Semua Bab SUAMI DADAKANKU SAHABAT AYAHKU: Bab 31 - Bab 40

72 Bab

31

Jenala resmi memegang perusahaan A&J milik mendiang papanya. Dan dia sangat bersyukur karena Abimana selalu berada disisinya untuk mensuportnya. Perusahaan Alpha memang tidak besar, karyawannya pun hanya dua puluh orang. Tapi jangan remehkan kualitas mereka semua, karena perusahaan ini berfokus pada periklanan. Tak jarang brand-brand besar juga di handle oleh A&J. "Bu Jenala, dua bulan yang lalu kita semua sempat meeting bersama Pak Abimana. Beliau mengatakan jika A&J akan dipindahkan ke pusat kota, karena gedung ini memang sudah habis masa kontraknya." Jenala terdiam, dia menatap sang manajer dan beberapa stafnya penuh pertimbangan. "Saya baru terjun di sini sekitar satu minggu. Tapi belum diinfokan oleh Mas Javier mengenai hal itu. Jika begitu nanti saya make sure kembali, ya." Mereka mengangguk serempak, sejujurnya Jenala ragu untuk pindah. Karena di sini lokasinya sangat strategis. Dan juga ini tempat pertama kali papanya merintis bisnis. "Pak, Ben. Ini kontraknya sisa berapa
Baca selengkapnya

32

Pagi harinya Abimana, Jenala serta Sera bergegas ke lantai bawah. Mereka langsung mengambil duduk di tempat masing-masing. "Ma, Papa tidak sarapan?" Raquel menggeleng. "Papa kamu selesai satu jam yang lalu. Sudah berangkat juga ke kantor, biasalah, seperti kamu tidak mengenalnya saja." Kekeh wanita itu, yang dibalas dengan anggukan singkat dari Abimana. "Aunty, Sera maunya susu coklat." Jenala menoleh pada Sera, lalu melirik segelas susu putih yang ada di sebelah gadis kecil itu. "Sebentar ya, Aunty buatkan dulu." Setelah Jenla berlalu, Abimana mengusap kepala sera penuh kelembutan. "Sayang, untuk kedepannya makan apa yang ada di hadapan Sera saja, ya. Kasihan Aunty Jena, sarapannya jadi terganggu."Sera mengernyit bingung, dia mantap Abimana penuh tanya. "Kenapa? Apakah tidak boleh, Papa?" Abimana membenarkan posisi duduknya. Dia mengusap surai Sera telaten. "Boleh saja sayang, tapi cek dulu keadaan, dan disini posisinya makanan Sera sudah tercukupi. Lalu jika ingin meminta sesu
Baca selengkapnya

33

"KAMU APAKAN CUCU SAYA HAH!" Jenala terdiam dengan pandangan kosong ke depan. Dia sama sekali tak melawan ketika Raquel meremas bahunya kuat. Yang ada di kepalanya saat ini adalah hanya keadaan sera.Jenala masih ingat tubuh kecil itu tergeletak dengan darah di pelipisnya, belum lagi kening serta kakinya yang lecet akibat gesekan aspal. "Dasar Ibu yang tidak becus!" Cisa menimpali, perempuan itu berdiri di sisi mamanya. Jika saja keadaan normal, mungkin Jenala akan melawan mereka. Tapi saat ini dia kehilangan rasa percaya diri itu, bahkan Jenala berpikir jika dirinya memang tak becus menjadi ibu bagi sera. "Tante, Cisa. Sudah ya, Jena pasti masih shock." Miranda membuka suara, perempuan itu menarik lengan Jenala seraya mendudukkannya di kursi ruang tunggu. "Yang terpenting kita harus berdoa supaya Sera baik-baik, saja." Miranda menepuk pelan punggung tangan Jenala sebagai penyemangat. Sementara Jenala mulai terisak, perasaannya tersayat ketika membayangkan keadaan Sera di dalam s
Baca selengkapnya

