Semua Bab Terpaksa Kuterima Lamaran Sahabatmu : Bab 71 - Bab 80

92 Bab

71. S2 Rindu

"Ini coklatnya, Ra!"Rey mengulang ucapannya setelah beberapa detik yang lalu ia mengatakan hal yang sama, namun tidak mendapat respon dari kekasihnya itu. Kali ini, pemuda itu menambah volume suaranya."Eh, iya. Udah, ya? Kok cepet?" Ara berbalik dalam keadaan setengah kaget sambil menerima cup coklat panas. Menurut perasaannya, Rey baru saja pergi meski pada kenyataannya pria itu sudah pergi lebih dari 15 menit. Karena pikiran Ara akhir-akhir ini terganggu oleh kepergian Fyan, maka gadis itu sering melamun."Udah lama, kok, hampir setengah jam. Kamu aja yang bengong terus." Rey tersenyum miris, dia pun sadar perubahan yang terjadi pada kekasihnya itu akhir-akhir ini."Masa, sih?" Ara tersenyum miring, gadis itu kemudian mendekatkan coklat yang masih mengepul pada wajahnya kemudian menghirup aroma itu seperti biasa sebelum menikmatinya.Rey duduk di sampingnya, pandangannya lurus ke depan. Sadar kalau kekasihnya ini sedang tidak fokus. Seminggu sejak Fyan pergi ke Surabaya, Ara kerap
Baca selengkapnya

72. S2 Menghindar

"Ini sudah lebih dari 2 jam, lho, Mas. Sebenarnya kita mau ke mana? Dari tadi muter-muter terus, kita sudah jauh meninggalkan rumah." Gadis berkerudung ungu yang duduk di samping Fyan melirik jam tangannya sekilas. Kemudian ia menoleh ke arah pria berwajah datar yang sedari tadi fokus menyetir tanpa berkata apapun. "Mas!!" Pekik Ajeng sekali lagi."Tadi juga Mas bilang nggak usah ikut. Kamu yang ngeyel ikut, jadi sebaiknya diam saja jangan banyak protes." Tanpa menoleh ke arah Ajeng, Fyan menjawab dengan raut muka yang tetap datar."Tadi 'kan Mas Fyan bilang mau jalan sambil cari makan. Ini jalan terus kapan makannya. Aku bisa-bisa pingsan, lho, Mas," rengek Ajeng lagi sambil memalingkan pandangannya ke arah kaca jendela. Fyan tak menjawab. Dua bulan setelah kepindahannya ke Surabaya, nyatanya ia belum bisa melepaskan bayangan Ara dari ingatannya. Bahkan semakin lama, kerinduannya semakin menggunung. Dia pikir dengan pergi dari kota Bandung, akan membuatnya lupa. Ternyata itu salah
Baca selengkapnya

73. S2 Tak Ada Teman

Seperti biasa, sore hari di taman flamboyan. Sudah dua hari ini Ara tidak berkunjung karena tidak ada teman. Selepas Rey berpamitan untuk urusan kerjanya keluar kota, Rey tidak menyebut kemana pemuda itu akan pergi. Sengaja merahasiakannya dari Ara.Sore ini Ara memaksakan diri ke taman flamboyan. Ia kangen suasana sore di bawah pohon-pohon tinggi itu. Gadis itu berjalan melewati jajaran pohon flamboyan yang berdiri dengan anggunnya dengan coklat panas dalam genggaman.Alih-alih rindunya terobati, Ara malah semakin merasa kehilangan. Dua pria yang biasanya menemani santainya satupun tidak ada. Tangannya meraih benda yang berada di dalam tasnya, bermaksud menghubungi Rey. Akan tetapi, gadis itu harus menahan kecewa karena sepertinya ponsel Rey tidak aktif. Bahkan foto profilnya tidak ada, pesannya centang satu. Atau ... jangan-jangan nomornya diblokir."Rey mungkin sibuk dengan pekerjaannya, hingga dia tidak mau diganggu." Ara berusaha untuk berpikir positif karena Rey memang berpamit
Baca selengkapnya

