Semua Bab Derita Istri Pertama: Bab 21 - Bab 30

89 Bab

Bab 21 Rahmi

“Karena aku sudah membawa Ibu Karina kesini, cepat kalian serahkan Karina pada Ibunya. Aku sudah mendengar cerita dari suami wanita ini jika Ayah Karina yang melakukan penganiayaan. Bukan Ibunya.” Ucap Rumi tanpa mempedulikan keberadaan Pak Aris yang menjadi tamu kami. Membuat aku merasa sangat tidak enak karena Pak Aris harus menonton drama keluarga kami di pagi hari. “Kita bicarakan hal ini nanti. Kamu bisa membawa masuk Ibunya Karina ke dalam ruang keluarga dulu Rum. Aku dan Mas Adi masih ada urusan dengan Pak Aris.” Terangku sambil menunjuk tumpukan kertas di atas meja yang sudah di keluarkan Mas Adi. Tanpa menjawab perkataanku, Rumi sudah menarik tangan wanita itu untuk masuk ke dalam ruang keluarga. Aku mengeluarkan hp untuk mengaktikan sesuatu. Setidaknya rumah Papa dan Mama sudah di lengkap dengan peralatan canggih seperti kamera CCTV dan alat perekam. Sehingga kami bisa memantau siapapun yang masuk ke rumah ini. “Maaf jika tadi ada sedikit gangguan Pak Aris.” Kata Mas Adi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 22 Debat

“Jangan bicara sembarangan mbak. tentu saja Mbak Rahmi itu Ibunya Karina. Kenapa kamu malah bicara melantur.” Bukan Rahmi yang bicara. Melainkan Rumi. Aneh sekali karena raut wajah Rumi tampak sangat ketakutan. Kenapa dia tidak bisa sedikit berakting saat berani membawa Rahmi ke rumah ini?“Bisa jadikan. Karena mana ada Ibu kandung yang tega menyiksa anaknya sendiri sampai seperti itu.” Ucapku yang membuat Rumi terdiam. Aku bisa melihat tangan Rumi yang terus menyenggol paha Rahmi.“Nada benar Rum. Kami tidak bisa menyerahkan Karina begitu saja pada Ibu kandungnya karena Karina sudah mengalami penganiayaan. Bahkan Karina sama sekali tidak mau menyebut nama Ibunya sendiri karena takut.” Kata Mas Adi membelaku. “Apa bukti kalian jika saya melakukan penganiayaan pada Karina? Saya akui jika selama ini saya hanya diam saja selama suami saya memukul Karina. Tapi, saya terpaksa diam karena jika saya bergerak, suami saya akan semakin keras memukul anak kami. Setelah Karina kabur saya baru sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 23 Rencana Matang

“Kamu keterlaluan sekali mas. Kenapa kamu juga harus melakukan hal ini? Karina itu bukan anak kalian. Apa susahnya sih menyerakah Karina pada Ibu kandungnya.” Lagi-lagi Rumi yang lebih dulu berseru tidak terima. Rahmi ha ya diam saja seolah menunggu intruksi dari Rumi.“Entahlah. Aku hanya merasa sudah menemukan ikatan batin dengan Karina, Rum. Lagian Nada sudah mengatakan jika dia akan menggunakan penghasilannya sendiri untuk biaya hidup Karina. Jadi, kamu tidak perlu khawatir. Apa yang membuat kamu begitu takut seperti itu Rum?” Tanya Mas Adi datar membuat Rumi hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Maaf. Saya rasa tidak perlu melakukan hal itu. Karena saya bisa membuktikan jika bukan saya yang sudah menganiaya Karina.” Sela Rahmi memotong percakapan di antara Mas Adi dan Rumi. “Baiklah. Aku ijinkan kamu untuk bertemu dengan Karina. Tapi, jika Karina tidak mau jangan paksa dia lagi. Karena kami akan tetap melaporkan hal ini pada pihak kepolisian.” “Bagaimana jika Karina mau pergi b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 24 Jatah Madu

