Share

Bab 29 CCTV

Penulis: Alita novel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Berarti selama ini Papa Jaya dan Mama Tiah sudah tahu tentang masalah rumah tanggaku dan Nada. Tapi, seingatku Papa dan Mama masih tetap memperlakukan aku dengan baik. Mengingat aku adalah menantu pertama dalam keluarga mereka. Adik Nada yang masih menempuh pendidikan di Austrlia belum menikah hingga sekarang.

"Lalu, bagaimana reaksi Mama mertuaku?" Arman terdengar menghela nafasnya di sebrang telpon. Sepertinya dia juga sedang kesal karena aku baru menyadari hal ini sekarang. Di saat semuanya sudah hampir terlambat.

"Tante meminta Nada untuk membicarakan semua hal ini denganmu. Karena sebagai Ibu mertua, Tante tidak bisa ikut campur dengan rumah tangga kalian. Kamu termasuk beruntung Mas. Kalau aku jadi Mama mertuamu, sudah aku labrak istri keduamu itu. Ibarat kata Rumi itu masuk dalam rumah tanggamu dan Nada di saat kalian sudah mapan. Dia ingin ikut merasakan kemewahan harta dari hasil toko kalian itu. Padahal nyatanya Om Jaya yang berperan penting membuat toko kalian menjadi maj
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Derita Istri Pertama   Bab 30 Jatuh

    Tubuhku seketika bergetar karena merasa marah. Apa maksud dari perkataan Rumi dan Mamanya tadi? Jadi, mereka sengaja merencanakan semua ini karena Rumi tahu aku lebih mengharapkan anak laki-laki sebagai anak pertama? Tapi, bukan itu maksduku. Jariku segera mengetikan pesan balasan untuk Arman dengan cepat. [Jika mereka masih ada di rumah kamu pasang kamera CCTV-nya besok saja Man. Sekitar jam tujuh sampai jam delapan pagi. Sekitar waktu itu rumah kosong karena Rumi dan Mamanya mengantarkan Rahman ke paud. Maaf karena aku sudah memberikan informasi yang salah. Untung kamu tidak ketahuan oleh Rumi dan Mamanya. Terima kasih untuk rekaman suaranya tadi.] Drrtt… Tidak membutuhkan waktu lama untuk Arman membalas pesanku. [Iya sama-sama Mas. Semoga kamu bisa segera menemukan apa yang selama ini di sembunyikan Rumi dan Mamanya. Ini aku dan temanku langsung pulang. Kita juga yang salah karena tidak meneliti garasi rumah ini dulu. Besok aku dan temanku akan coba lagi memasang kamera CCTV dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Derita Istri Pertama   Bab 31 Mengubah

    Aku segera menggendong Rahman agar keluar dari rumah sakit ini. Seperti biasa jika sedang marah Rahman akan memukul orang terdekatnya. Kebiasaan yang seharusnya bisa aku ubah sejak dulu jika tidak terlalu memanjakan Rahman. Rumi dan Mama Saroh sudah berjalan di belakangku. Kami berdiri menunggu di teras rumah sakit untuk menunggu taksi online yang sudah aku pesan tadi. “Diam Rahman. Jangan mukul Ayah seperti itu. Kalau tidak Ayah nggak akan pulang sama kalian.” Ujarku dengan intonasi suara yang datar. Bahkan tanpa meninggikan suara sama sekali isak tangis Rahman yang keras tadi perlahan hilang. “Jangan bicara seperti itu pada Rahman mas. Dia hanya merindukan kamu saja.” Bela Rumi tidak ingin putranya di marahi. “Kamu juga diam Rum. Aku akan memperbaik semua hal yang salah. Tidak hanya tentang pembagian jadwal yang lebih adil di antara kamu dan Nada. Tapi, juga cara mendidik Rahman yang benar.” Jawabanku barusan tentu saja membuat Rumi sangat tercengang. Sejak kami berkenalan lalu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Derita Istri Pertama   Bab 32 Toko