34

Belum genap tiga bulan mereka menikah, rumah tangganya tiba-tiba diguncang badai. Ternyata memang benar, tidak baik tinggal bersama mertua dan ipar. Pasti ada saja cekcoknya.Ini adalah pertengkaran pertama mereka setelah menikah, dan jika boleh jujur. Jenala sakit hati karena Abimana tak mendengar dari kedua sisi. "Jenala, kenapa terburu-buru?" Jenala tersentak, dia tak sadar jika ada papa mertuanya yang menghalangi jalannya. "Papa, maaf. Saya mau ke kamar mandi. Kalau begitu saya duluan ya, Pa." Jenala berlari tergesa-gesa menyusuri koridor rumah sakit. Sementara Viktor memperhatikan perempuan itu penuh penilaian. Viktor melangkah menuju kamar Sera, dan menemukan Abimana serta Raquel. Sedangkan Sera sudah memejamkan mata dengan boneka beruang yang ada di pelukannya. "Bagaimana keadaannya?" "Sudah lebih baik, Pa. Kakinya terkilir sama luka lecet di kening," jawab Abimana. Jujur saja, Abimana terlihat aneh ketika melihat mamanya yang membuang muka kala tak sengaja bertatapan denga
Baca selengkapnya

35

"Kamu sudah hamil, belum?" Tubuh Jenala menegang, ia menelan ludah susah payah. "Pasti belum, ya? Sudah periksa ke Dokter? Takutnya ada yang salah dengan keseha-" "Mama, Miranda sudah siap." Miranda tersenyum lebar, perempuan itu benar-benar cantik, walau dengan riasan tak berlebihan. Pantas saja dia menjadi salah satu model yang diperhitungkan saat ini. "Hai Jena! Terima kasih sudah datang!" Miranda melangkah menuju Jenala, dan memeluk perempuan itu singkat. Sementara Cisa yang ada di belakang Miranda berdecak malas. Jenala yang melihatnya hanya tersenyum datar, entah mengapa Cisa begitu membencinya sekarang. "Ternyata acaranya sudah mau mulai, ya?" Jenala menoleh ke sumber suara, sepertinya itu para sepupu serta paman, Abimana. Jenara tertegun untuk sejenak melihat paras menawan mereka semua. Ada beberapa yang Jenala kenali, itu pun mereka yang ke acara pernikahannya saja."Iya, Pa. Biar cepat acara makan-makannya. Cisa sudah lapar sekali katanya.""Ih! Miranda! Jangan berboho
Baca selengkapnya

36

Sekitar pukul sembilan pagi, Jenala dikejutkan oleh notifikasi dari Abimana. Ia terkekeh geli kala membacanya. Mas Suami. [ Jena, masih ingat pesan Sera semalam, tidak? Dia ingin membeli ikan hias di depan kantormu. Sekalian Fish Bowlnya. Maaf ya, andai aku tidak sibuk. Pasti aku yang membelikannya. ][ Kamu tahu, aku baru saja membahas perihal kerjasama dengan Dario Grup, yang aku ceritakan beberapa hari yang lalu. Mungkin untuk kedepannya aku juga sangat sibuk, karena akan membangun perhotelan di Kuala Lumpur. ]Jenala tersenyum bangga pada Abimana, ia mulai mengetik untuk membalas pesan sang suami. [ Beres, Mas. Aku juga tidak sibuk pagi ini, karena ada Pak Ben yang handle. Nanti langsung aku bawakan Sera pulang, ya. Sekalian mau ambil flashdisk di rumah. ][ Semoga proyeknya lancar Mas, kalau Mas butuh apapun. Aku akan selalu membantu selama aku mampu.]Mas Suami. [ Thank you istriku.] [ Kamu balik lagi ke kantor? Apa kamu tidak kelelahan? Kalau cape bilang, ya. Kamu bolak b
Baca selengkapnya

37

Setelah Jenala berhasil keluar dari rumah itu, dia bergegas menelpon salah satu pelayan di rumahnya. Jenala memang cukup kenal baik dengan satu orang, mungkin karena mereka seumuran. "Saya minta tolong kali ini, bisa, 'kan?"Jenala memohon penuh iba, mau tak mau perempuan itu mengiyakan. Tak mungkin juga dia menolak permintaan dari istri tuan mudanya.[Baik Bu. Sekarang Ibu Jena langsung ke kantor saja, saya akan membereskan semuanya]"Terima kasih sekali lagi, Rena. Saya akan selalu mengingat jasamu." Jenala membisu sepanjang perjalanan menuju kantor, dia berusaha mengembalikan kewarasannya. Fakta yang dia temukan benar-benar membuatnya tak mampu berkata-kata. Kehidupan tenangnya dulu berubah drastis, dan Jenala merasa hidupnya benar-benar penuh tantangan sekarang. Disaat seperti ini dia sangat membutuhkan keluarganya, andai mereka masih ada. Pasti Jenala tak hilang arah seperti ini. "Ma, Pa, Juwita. Aku merindukan kalian." Malam harinya, Abimana pulang dalam keadaan rumah sudah
Baca selengkapnya

