Home / Rumah Tangga / Suami Janda Paling Setia / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Suami Janda Paling Setia: Chapter 81 - Chapter 90

106 Chapters

BAB 81. MOTOR JADUL

Setelah kedua mahasiswi itu pergi, aku kembali merajut asa dengan berdoa semoga pelanggan yang lain datang lagi membawa rezeki.Aku berjalan ke luar, melihat kembali spanduk kecil 'SERVICE MOTOR' yang aku pasang di depan ruko. Aku ingin agar tulisan itu benar-benar kelihatan oleh orang banyak."Beneran sudah buka? Tadi pagi kulihat belum!" ujar salah seorang pria yang tiba-tiba saja sudah berdiri di belakangku. Aku pun terkejut karenanya.Aku menoleh pada pria itu dan tersenyum ramah. "Iya Bang. Tadi antar anak-anak dulu ke sekolah!"Pria itu langsung duduk di bangku yang telah aku sediakan untuk pelanggan menunggu. Di situ juga kuletakkan air mineral kemasan, gratis bagi pelanggan yang haus jika menunggu lama."Ini boleh diminum?" tanyanya sambil mengambil air mineral dan minum dengan santai, padahal aku belum menjawab apa pun.Aku tersenyum tertahan melihat tingkah pria itu. Dari pembawaannya, ia terlihat santai dan mudah bergaul. Lihatlah belum sampai semenit berada di sini, kakiny
last updateLast Updated : 2023-11-30
Read more

BAB 82. ANGGAP SAJA ANAK KANDUNG

Keesokan paginya, Miko datang kembali. Pria ini lagi-lagi membuat aku terkejut.Ia datang menepuk pundakku dan langsung bertanya dengan suara keras tepat di telinga. "Gimana, Al?" teriaknya.Aku terlonjak kaget. "Astaghfirullah!"Hampir saja kotak kunci yang sedang kubawa lepas dari tangan. Seandainya lepas dan kunci-kunci itu berserakan apalagi sampai mengenai kaki, ku pelintir lehernya.Lama-lama Miko seperti teman tapi musuh. Kalau dikagetkan terus umurku bisa berkurang dengan sendirinya. Bisa-bisa aku mati muda.Aku mengusap dada karena kelakuan Miko. "Hampir jantungan aku, Ko! Untung nggak jatuh!" keluhku."Elah ... segitu aja! Jadi gimana, nih?"Dengan kurang ajarnya, ia sama sekali tidak merasa bersalah. Langsung duduk di bangku tanpa aku menyuruhnya duduk.Aku menyerngitkan dahi, memandang pada pria yang tidak sabaran itu."Gimana apanya? Ya ampun, barang yang dipesan saja belum datang, Ko!!!" ketusku. Aku melanjutkan pekerjaanku kembali.Ia terkekeh. "Haha, benar juga! Aku sud
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

BAB 83. UWAIS SEMBUH

Aku kembali menyambut hari baru yang cerah dengan semangat yang aku paksakan. Aku dipaksa semangat oleh keadaan. Belum ada apa pun yang berubah, Kinanti dan Uwais masih di rawat. Aku masih berjuang mengusahakan yang terbaik. Jujur saja tabunganku sudah sangat menipis setelah membeli perlengkapan bengkel, perlengkapan kamar dan dapur kemaren. Sekarang tabunganku hanya cukup untuk membayar kontrak ruko satu tahun ke depan. Aku berencana malam ini akan membayarnya karena merasa cocok dengan ruko ini. Jika di tunda lagi, bisa-bisa uangnya habis terpakai.Pagi ini Miko datang kembali ke bengkelku, ia sedang menunggu barang yang kemaren dipesan untuk Vespaa-nya. Pria itu terlihat gelisah setiap sebentar ia berdiri dan mondar-mandir. Aku yang sedang menyusun perlengkapan bengkel hampir saja menabraknya."Lo macam setrikaan aja!" celetukku yang merasa terganggu dengan tingkahnya. Ngomongin soal setrikaan aku jadi teringat Kinanti, istriku. Bagaimana tidak, itu adalah kesibukan kami sebelum ba
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

