Home / Rumah Tangga / Suami Janda Paling Setia / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Suami Janda Paling Setia: Chapter 61 - Chapter 70

106 Chapters

BAB 61. SENDIRIAN DI HARI TUA

"Belum, Mas!" Bapak itu tersenyum, kulihat di sampingnya terdapat segelas kopi dan satu toples kue kering. "Mari duduk dulu, biar saya buatkan kopi!"Aku melangkah dan duduk di kursi yang satunya lagi."Sebentar, ya! Saya buatkan kopi dulu. Mas duduk saja." Bapak itu masuk ke dalam rumah setelah pamit dan mempersilahkan aku duduk.Aku memperhatikan sekitar, lingkungan rumah ini terlihat sangat bersih. Ada taman kecil di samping kanan dengan kolam ikan dan air mancur. Suasana terlihat sangat indah meskipun tidak banyak bunga-bunga yang menghiasi."Bagus juga," komentarku yang hanya aku ucap dalam hati.Tadi aku belum sempat memperhatikannya ternyata halaman ini lumayan luas. Aku terkejut saat melihat ke arah kiri ternyata ada dua mobil di bagasi yang letaknya di samping rumah, di sana memang agak sedikit gelap tapi aku tahu kalau itu mobil. "Ternyata orang kaya!"Tak lama bapak itu datang dengan segelas kopi dan satu toples kue kering lagi di tangannya. Ia meletakkan kopi dan kue itu d
last updateLast Updated : 2023-09-26
Read more

BAB 62. UNGKAPAN CINTA DI SETIAP DETIK

Pantas saja fisik bapak ini terlihat masih sangat kuat, ternyata dia orang terlatih. Padahal rambut di kepalanya sudah menjadi uban semua, sedangkan bagian atas kepalanya sudah terlihat berkilat karena sudah tidak ada rambut yang menghuni bagian itu."Jadi karena itu Bapak masih terlihat sangat sehat, ternyata orang terlatih! Coba saya tebak, usia Bapak sudah hampir 75 tahun," tebakku iseng."Haha .... Bukan hampir lagi, Mas! Sudah lebih, tahun ini masuk 78."Obrolan kami berlanjut sangat random. Tak terasa sudah pukul sebelas malam, aku sudah sangat mengantuk tapi masih semangat mendengar cerita si pemilik rumah.Malam ini begitu asik ngobrol di teras rumah mewah ini, benar-benar terasa akrab. Ternyata nama bapak tua itu adalah Muslim, ia biasa di panggil Pak Mus. Seorang pensiunan TNI yang dalam pencapaian karirnya sudah bintang tiga, sungguh luar biasa menurutku.Dari cerita beliau dapat aku bayangkan pahit manisnya perjalanan yang sudah ditempuh selama bertugas. Bagaimana ia harus
last updateLast Updated : 2023-09-27
Read more

BAB 63. MALANG SEKEJAP MATA

kami hampir sampai di pinggiran kota, ternyata air terjun yang dimaksud Pak Mus ada di pertengahan bukit. Hingga untuk sampai di tempat itu kami harus mendaki lereng bukit sekitar satu jam lagi, beruntung jalan masih bisa dilalui mobil. Baru saja mobil mulai mendaki, suasananya langsung berbeda dari suasana kota tadi, di sini terlihat sangat rimbun dan asri. Beberapa kendaraan terlihat di depan dan belakang kami, pasti juga ingin wisata ke air terjun itu.Setelah satu jam akhirnya kami sampai, untunglah Mang Ardan sangat lihai mengemudikan mobil padahal aku sempat khawatir karena medan yang ditempuh cukup terjal. "Alhamdulillah, sampai!" Udara segar langsung memanjakan hidungku. Segarnya terasa sampai ke hati. Aku memuji keindahan ciptaan Yang Maha Kuasa.Kami semua sudah turun dari mobil, tinggal Mang Ardhan saja yang belum turun, entah apa yang ia lakukan hingga begitu lama turun dari mobil. Beberapa saat akhirnya ia ke luar juga dengan baju kemeja yang dimasukkan ke dalam celana,
last updateLast Updated : 2023-09-28
Read more