74. S2 Harus Berakhir

Sejak saat itu, Fyan dan Ajeng rajin mengunjungi mereka di tempat itu setiap hari Minggu. Terkadang keras juga ikut kalau sedang tidak ada kerjaan. Selain membawakan makanan, keduanya juga kerap memberikan sejumlah uang. Maksudnya adalah, supaya anak-anak itu bersemangat mengikuti pelajaran. Semakin hari anak-anak yang datang semakin. Banyak diantara mereka tergiur dengan makanan dan uang yang diberikan oleh Fyan dan Ajeng. Namun tetap saja, ada yang datang ada yang pergi. Sebagian dari mereka ada yang bosan sehingga tidak mengikuti kegiatan itu lagi. Yang lainnya lagi ada yang bertahan juga ada yang baru. Fyan sangat menyukai kegiatan ini, lantaran ketika bersama anak-anak itu, dirinya bisa berhenti memikirkan Ara. Selama ini bayangan gadis itu tidak pernah lepas dari ingatannya, membuatnya harus tersiksa sepanjang hari bahkan sampai pagi lagi. Namun ketika bersama dengan anak-anak jalanan itu, iya seperti menemukan dunia yang baru dan melupakan dunia yang lama. Meski masih tersisa
Baca selengkapnya

75. S2 Menghilang

Hari-hari tanpa Rey terasa begitu berat bagi Ara. Bahkan lebih berat dari kepergian Fyan setahun yang lalu. Hal itu disebabkan oleh status dua pria itu yang memang berbeda. Meski baru sebentar dekat dengannya, tetapi Rey istimewa di hati Ara. Lain lagi dengan Fyan, mereka memang selalu bersama sudah sejak lama, namun hubungan keduanya hanya sebagai kakak beradik, tidak banyak melibatkan perasaan. Selain itu, saat Fyan pergi ke Surabaya, Ara punya Rey yang menemani hari-harinya.Hal itu pula yang menyebabkan Ara tidak begitu kehilangan. Sementara Rey, selain sangat istimewa di hatinya, Rey benar-benar meninggalkannya sendiri. Hari-hari Ara tidak ada semangat, kehilangan gairah hidup dan kehilangan senyuman. Apalagi ke-empat sahabatnya sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing selepas mereka lulus kuliah. Ara sendiri selama ini tidak punya kegiatan yang rutin. Saat Maya mengajaknya melamar pekerjaan ke beberapa perusahaan, Ara menolaknya mentah-mentah. Bahkan saat Papa Baskara menga
Baca selengkapnya

76. S2 Ketua Geng

Seperti yang dikatakan pada sahabatnya, Maya berhenti bekerja karena berbagai alasan. Gadis itu memutuskan untuk sementara tidak bekerja kantoran. Ia pun mulai memikirkan untuk mulai usaha sendiri.Hal ini sempat dibicarakan bersama sahabatnya, Ara. Namun, saat ini Ara sedang tidak bisa diajak kompromi, pasalnya gadis itu sedang kalut oleh urusan hatinya. Apalagi belakangan ini, komunikasinya dengan Rey mulai tidak lancar. Begitupun dengan Fyan."Sudahlah, lupain mereka! Kita pikirkan usaha apa kira-kira yang bisa kita jalani bersama," ucap Maya suatu hari ketika mereka sedang makan bersama."Aku benar-benar buntu, May. Gak bisa mikir." Maya mengaduk minumannya."Itu karena kamu terlalu fokus memikirkannya." Sebenarnya Maya geram dengan sikap Ara. Semenjak gadis itu punya pacar, Ara jadi berbeda. "Terus aku harus bagaimana? Dua tahun itu bukan waktu yang singkat. Ini baru beberapa bulan saja, kok, rasanya begini." Ara melepaskan sendoknya kemudian mengusap wajah dengan kedua telapak
Baca selengkapnya

77. S2 Mereka Milikku

Fyan menolak saay Pras akan mendampinginya ketika menemui Atmo. "Kalian tunggu di mobil saja!" "Tapi, Mas. Atmo itu ketua geng. Bagaimana kalau mereka .... " Pras nampak khawatir. "Aku akan membicarakannya baik-baik.""Mas, mereka mana bisa bicara baik-baik. Sudahlah, jangan ngeyel! Aku akan ikut!' Pras bersikeras untuk mendampingi Fyan. Hal itu disetujui oleh Ajeng."Tidak usah, kalian tunggu saja di sini! Nanti kalau ada apa-apa aku pasti minta bantuan, kok." Fyan kembali meyakinkan Ajeng dan Pras. Pras membuang nafas kasar, jika Fyan sudah berkata tidak, maka selamanya tidak. Begitupun sebaliknya. Pras tahu, pemuda ini berpendirian kuat."Hati-hati, ya, karena itu berbahaya!"Setelah menepuk pundak Pras, Fyan pun turun lalu memasuki gang yang terdapat di pemukiman padat di dekat pasar. Dari informasi dua anak asuhnya, di sanalah Atmo tinggal. Pras dan Ajeng menatap punggung Fyan dengan rasa was-was. Lantaran pemuda yang akan ditemui oleh Fyan bukan orang biasa. Atmo adalah kep
Baca selengkapnya