BAB 84. GOSIP MENIKAH

Semenjak Uwais bersamaku, aku bekerja sambil menjaganya. Kadang aku merasa sangat repot walaupun Mixi dan Yura juga ikut membantuku, mungkin karena Uwais masih bayi, ditambah lagi bengkel ku lumayan ramai. Kalau pekerjaanku tidak selesai di siang hari, aku melanjutkannya hingga malam. Beruntungnya aku punya teman sebaik Melda, wanita itu selalu datang tepat waktu untuk membantu menjaga Uwais di sela-sela kesibukannya di rumah sakit.Satu tahun berlalu begitu saja, gosip tetangga tentang kami semakin menjadi-jadi, aku tak mampu lagi menepisnya. Mereka mengatakan kalau aku dan Melda akan segera menikah. Sesuatu hal yang tidak mungkin terjadi karena aku masih memiliki istri."Bang!" Melda turun dari motor, melepas Uwais dari kain gendongannya.Aku langsung menoleh, melihat pada anakku. "Ayayaya!" celotehnya sambil merentangkan tangan padaku."Anak Ayah! Sini, Nak!" ucapku lembut. Aku mengambilnya dari gendongan Melda.Anakku sudah bersama Melda dari pagi dan ia baru mengantarkannya sudah
last updateLast Updated : 2023-12-02
Read more

BAB 85. AMANAH

Suara tangisan Uwais terdengar begitu kencang, seketika lamunanku tentang Miko menjadi buyar. Saat baru bangun tidur biasanya anakku langsung cari susu, terlambat sedikit maka ia akan menangis keras seperti sekarang. "Uwais, tunggu sebentar, Nak!"Aku langsung berdiri dan berlari menghampiri Uwais. Segera ku buatkan susu dan menggendongnya ke luar, sampai di depan ruko aku pun memberikan tabung yang telah berisi susu ke tangan mungilnya. Anak itu masih berada di pangkuan ku.Anakku terlihat semangat menghabiskan susu dalam botol, ia begitu kuat menghisapnya. "Ayo, Nak! Kalau habis Ayah buatkan lagi."Setelah habis, kubiarkan Uwais sambil kuperhatikan. Rupanya ia tenang, aku tidak jadi membuatkan susu lagi. Tugasku selanjutnya adalah menyuapi Uwais Makan lalu memandikannya.Tak lama datang pelanggan mengantarkan motor. "Bang, bisa benarin motor saya?" tanyanya sopan.Aku yang sedang memangku Uwais langsung mengalihkan pandangan pada orang itu."Bisa, Mas!" Ku letakkan Uwais di atas tik
last updateLast Updated : 2023-12-02
Read more

BAB 86. BEBAN BERAT

Semenjak Miko ditahan, bengkelku menjadi sepi, tidak satupun lagi dari temannya Miko yang datang ke sini. Terakhir aku dengar persatuan mereka bubar karena polisi selalu memantau dan mencurigai kelompok mereka. Aku memperbaki motor seadanya saja, yang penting masih cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur dan susu untuk Uwais.Aku mulai menghemat segalanya."Uang jajan kalian segini dulu, ya!" ucapku saat memberikan uang pada Mixi dan Yura. Hanya setengah dari biasanya, semoga mereka tidak masalah."Segini cukup kok, Yah!" sahut Mixi, Yura mengangguk. "Kami pergi dulu.""Belajar yang pintar," pesanku sebelum mereka berangkat ke sekolah.Sekarang, tak jauh dari bengkelku ada bengkel lain yang hampir selesai dibangun. Bangunan bengkel itu terlihat sangat megah aku rasa pemiliknya adalah perusahaan besar.Minggu depan bengkel besar itu akan diresmikan, membuat aku merasa khawatir. Namun, aku masih berusaha menenangkan hati dengan membaca mantra, "Tenang, Al! Rezeki tidak akan tertukar!"Semi
last updateLast Updated : 2023-12-03
Read more

BAB 87. AYAH YANG GAGAL

"Tolong bedakan ya, Pak! Sekarang Bapak mau kerja dengan kami, mana boleh membawa anak. Buang-buang waktu saya saja!" ketusnya dengan suara keras.Kata-kata terakhirnya membuat hatiku terasa sakit. Dia bilang menemuiku buang waktu saja. Aku sangat kecewa dengan sikap tidak ramahnya manager itu, apa salahnya bicara baik atau menolakku dengan halus.Aku memandang sekitar. Sesuai dugaan, saat ini semua mata yang ada di bengkel melihat padaku. Aku malu dikatai di depan orang lain seperti ini. Dalam hati, aku sungguh merutuki sikap perempuan yang jabatannya manager ini.Aku menatap tajam pada wanita itu. Ia terlihat gelagapan dan mengalihkan pandangan.Mungkin saat ini ia masih sangat kesal padaku, bibirnya bergerak-gerak miring walaupun tidak ada lagi kata-kata kejam yang keluar dari mulutnya untukku."Kau!!! Lain kali perhatikan orang yang datang. Jangan asal memanggilku saja!" Ia menoleh pada karyawan yang tadi memanggilkan-nya untukku. Ia menunjuk pemuda itu dan berkata dengan sinis."
last updateLast Updated : 2023-12-03
Read more

