Home / Rumah Tangga / Suami Janda Paling Setia / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Suami Janda Paling Setia: Chapter 71 - Chapter 80

106 Chapters

BAB 71. SISKA HENDAK BERBALIK

Siska masih mematung di tempatnya berdiri, terlihat ia mematikan panggilan dan langsung menyimpan ponselnya ke dalam tas.Entah mengapa wanita itu terlihat hendak berbalik, mungkinkah ia tidak jadi ingin menyusui anakku? Aku tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja, jika mencari orang lain lagi pasti akan sangat sulit. Segera aku mencoba menahannya."Siska!!!" teriakku. "Siska!!!" Aku kembali berteriak memanggilnya.Siska diam seribu bahasa melanjutkan langkahnya tanpa membalas panggilanku. Benar saja ia lebih memilih pergi sebelum bicara apa pun padaku. Langkah Siska sangat lebar ia melanjutkan langkahnya pergi begitu saja. Aku menarik nafas panjang melihat kepergiannya namun aku tidak boleh membiarkannya pergi begitu saja.Aku yang tidak ingin kehilangan kesempatan mencoba mengejar Siska. Kakiku masih terasa sedikit ngilu, tetap aku paksakan untuk berjalan cepat agar tidak tertinggal jauh di belakang Siska."Sis, tunggulah sebentar!" Aku memelas agar ia mau menungguku dan memberiku
last updateLast Updated : 2023-10-08
Read more

BAB 72. MENCARI PENGINAPAN

Pagi ini urusan dengan Siska sudah selesai karena bantuan Melda. Syukur wanita itu akhirnya mau menjual ASI tanpa banyak drama lagi. Setelah selesai menyusui si Sholeh Siska berlalu begitu saja, tanpa menoleh sama sekali ke arah aku duduk.Tak lama setelahnya Melda juga keluar dari ruang NICU, wanita itu menemuiku."Bang Al!" panggilnya.Aku langsung menoleh lalu berdiri menyambut kedatangannya, "Bagaimana, Mel?"Begitu sampai di dekatku, pandangannya beralih pada kedua orang tuaku. Ia tersenyum ramah pada ayah dan ibuku."Ayah, Ibu," sapa Melda sambil menyalami tangan kedua orang tuaku.Sifatnya yang santun dan ramah membuat ibuku langsung menyukainya dulu. Namun, saat itu kami masih sekolah dan saat hubungan kami berakhir ibu juga tidak mempermasalahkannya."Nak Melda! Duduk dulu." Ibu menggeser duduknya setelah menerima uluran tangan Melda, memberi ruang pada wanita itu untuk duduk. Pertanyaanku tadi bahkan belum dijawab rasanya dicuekin saja."Gimana, Mel?" Ibu mengulang pertanyaa
last updateLast Updated : 2023-11-01
Read more

BAB 73. HANYA AYAH TIRI

Setelah setengah hari mencari dan bertanya di sekitar, akhirnya kami dapat menyewa penginapan di belakang rumah sakit. Ukurannya hanya 3x3 dengan kamar mandi di dalam, lumayan nyaman untuk hari ini dan malam nanti. Rencana berikutnya aku akan mencari kontrakan di sekitar sini agar dapat aku tinggali sekalian menjaga anak dan istriku nanti."Alhamdulillah dapat penginapan juga, malam ini kita di sini dulu. Besok baru cari kontrakan," ucapku pada kedua anak malang yang sedang menatap sendu padaku.Kedua anak itu hanya duduk diam di pinggir ranjang, wajah mereka terlihat murung, sama sekali tidak ada cahaya semangat lagi. Cobaan kali ini sangat berat, setelah kecelakaan kemaren mereka kehilangan sandaran. Ya, ibu yang selalu ada untuk mereka sekarang tengah koma dan tidak tahu kapan akan sadar.Entahlah aku sendiri merasa tidak yakin kalau aku kuat dengan semua ini, hari-hariku terasa sangat berat, ditambah lagi putraku yang terlihat sangat kurus bahkan bernafas saja ia begitu susah hingg
last updateLast Updated : 2023-11-02
Read more