78. S2 Ikut

Pukulan pertama berhasil dihindari oleh Fyan. Meskipun pemuda itu merasa kesulitan bergerak lantaran Bagas yang terus memeluk dirinya. Kemudian dengan gerakan perlahan, Fyan berusaha melepaskan pelukan Bagas sambil memberi pengertian pada anak itu supaya berdiri agak jauh di belakangnya.Atmo kembali bergerak. Sudah jelas sekarang pemuda bertato itu ingin menyakiti Fyan. "Tenang dulu, Mas Atmo, kita bicara baik-baik." Fyan mengangkat kedua tangannya sebagai isyarat pada Atmo supaya menghentikan aksinya."Oh, jadi kamu takut sama aku?! Bagaimana kamu berlaga akan melindungi anak-anak itu sementara menghadapi aku seorang saja kamu takut." Atmo menepuk dadanya yang membusung."Bukan begitu, Mas Atmo. Selagi kita bisa membicarakannya dengan baik-baik, kenapa tidak? Menyelesaikan masalah secara dengan kekerasan, menurut saya, justru tidak akan selesai. Yang ada malah nambah masalah." Fyan berkata pelan-pelan, berharap emosi Atmo sedikit menurun. "Tidak usah mengguruiku! Aku tahu apa yan
Baca selengkapnya

79. S2 Terlanjur Bucin

Mendengar berita Fyan membawa delapan orang anak jalanan beserta Bagas dan Atmo ke panti asuhan, Ajeng hampir tidak percaya. Kalau saja ia tidak melihat anak-anak itu berada di Panti Asuhan. Begitupun dengan Pras, kekasih Ajeng itu menggeleng beberapa kali karena merasa tidak percaya akhirnya Atmo, orang yang diduga keras kepala itu akhirnya melemah.Meski demikian, Fyan dan teman-temannya tetap waspada. Jangan sampai Atmo membohongi mereka, siapa tahu itu akal-akalan dia saja.Seminggu tinggal di Panti Asuhan, anak-anak sudah mulai sekolah. Badan Mereka pun sudah bersih, pakaian rapi meskipun terlihat sederhana.Sementara Atmo menolak untuk sekolah, alasannya dia memang sudah besar dan sudah tidak seharusnya sekolah di pendidikan dasar. Tetapi ia berjanji akan belajar di lingkungan panti asuhan. Hal itu dibuktikan dengan rajin mengikuti kelas Diniyah di sore hari. Ajeng dibantu oleh dua orang temannya mengajar mereka membaca Alquran, doa-doa pendek, surat-surat pendek juga sedikit il
Baca selengkapnya

80. membuka hati

"Ara mana, Ma?" tanya Papa Baskoro suatu malam, ketika beliau tidak melihat Ara bergabung makan malam seperti biasa."Sejak pulang dari toko, Ara mengurung diri di kamar. Katanya kecapean," jawab Mama sambil membereskan piring yang ada di hadapan Papa."Lama-lama Papa khawatir sama anak itu." Papa bangkit lalu menggeser kursi dan berjalan menuju ruang keluarga."Coba Mama tanya, bagaimana kejelasannya pria yang Ara tunggu itu?!" Mengetahui istrinya berjalan di belakang, Papa melanjutkan ucapannya dengan memberikan sebuah pertanyaan. "Setahu Mama, sudah beberapa bulan ini Rey tidak ada kabar. Katanya nomor ponselnya juga tidak bisa dihubungi.""Berarti benar firasat Papa, Rey itu laki-laki nggak bener. Dia hanya akan mempermainkan putri kita. Mana ada pergi ke luar pulau tidak pulang selama dua tahun," lanjut Papa sambil menghempaskan tubuhnya yang tinggi besar di atas sofa di ruang keluarga."Mama juga sudah bilang berkali-kali, tapi Ara tetap pada pendiriannya. Dan ini sudah waktun
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status