BAB 64. KABAR MEREKA SEMUA

Saat aku tersadar kepalaku benar-benar sakit. Aku langsung ingat pada Sang Pencipta. "Ya Allah!!!" seruku dalam hati, kulanjutkan dengan syahadat, barangkali sebentar lagi aku akan bertemu malaikat maut. Tidak ada yang akan menolongku selain Allah Tuhanku.Beberapa saat selanjutnya masih gelap yang aku rasakan, aku masih belum mampu menghilangkan rasa pusing berputar-putar di kepalaku. Semakin aku mencoba membuka mata semakin berputar-putar pula dunia ini aku rasakan.Aku masih harus mencoba, kali ini kucoba menggerakkan jari tanganku entahlah itu akan berhasil atau tidak. Beberapa saat setelahnya aku mendengar sebuah suara."Abang!!!" Itu suara yang sangat aku kenali, tapi aku sedikit lupa itu suara siapa. Lalu terdengar suara kaki berlari menjauh."Al, Bangun, Al! Ini ibu!" Suara lembut lainnya terdengar, kali ini aku pastikan itu suara ibuku.Ya Allah aku rindu sekali dengan ibu. Aku semakin semangat untuk dapat membuka mata ingin melihat wajah ibu.Kutenangkan pikiranku sesaat, ag
last updateLast Updated : 2023-09-29
Read more

BAB 65. HARUS PULIH

"Al, isterinya Ardhan telah berpulang!" ucap ibu dengan pelan."Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un," sahutku dengan rasa duka yang teramat dalam.Ya Allah, bagaimana keadaan Mang Ardhan sekarang? Ia pasti sangat sedih dan kehilangan. Rasanya aku ingin berada di sisi Mang Ardhan untuk menemani dan menguatkannya. Aku kembali menyesali ketidak berdayaan ini."Apa sudah dimakamkan?" tanyaku spontan."Kau tidak sadarkan diri selama seminggu, mereka jelas sudah dimakamkan!" jawab ibuku kembali."Mereka?" Aku bingung dengan kata mereka, berarti yang meninggal bukan hanya Teh Yusri seorang."Iya, mereka! Isterinya Ardhan dan seorang laki-laki tua yang satu mobil denganmu, mereka meninggal di tempat kejadian dan di makamkan di hari itu juga!" jelas ayah.Aku lupa menanyakan kabar Pak Mus ternyata pria tua yang tidak sombong juga baik hati itu pun telah berpulang dalam kecelakaan ini. Aku langsung mengirimkan alfatihah untuk mereka berdua. Hanya doa yang bisa aku kirimkan, semoga keluarganya dibe
last updateLast Updated : 2023-09-30
Read more

BAB 66. TANPA KATA PUTUS

"Bantu Abang ke tempat si Sholeh, Ney!" Keinginanku untuk menemui putraku sudah tidak dapat dibendung lagi.Sebenarnya tadi aku sudah berniat setelah mereka selesai makan, aku ingin diantar ke sana. Siapa sangka aku malah ketiduran selama 3 jam.Sekarang saat aku tahu Seorang perawat memanggil Ayah dan Ibu ke tempat si soleh aku menjadi sangat khawatir. Mungkinkah kondisi anakku memburuk? Hanya itu yang ada dalam pikiranku.Aku mencoba menurunkan kaki dari ranjang pesakitan itu. Kali ini berhasil, kakiku sudah menapak di lantai namun untuk berdiri dan mengangkat bokongku rasanya sulit sekali. Kondisi ini pasti belum memungkin aku untuk berjalan."Tapi bagaimana, Bang?" Neysa terlihat bingung. "Aku nggak kuat bantu Abang berdiri!"Benar juga, Neysa seorang gadis dengan badan yang mungil tenaganya pasti tidak seberapa jika harus membantuku berdiri. Seandainya yang tinggal bersamaku tadi ayah pasti bisa membantuku berdiri."Coba ambil kursi roda, Ney!"Neysa mengangguk, ia bergegas ke lua
last updateLast Updated : 2023-10-02
Read more

BAB 67. KINANTI SELALU DI HATI

"Biar saya saja, Sus!"Aku lebih terkejut lagi saat Melda meminta kursi rodaku pada suster. Aku ingin menolaknya, tapi suster dengan cepat melepas tangannya dari kursi rodaku dan bergeser sedikit memberi ruang pada Melda.Sekarang Melda mendorong kursi rodaku. sebelum ke luar dari NICU ia berhenti sejenak membantu melepas perlengkapan steril yang tadi aku pakai.Aku mencoba berpikir positif dari tindakan Melda ini. "Mungkin Melda hanya ingin membantu, karena kami saling kenal!" Pikirku.Suasana diantara kami begitu hening, aku tidak ingin mengajaknya bicara. Tapi beberapa saat setelahnya ia terlebih dahulu mengajakku bicara, "Tadi aku melihat orang tua Abang di luar! Cuma belum sempat menyapa mereka." Ia membantuku melepas pakaian hijau itu. Aku hanya diam dan tidak menanggapi. Melda masih sama seperti dulu, ia gadis yang ramah dan periang.Sekarang ia membantu melepaskan maskerku membuat pandangan kami bertemu, sekelabat bayangan masa lalu mampir di benakku. Aku masih ingat dengan je
last updateLast Updated : 2023-10-03
Read more