BAB 74. KENANGAN

["Mel! Kirim no rekeningnya, aku mau ngirim uang ASI untuk Siska."] Aku mengirim pesan singkat pada Melda. Sebenarnya tidak enak terlalu banyak merepotkan mantan kekasihku itu, tapi mau bagaimana lagi Siska hanya mau berurusan dengan Melda saja jadi aku terpaksa merepotkannya tiap hari.Aku masih di masjid setelah sholat subuh, duduk dulu sejenak menunggu matahari memancarkan sinarnya lebih terang lagi. Aku menghirup udara yang terasa dingin menyapa kulitku. Hmm, lumayan segar rasanya udara pagi ini.Ting, balasan pesan dari Melda langsung masuk.["0652 *** — itu Bang! Oh iya barusan Siska juga ngirim pesan, katanya bisa tidak Abang bayar untuk seminggu ke depan dulu?"]Balasan dari Melda membuat aku berpikir panjang, kenapa Siska minta bayaran duluan? Lalu seandainya aku bayar untuk seminggu mungkinkah Siska akan menepati hadir tiga kali sehari? Takutnya malah nanti dia tidak diperbolehkan lagi oleh suaminya. Aku kenal siapa suaminya itu, pria licik! Pasti ini hanya akal Bang Panji sa
last updateLast Updated : 2023-11-03
Read more

BAB 75. HARAPAN BESAR

Aku kembali ke penginapan, aku membuka pintu ternyata pintunya sudah tidak dikunci lagi. Aku langsung masuk. Aku mengedarkan pandangan yang aku lihat hanya Mixi dan Yura saja. "Aunty Neysa mana?""Di kamar mandi, Yah!" jawab Mixi.Aku pun mendengar percikan air di kamar mandi, kuputuskan untuk berteriak agar Neysa mendengar, "Ney, Abang mau cari kontrakan! Jaga Mixi dan Yura.""Iya, Bang," jawabnya seperti sedang berkumur-kumur.Aku meletakkan selembar uang di atas meja dekat ponsel Neysa, lalu berpesan pada kedua gadis kecil itu, "Bilang pada aunty buat beli makan siang, ya!""Ok, Ayah!"Aku pun berangkat sendirian dengan berjalan kaki, aku memandang di sekitar jalan raya depan rumah sakit sepertinya tidak ada rumah untuk aku kontrak. Aku masih berjalan beberapa meter lagi namun belum juga ada rumah untuk dikontrak rata-rata bertuliskan penginapan, akhirnya aku bertanya pada seorang pejalan kaki yang aku temui."Maaf, Pak! Numpang tanya kira-kira kalau saya cari kontrakan di mana ya?"
last updateLast Updated : 2023-11-05
Read more

BAB 76. RENCANA PULANG KAMPUNG

"Uwais, anak ayah, cepatlah sehat sayang!" doaku dalam hati.Sebelum benar-benar berlalu Melda kembali bicara padaku, "Nanti ke rumah sakit, bareng Melda lagi?"Ia memberi tawaran tumpangan ke rumah sakit nanti. Aku jelas menolaknya. "Kau duluan saja, aku ingin membersihkan ruko ini dulu. Sekali lagi makasih banyak ya, Mel!""Sama-sama, Bang!"Wanita itu akhirnya benar-benar pergi meninggalkanku sendiri di ruko yang tidak terlalu besar ini. Ruko ini sudah tidak berpenghuni sekitar enam bulan, kulihat lantainya banyak debu dan di langit-langit banyak sarang laba-laba.Aku ingin membersihkan ruko ini, kuputuskan untuk membeli sapu dan kain pel di toko seberang. Aku membersihkan lantai yang penuh debu hingga benar-benar bersih. Aku ingin saat Neysa dan anak-anak ke sini nanti rukonya sudah bersih.Aku menarik nafas lega setelah melihat hasil kerjaku. Semua debu dan sarang laba-laba sudah bersih semua. Aku duduk sejenak menghapus peluh yang masih menetes di dahi. "Akhirnya bersih juga! Tin
last updateLast Updated : 2023-11-09
Read more

BAB 77. Menghibur Mang Ardhan

Kamar kami yang bersebelahan memang membuatku dapat mendengar apa yang mereka bicarakan jika tidak berbisik. "Kakak yang akan menjagamu!" jawab Mixi begitu tegas.Aku sedih mendengar Yura bicara seperti itu namun aku juga tersenyum mendengar jawaban Mixi. Rupanya Yura tidak percaya kalau aku akan menjaganya, tapi Mixi siap mengambil tanggung jawab menjaga adiknya."Lihat saja nanti!" batinku.Setelah berkemas kami bertiga pulang dengan bus. Empat jam perjalanan akhirnya kami sampai juga di rumah.Rasa lelah di perjalanan tidak aku hiraukan karena aku ingin segera menemui Mang Ardhan."Kalian kemasi barang-barang kalian jangan lupa keperluan sekolah!" perintahku pada kedua anak itu, mereka langsung masuk ke kamar mereka. "Anak yang penurut," pujiku.Aku sendiri mengambil kunci dan berjalan cepat menuju becak motor yang terparkir di samping teras.Aku memutar becak motor kesayangan yang sudah menemaniku setahun ini, langsung menyalakan mesinnya. "Syukurlah masih mau menyala."Ku panask
last updateLast Updated : 2023-11-12
Read more

