read more

38. Jiwa Seakan Terlepas

Revan terlihat ancang-ancang melakukan sesuatu pada Erin. Sedangkan Erin masih memundurkan diri. "Mau kemana kau?" tanya Revan dengan tatapan tajam pada Erin.Dug!Tubuh Erin terbentur dinding. Hal itu tak membuat Erin menyerah. Ia beralih ke arah lain hingga lebih jauh dari Revan. Sementara Revan terus mendekat pada Erin."Jangan macam-macam!" bentak Erin pada Revan. "Kau pikir aku takut padamu?" Revan terus menantang Erin. Ia tidak bisa tertekan apapun, meskipun Erin membentaknya. Bugh! Erin mendorong kuat tubuh Revan saat jaraknya hanya beberapa centimeter. Revan terjatuh hingga membentur tempat tidur.Klek! Klek! Klek!Gagang pintu terus dicoba dibuka oleh Erin. Namun tidak bisa terbuka. Revan tersenyum menang melihat Erin tidak bisa membuka pintu."Coba saja sampai tanganmu patah! Kau tidak akan bisa keluar!" Erin tidak mendengarkan perkataan Revan. Ia terus mencoba pintu. Usahanya masih sia-sia. "Aarrrrrgghh!" Erin kesakitan saat rambutnya ditarik kuat oleh Revan.Bugh!Tu
last updateLast Updated : 2023-09-12
Read more

39. Apakah Selamat?

Alex masih tak menjawab pertanyaan Erin. Ia fokus mengemudi. Tujuan Alex entah akan membawa Erin kemana.Perjalanan yang cukup panjang membuat Alex berhenti di depan sebuah klinik. Ia meminta Erin turun dari mobil. "Kenapa kita datang ke klinik?""Sejak tadi darahmu selalu keluar. Itu terlihat menjijikkan. Jadi, aku membawamu kemari."Erin mengartikan kalau Alex gengsi mengatakan kalau peduli pada luka Erin. Namanya juga wanita pasti cenderung berprasangka lebih jauh dari kenyataan."Ayo!" Alex berdiri tepat di depan pintu mobil dekat Erin. "Sabar sedikit." Erin keluar dari mobil dengan langkah yang hampir terjatuh. Rupanya Erin baru merasakan kalau kepalanya pusing. Mungkin lebih tepatnya baru dirasakan, meskipun sejak tadi kepala Erin pusing. Di dalam klinik Erin diberi penanganan agar darah di dalam hidungnya tidak keluar terus-menerus. Sementara Alex menunggu di luar ruangan. Terlihat jelas jika Alex enggan masuk ke dalam ruangan. Pengobatan pada luka di hidung Erin terganggu
last updateLast Updated : 2023-09-15
Read more

40. Cerita Kelam

Tidak seperti dugaan Erin, Alex tidak melakukan sesuatu yang membahayakan bagi bibi Surti. Alex hanya merebut ponsel bibi Surti agar tidak mengangkat telepon."Bi, saya pulang!""Lo, Nak Alex. Kenapa pulang? Ini sudah malam."Alex tak menjawab. Ia justru menarik tangan Erin. Sementara Erin memberikan permintaan maaf secara halus pada bibi Surti. Kini Alex dan Erin berada di dalam mobil. Langsung saja Alex menancap gas dengan kecepatan tinggi setelah keluar dari halaman rumah. Erin sempat memperhatikan Alex. Tatapan Alex sempat memperlihatkan ada aura ketakutan meskipun hanya sekilas. Erin menghargai Alex yang menyembunyikan sesuatu."Rumahmu di mana?" tanya Alex di sela-sela mengemudinya."Tidak ada.""Kau aslinya gelandangan?""Hei! Bukan berarti aku gelandangan.""Kan gelandangan saja yang tidak memiliki rumah.""Ya, memang benar. Tapi, kenyataanya rumahku sudah tidak ada. Sudah diratakan menjadi tanah.""Kenapa boleh diratakan begitu saja? Biasanya kan, rumah menyimpan kenangan?"
last updateLast Updated : 2023-09-20
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status