Hangatnya sinar mentari menerpa wajah manis itu, sang empu merasa terganggu dalam tidurnya. Namun, tak jua membuka mata. Tidak lama dari itu, terasa jemari panjang menelusuri wajahnya. Mulai dari kening, hidung. Dan berakhir di bibir. Alih-alih menepisnya, dia justru tersenyum dalam tidurnya. "Hei Putri tidur, bangunlah. Sudah pagi."Kelopak mata itu mulai terbuka secara perlahan, butuh beberapa saat untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitar. Jenala menguap sambil menutup mulutnya, lalu menoleh ke samping. Seketika pipinya merona kala melihat tatapan dalam dari sang suami. "Mas, sudah bangun?" "Menurutmu?" Jenala mencebik, Abimana yang gemas langsung mencubit pipi yang sudah chubby itu. Memang porsi makan Jenala kembali seperti dulu, tentunya diimbangi oleh olahraga rutin."Kamu semakin berisi, dan aku suka." Jangan pikir Jenala tersanjung akan hal itu, dia justru menatap Abimana kesal. "Bilang saja jika aku gendutan! Tidak usah diperhalus!" Jenala memberi jarak, selimut berukur
Read more