Aku masih membalas pesan para pelanggan yang hendak membeli barang dagangan dari pabrik milik Papa dan Mama hingga adzan dhuhur terdengar berkumandang. Mas Adi masih belum pulang ke rumah. Pesan terakhir yang aku terima adalah dia sedang ada di rumah sakit untuk melakukan tes dna. Kakiku melangkah keluar menuju kamar anak-anak. Setelah sholat dhuhur dan makan siang aku ingin mengajak mereka untuk melihatku membungkus barang pesanan pelanggan. Tidak ada suara Nasya dan Karina yang terdengar dari luar. Membuatku sedikit khawatir kenapa tidak ada suara percakapan mereka jika sedang bermain. Tanganku lalu mengetuk pintu kamar mereka pelan. Tok… tok… tok… “Nasya, Karina, Ibu masuk ya.” Tidak ada jawaban dari dalam yang membuatku segera membuka pintu. Cklek Rasa khawatir itu seketika luruh saat melihat tubuh kecil Nasya dan Karina tertidur di atas karpet. Saat ini memang waktunya jam tidur siang untuk Nasya. Biasanya sebelum dhuhur Nasya akan menghabiskan waktunya untuk bermain bersama
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 25 Awal Mula Poligami

POV Adi Sejak menikah dengan Nada, rasanya hidupku sangat bahagia. Walaupun sebelum menikah kami hanya melakukan proses taaruf. Di tambah lagi dengan kehadiran seorang putri yang sangat mirip denganku. Tapi, rambut kriwil Nasya turunan dari Ibunya. Tentu saja ada lika-liku selama tiga tahun membangun biduk rumah tangga. Tapi, semua itu bisa di selesaikan asal kita bisa berkompromi satu sama lain. Menyadari kesalahan masing-masing dan cepat menyelesaikannya. Hari itu, aku keluar dari sekolah yang masih berada di bawah yayasan yang di kelola oleh Abah dan Umi. Aku mengajar sebagai guru Ekonomi untuk siswa madrasah Aliyah. Setiap jam dua siang aku akan pulang dari sekolah lalu pergi ke toko baju yang sudah aku kelola bersama dengan Nada selama tiga tahun ini. Sejak toko ini berdiri, kami sudah membuka dua cabang. Aku bisa mengelola setelah pulang mengajar di sekolah. Sedangkan Nada fokus menjadi Ibu rumah tangga sekaligus mengasuh Nasya. Keputusan ini kami ambil murni karena keinginan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 26 Perkataan Nada

Suara dering telpon di rumah Rumi membuatku terbangun. Pandanganku beralih pada Rumi yang masih tidur nyenyak. Di antara kami ada Rahman yang sejak tadi aku peluk sebelum tidur. Aku lalu turun dari tempat tidur dan berjalan menuju ruang tengah. Menuju telpon yang sengaja aku pasang jika ada telpon penting dari toko. Karena hpku sering di pakai Rahman untuk bermain game hingga baterainya habis.“Halo assalamualaikum.” Sapaku sambil menguap. “Waalaikumsalam Di. Kamu ada dimana sekarang sih? Sejak tadi Abah telpon hpmu nggak aktif.” Kedua mataku seketika terbuka begitu mendengar suara Abah. Tumben sekali Abah menghubungiku lewat telpon rumah. Biasanya Abah akan menelpon Rumi jika aku sedang tidak memegang hp.“Aku ada di rumah Rumi, Bah. Mungkin hpku lagi ngedrop karena tadi di pakai main sama Rahman. Kenapa Abah nelpon malam-malam begini? Ibu dan Umi sehatkan?” Tanya ku sedikit khawatir sambil melirik jarum jam yang menunjukkan pukul delapan malam. Aku memang sengaja mengajak Rumi dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 27 Kenyataan

"Aku mohon jangan dek. Aku janji akan memperbaiki semua kesalahanku padamu dan Nasya." Aku menggenggam erat kedua tangan Nada yang sangat dingin. Entah apa yang terjadi. Tanpa terasa air mata sudah meluncur deras dari kedua mataku. Bersamaan dengan air mata Nada yang juga menghiasi wajah cantiknya. Kami berdua menangis bersama."Keputusanku sudah bulat mas. Ini bukan pertama kalinya kamu mengabaikan Nasya demi Rahman. Bahkan saat acara kelulusan di TK kecil kau meninggalkan Nasya di tengah acara wisuda hanya karena Rumi mengatakan Rahman terus menangis karena ingin bertemu denganmu." Kata Nada tersendat karena masih menangis.Tiba-tiba saja semua potongan kejadian yang baru saja di sebutkan Nasya berputar dalam otakku seperti kaset rusak. Memikirkannya sekarang saja sudah membuatku sangat sedih. Aku sendiri tidak habis pikir bagaimana dulu aku bisa menuruti semua keinginan Rumi dan Rahman begitu saja. Hingga menciptakan luka yang sangat dalam di hati anakku yang lain. Bukan berarti ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 28 Mengetahui