BAB 88. PANTI ASUHAN

Pagi harinya aku terbangun, entahlah hanya berapa jam aku tertidur. Dada ini masih terasa sangat sesak. Setelah berpikir semalaman, aku putuskan untuk mengantarkan mereka ke tempat yang lebih baik, di sana mereka berdua akan bisa sekolah dan makan lebih teratur dari pada ikut bersamaku.Sedangkan Uwais, ia masih sangat kecil dan belum pernah mendapat kasih sayang ibu, aku tidak tega jika harus memisahkannya dari ayah yang sudah gagal ini."Mixi, Yura! Bangun, Nak!" Aku mengetuk pintu kamar anak-anak untuk membangunkan mereka. Karena tidak ada jawaban, aku masih memanggil mereka beberapa kali.Hari ini hari libur, semalam mereka yang menjaga Uwais. Saat ini mungkin mereka masih mengantuk. Tapi aku tetap membangunkan mereka untuk salat subuh.Setelah beberapa kali mengetuk pintu kamar mereka, akhirnya terdengar sahutan dari dalam, "Sudah bangun, Yah!"Aku menarik nafas dalam selanjutnya bicara dengan lembut, "Kalian, salatlah dulu, setelah itu kemasi barang kalian!"Aku belum memberitah
last updateLast Updated : 2023-12-04
Read more

BAB 89. KEMBALI PULANG

Aku telah sampai di dekat mereka bertiga, langsung saja aku pisahkan gandengan tangan Mixi dan Yura dengan wanita paruh baya itu dengan lembut."Maafkan saya, Bu! Ternyata saya tidak bisa meninggalkan mereka!" Sekarang gandengan tangan mereka pindah ke tanganku. Mixi di kanan dan Yura di kiri."Ayah!!!" Suara mereka terdengar bergetar, terutama Yura yang sedang menangis.Aku melihat mereka berdua secara bergantian, kakak beradik itu tersenyum penuh arti padaku. Sangat berbeda dengan pertama kami datang tadi, anak-anak diam dan terlihat murung. Aku pun ikut tersenyum melihat pancaran bahagia yang tidak dapat mereka sembunyikan.Mereka anakku, hanya aku yang akan menjaga dan mendidik mereka. Ralat, hanya aku dan Kinanti yang akan selalu menemani tumbuh kembang mereka. Bahkan Thomas sang ayah kandung pun tidak bisa menemani tumbuh kembang mereka."Ayo! Kita pulang!!!" Tanganku semakin erat menggandeng mereka. Seakan enggan melepasnya.Setelah itu, aku pamit dan meminta maaf pada ibu dan b
last updateLast Updated : 2023-12-04
Read more

BAB 90. MAKAN ENAK

"Kalau merepotkan bilang ya, Mel!" ucapku sebelum menyerahkan Uwais padanya.Melda mengangguk diiringi ocehan riang Uwais. "Semoga Melda benar-benar tidak repot karena kami," harapku."Da ....!" Aku melambaikan tangan pada anakku. Rasanya aman kalau dia bersama Melda, pasti diurus dengan baik. Mana berani aku meragukan dokter anak tentang mengurus anak.Mereka berlalu, aku kembali melanjutkan aktivitasku. Karena tidak ada lagi Uwais di punggung, aku jadi sangat leluasa sekarang. Aku berpindah dari tempat sampah satu ke yang lainnya dengan begitu cepat. Aku sudah dapat dua karung penuh."Masih siang, masih ada waktu." Aku melihat matahari, ia masih gagah di atas sana. Benar saja di ponselku masin pukul tiga sore.Aku putuskan pergi ke kampus, aku mulai lagi dengan karung yang besar. Begitu banyak botol minuman bekas plastik atau pun kaleng. Jika aku pungut semua pasti dapat lima puluh ribu atau lebih."Bu, ini boleh saya ambil?" Aku meminta izin pada pemilik warung karena botol plastik
last updateLast Updated : 2023-12-05
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status