BAB 68. KEDATANGAN ANAK PAK MUS

Sayang sekali aku juga tidak boleh berlama-lama di sini. Karena keadaanku sendiri juga masih belum pulih.Dokter itu pun mengajak aku keluar setelah membiarkan aku menangis mengeluarkan isi hati dan harapanku pada Kinanti. Aku hanya berharap ia tetap semangat menjalani cobaan ini bersamaku lagi."Kita ke luar sekarang ya, Pak!" ajak dokter yang lebih seperti keharusan karena aku tidak mungkin menolak.Aku mengangguk membiarkan dokter mendorong kursi roda ke luar dari ruang Kinanti. Lagi dan lagi demi istriku aku bertekad untuk segera pulih, karena tanggung jawab yang berat ada di pundakku sekarang. Rupanya masalah Siska kemaren belum seberapa dengan masalah ini, ini jauh lebih berat aku rasakan terlebih jika teringat anakku yang baru lahir.Yang Kuasa kembali mengujiku, pasti karena aku mampu melewatinya. Aku menarik nafas dalam. "Ya Allah, hanya padamu hamba berserah!""Terimakasih, Pak!" ucapku setelah kursi rodaku berpindah kembali pada Neysa."Kami permisi dulu, Pak!" sambung adik
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more

BAB 69. ANAKKU BUTUH ASI

Aku sudah selesai dengan kewajibanku sebagai muslim, Alhamdulillah! Selanjutnya aku melihat ibu, beliau belum selesai dengan sholat maghribnya. Aku bersabar sesaat untuk menanyakan apa yang disampaikan dokter tadi.Ibu sudah mengucapkan salam pertanda ia sudah selesai sholat. Tapi beliau melanjutkan zikir dengan tasbih di tangan. Aku masih menunggunya selesai, setelah ibu selesai melipat mukena aku pun tidak sabar lagi untuk bertanya."Bu!" panggilku."Iya, Al!" Ibu langsung menuju ke arahku walau mukena yang ia lipat baru setengah selesai.Langsung saja bertanya, "Tadi sore ibu dan ayah di panggil dokter? Apa yang disampaikannya, Bu?"Ibu terdiam mengusap wajah dan memasang jilbab instannya terlebih dahulu, ia seperti ragu menyampaikannya."Ibu???" desakku agar beliau segera mengatakannya."Al, sebenarnya keadaan anakmu sungguh tidak baik-baik saja, dia harus segera mendapatkan donor ASI!" jelas ibu.Seketika air mataku menetes mengingat keadaan isteriku yang sedang koma. Tidak mungk
last updateLast Updated : 2023-10-05
Read more

BAB 70. ASI UNTUK ANAKKU

Aku akhirnya memilih menghubungi nomor Melda, tidak aku pedulikan pukul berapa sekarang karena pagi esok sangat penting bagiku. Aku sungguh tidak mau anakku kelaparan.Terdengar nada panggilan tersambung tapi tidak ada yang menjawab, kucoba sampai berulangkali. Tidak sekali pun Melda mengangkatnya, perempuan itu pasti sudah tidur.Akhirnya kukirim pesan singkat padanya, "Assalamualaikum, Mel! Maaf mengganggu, ini saya Alfa, ingin menanyakan apa Melda sudah dapat donor ASI untuk anakku?"Dulu saat menjadi kekasihku, aku memanggil Melda dengan sebutan Adek kadang-kadang juga Abeb (Ayang Bebeb). Sekarang zaman dan status telah berbeda, aku pun memanggilnya dengan sebutan nama saja. Sebagai tanda kami sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi, walaupun perpisahan itu tanpa ada kata putus.Beberapa saat aku memperhatikan pesan yang kukirim belum juga dibaca Melda. Aku sudah mengantuk, malam ini begitu dingin dan aku tidak membawa sarung atau pun jaket. Hanya bisa menikmati dinginnya malam ini
last updateLast Updated : 2023-10-06
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status