38

Abimana, Jenala serta Sera sudah mencoba berbagai macam permainan. Mereka dipaksa oleh gadis kecilnya, dan berakhir perut mereka minta di isi karena sudah terlalu lelah bermain. Mereka memutuskan ke restoran favorite mereka yang ada di sini. Restoran itu menyediakan menu eropa serta asia. "Huh… lelahnya. Mama, Sera mau jus alpukat. Seperti yang Mama buat minggu lalu." "Kamu buat jus alpukat? Kenapa tidak membuatkanku?" Abimana menatap Jenala, yang dibalas kekehan oleh sang empu. "Itu sisa alpukat di kulkas, Mas. Dan aku pikir Mas Javi tidak menyukainya, karena kebanyakan orang-orang di sini memakan alpukat pakai roti." Jenala pernah menawarkan pada rekan kerjanya dulu, tapi mereka malah menertawakannya. Kata mereka sungguh aneh melihat alpukat dibuat jus seperti itu."Aku suka, dulu waktu liburan ke Jakarta sering dibuatin sama Oma." Netra Abimana meredup kala mengingat mendiang neneknya. Jenala yang melihat itu langsung berinisiatif mengelus lembut punggung tangan sang suami. "N
Baca selengkapnya

39

Pagi ini ada pemandangan yang tak biasa. Viktor ikut sarapan dengan keluarganya, Abimana yang sudah mengambil duduk menatap papanya penuh penilaian. "Tumben Papa ikut sarapan? Ada angin apa?" Alih-alih merasa tersinggung, pria itu menatap putra sulungnya dengan smirk khas andalannya. "Ingin saja, apalagi yang memasak menantu Papa." Abimana melayangkan tatapan protes, dia memincing menatap ke arah sang papa. "Jangan main-main, Pa. Jenala istriku!" Uhuk!Raquel yang sedang menyiapkan hidangan di atas meja pura-pura terbatuk keras, agar atensi kedua pria itu mengarah padanya."Posesif," ejek Viktor, sementara Abimana memasang raut datar. Raquel meremas kedua tangannya, lalu menghentakkan kaki menuju dapur. "Hari ini suami saya sarapan di rumah, kamu jangan membuat kesalahan. Berdoa saja supaya masakan kamu bisa diterima di lidahnya."Jenala mengangguk kaku. Lalu mengikuti langkah Raquel menuju meja makan. "Cisa di mana, Ma?" Raquel menatap Abimana sekilas. "Ke rumah Miranda, ada ke
Baca selengkapnya

40

"Tapi apa? Nyatanya dia berbohong. Justru dia yang selalu membuatku merasa kecil dan hilang arah. Rasanya menyakitkan, sungguh. Karena pria itu adalah orang yang aku cintai, tapi dia juga yang menghancurkanku." Perkataan dengan nada datar itu memukul telak Abimana, ia mencoba untuk menyentuh Jenala. Tapi dengan cepat perempuan itu menepisnya. “Sepertinya kita butuh waktu sendiri, Mas. Awal-awal aku begitu yakin denganmu, tapi kenapa makin ke sini kamu terlihat egois.”Abimana menggeleng kuat, dia menarik tangan Jenala dan menggenggamnya erat. “Tidak Jena, jangan katakan hal seperti itu. Aku-” Abimana menelan ludah susah payah. ”Aku tau jika diriku sangat bodoh dan berpikiran sempit saat panik. Aku mohon, jangan pergi!” Jenala membuang pandangan ke arah lain, dia tak tahu harus merespon seperti apa. Hatinya begitu sakit kala mendengar tuduhan Abimana kepadanya. “Aku tidak tau jika Papa alergi, dan Mama hanya mengatakan kalau udangnya dicampur saja dengan bumbu yang lain. Lalu dible
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status