BAB 78. MENEMUI ISTRI DALAM DOA

"Kenapa, Mang?" tanyaku refleks."Al!" Mang Ardhan menggenggam tanganku."Iya, Mang!" balasku dengan sangat serius.Aku merasa atmosfer di sekitarku berubah, ada hawa panas yang aku rasakan. Aku menunggu Mang Ardhan bicara, sebenarnya apa yang akan ia sampaikan hingga harus seserius ini?"Al, aku telah berdosa dan itu sangat besar," ungkapnya yang membuat aku semakin penasaran.Mataku membola mendengar penuturannya, dosa besar apa yang telah ia lakukan? Aku tidak ingin menebaknya karena aku tidak ingin berperasangka buruk. "Ceritalah, Mang! Ada apa?" Wajahnya kini terlihat memerah dan Mang Ardhan pun bercerita, "Aku terlalu terpuruk hingga lupa sholat beberapa hari ini. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan, aku lupa kalau isteriku pasti menunggu aku mendoakan dan mengirim Fatihah untuknya! Ya Allah ampuni hamba!"Pria itu kembali menangis. Ternyata itu yang membuatnya mengucap istighfar dengan sangat keras tadi, rupanya beberapa hari ini Mang Ardhan meninggalkan sholat. Rasa sedih diti
last updateLast Updated : 2023-11-14
Read more

bab 79 hampir gila

Kedatangan pemuda itu membuat aku terkejut, ku kira siapa, tak taunya Gavin. Ia masih berdiri di depan pintu dengan membawa dua gelas kopi. Gavin melangkah perlahan ke arah kami."Iya, Bang! Akhirnya ayah kita telah kembali," kelakar Gandi yang disertai kekehan kecil menjawab pertanyaan kakaknya.Gavin menggeser meja agar lebih dekat denganku. Ia meletakkan dua gelas kopi di atas meja dan mempersilahkan aku minum, "Minum dulu, Bang!"Pemuda itu juga mengambil sebuah kursi dan kami duduk berhadapan.Mataku langsung tertuju pada kopi yang disuguhkan Gavin. Sedari jam sebelas aku duduk di sini, Mang Ardhan sama sekali tidak menyuguhkan aku apa pun. Sangat berbeda jika Teh Yusri masih ada, beliau langsung menanyai aku mau minum apa."Iya, Vin!" Aku mengambil segelas, asap kopi langsung mengepul ketika aku meniupnya. Karena masih terlalu panas, aku mengambil piring yang ada di bawah gelas dan menuangkannya ke piring kecil itu agar lebih cepat dingin. Aku meniup lalu mulai minum perlahan."M
last updateLast Updated : 2023-11-16
Read more

BAB 80. SEKOLAH BARU

Cuaca begitu terik, aku merasa sangat haus. Kulihat anak-anak, mereka kelihatan pucat. Tidak perlu aku tanyakan lagi kenapa, pasti karena kepanasan dan juga haus. Aku yang salah, tidak membawa persediaan air barang sebotol pun.Aku masih melajukan kendaraanku dengan kecepatan stabil, berharap segera menemukan rumah penduduk atau warung. Aku hapal betul, di antara dua kampung memang terdapat pesawangan yang cukup panjang membatasi."Kalian haus? Sebentar lagi ada warung, kita beli minum." Aku mengarang cerita agar mereka bersabar dalam berharap. Hanya dibalas anggukan oleh mereka berdua.Aku tahu pasti pesawangan ini lumayan jauh dan panjang, apa lagi aku berkendara dengan kecepatan sedang jarak yang seharusnya setengah jam aku tempuh dengan satu jam.Akhirnya kami sampai di sebuah dusun dan sudah terlihat rumah warga satu persatu. Mataku awas memperhatikan keberadaan warung di kanan dan di kiri."Itu warung, Yah!" Yura menunjuk warung kecil yang ada di depan sebelah kiri jalan, rupanya
last updateLast Updated : 2023-11-29
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status