"Nasya sayang. Ayah nggak bermaksud menyakiti kamu." Ini pertama kalinya aku mendengar secara langsung kata jahat yang keluar dari mulut putriku. Dan kata itu di tujukan padaku, Ayahnya sendiri. "Nggak mau. Suruh Ayah pergi sekarang Bu." Jerit Nasya tidak terkendali. Hatiku semakin teriris pedih. Kenapa aku baru sadar kemarin jika semua hal yang aku lakukan setelah berpoligami begitu menyakitkan untuk Nada dan Nasya? Jika aku sadar lebih awal, mungkin aku masih bisa memperbaiki keadaan. Bersikap seadil mungkin di antara Nada dan Rumi. Memberikan perhatian yang sama besarnya pada Nasa seperti yang sudah aku berikan pada Rumi."Lebih baik Mas Adi pergi sekarang. Nggak enak sama pasien lain kalau suara tangis Nasya sampai keluar dari kamar ini." Aku hanya bisa menganggukan kepala lalu mulai melangkah pergi dari kamar ini. Karena aku tidak punya tempat tujuan lain, aku memutuskan untuk tidur di musola rumah sakit. Kelopak mataku tidak bisa kunjung terpejam. Perkataan Nasya yang mengatak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 29 CCTV

Berarti selama ini Papa Jaya dan Mama Tiah sudah tahu tentang masalah rumah tanggaku dan Nada. Tapi, seingatku Papa dan Mama masih tetap memperlakukan aku dengan baik. Mengingat aku adalah menantu pertama dalam keluarga mereka. Adik Nada yang masih menempuh pendidikan di Austrlia belum menikah hingga sekarang. "Lalu, bagaimana reaksi Mama mertuaku?" Arman terdengar menghela nafasnya di sebrang telpon. Sepertinya dia juga sedang kesal karena aku baru menyadari hal ini sekarang. Di saat semuanya sudah hampir terlambat. "Tante meminta Nada untuk membicarakan semua hal ini denganmu. Karena sebagai Ibu mertua, Tante tidak bisa ikut campur dengan rumah tangga kalian. Kamu termasuk beruntung Mas. Kalau aku jadi Mama mertuamu, sudah aku labrak istri keduamu itu. Ibarat kata Rumi itu masuk dalam rumah tanggamu dan Nada di saat kalian sudah mapan. Dia ingin ikut merasakan kemewahan harta dari hasil toko kalian itu. Padahal nyatanya Om Jaya yang berperan penting membuat toko kalian menjadi maj
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 30 Jatuh

Tubuhku seketika bergetar karena merasa marah. Apa maksud dari perkataan Rumi dan Mamanya tadi? Jadi, mereka sengaja merencanakan semua ini karena Rumi tahu aku lebih mengharapkan anak laki-laki sebagai anak pertama? Tapi, bukan itu maksduku. Jariku segera mengetikan pesan balasan untuk Arman dengan cepat. [Jika mereka masih ada di rumah kamu pasang kamera CCTV-nya besok saja Man. Sekitar jam tujuh sampai jam delapan pagi. Sekitar waktu itu rumah kosong karena Rumi dan Mamanya mengantarkan Rahman ke paud. Maaf karena aku sudah memberikan informasi yang salah. Untung kamu tidak ketahuan oleh Rumi dan Mamanya. Terima kasih untuk rekaman suaranya tadi.] Drrtt… Tidak membutuhkan waktu lama untuk Arman membalas pesanku. [Iya sama-sama Mas. Semoga kamu bisa segera menemukan apa yang selama ini di sembunyikan Rumi dan Mamanya. Ini aku dan temanku langsung pulang. Kita juga yang salah karena tidak meneliti garasi rumah ini dulu. Besok aku dan temanku akan coba lagi memasang kamera CCTV dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status