    Karena Rumi terus bicara hal yang memojokan Nada, aku segera menarik tangannya agar bisa segera masuk ke dalam gedung rumah sakit. Rasanya aku ingin membentak Rumi saat ini juga karena sudah membuat semua orang tahu masalah keluarga kami. Namun, sesuatu yang di luar dugaan terjadi. Nada bangkit dari kursinya dan membalikan semua perkataan Rumi. Istri pertamaku itu membalas dengan membuka aib kami juga. Membuatku tanpa sengaja menegurnya. Ia menatap mataku dengan garang. Sepertinya Nada sudah salah paham padaku. Bukannya aku ingin membela Rumi saat ini. Tapi akan lebih baik jika kami menyelesaikan masalah ini tanpa harus mengumbar aib. Walaupun yang memulai semua ini adalah Rumi. Tidak lupa juga Nada mengancam orang-orang di taman rumah sakit ini yang sudah merekam kejadian tadi untuk menghapus dan tidak menyebarkan rekaman tadi. Jika tidak Nada akan melaporkan mereka ke polisi. Untung saja mereka setuju karena mendengar ancaman tentang polisi. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Derita Istri Pertama   Bab 33 Pertengkaran

    Kejujuran demi kejujuran yang keluar dari mulutku membuat Nada merasa sangat geram. Aku rela melanggar janjiku pada Papa untuk menggelapkan uang toko hanya karena Rumi yang meminta. Melupakan ajaran-ajaran baik yang di tanamkan oleh Abah, Ibu dan Umi sejak kecil. Meskipun Nada sepertinya kembali merasa kecewa mendengar pengakuanku, tapi aku bersyukur karena Nada tidak marah lagi. Namun, aku baru merasa ada yang janggal setelah menjelaskan masalah ini pada Nada. Sejak kecil aku dan semua saudaraku di didik sebagai orang yang berprinsip sesuai kebenaran dan selalu menjunjung tinggi kejujuran. Itu juga yang tetap aku lakukan selama tiga tahun pertama pernikahaku dengan Nada. Bagaimana bisa hanya karena satu orang saja bisa mengubah semua ajaran Abah dalam sekejap? Rumi tidak hanya merebut semua perhatian dan kasih sayang yang seharusnya aku berikan untuk Nada dan Nasya. Tapi, Rumi juga sudah membuatku berubah menjadi seorang pencuri di toko yang kami dirikan sejak menikah. Aku lalu men

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Derita Istri Pertama   Bab 34 Kertas Aneh

    Dengan jelas aku bisa mengeja jika namaku ada disana. Tanpa sepengetahuan Mama Saroh, aku memasukan kertas itu ke dalam saku celanaku lalu melanjutkan untuk memasukan barang-barang mertuaku yang lain ke dalam tasnya. Mata Mama Saroh terus melihat ke lantai walaupun sudah tidak ada lagi barangnya yang tercecer. “Apa yang sedang Mama cari? Bukannya semua barang Mama sudah masuk ke dalam tas?” Tanyaku pura-pura heran. Mama Saroh segera menggelengkan kepalanya. “Nggak kok Di. Cuma perasaan Mama aja ada barang yang tertinggal.” Kami lalu berdiri bersama. Posisi kami masih berada di depan kamar utama. Kini, ia menatapku dengan pandangan heran. “Kamu nggak ganti baju dulu di kamar Di? Kenapa malah keluar lagi?” Tanya Mama Saroh heran. “Aku dan Rumi baru saja bertengkar Ma. Dia bahkan sampai menampar pipiku. Aku tidak ingin lepas kendali. Karena itulah aku memilih untuk segera keluar dari kamar.” Mama mertuaku itu menghela nafas berat. Kali ini aku memilih berkata jujur agar Rumi tidak me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Derita Istri Pertama   Bab 35 Karina dan Rahmi

    Pagi itu aku menasihati Rahman dengan banyak hal. Aku juga sempat bertengkar dengan Rumi karena masalah dia dalam mendidik Rahman. Sayangnya belum selesai aku bicara, Nasya sudah masuk ke dalam ruang keluarga. Putriku itu tampak terpaku di depan pintu. Nada segera meminta Nasya untuk salim pada Rumi dan Mama Saroh. Langkah Nasya terlihat berat dan ragu saat mendekati kami. Dari jarak dekat aku bisa melihat kedua matga Nasya yang berkaca-kaca. Nada mengatakan pada Nasya untuk menungguku di ayunan. Tapi, balasan Nasya sungguh menohok hatiku sangat dalam. Nasya sudah tidak percaya jika aku akan menepati janjiku. Dia langsung keluar lagi dengan cepat. Sementara itu, Rahman kembali menangis dalam pangkuanku. “Diam Rahman. Kamu tidak bisa mendapatkan semua keinginanmu hanya dengan menangis.” Kali ini aku sudah kelepasan hingga membentaknya. Raut wajah Rahman terlihat sangat ketakutan. Anak laki-lakiku itu lalu menangis dalam pelukan Mamanya. Kami kembali berdebat tentang masalah ini. Kare

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Derita Istri Pertama   Bab 36 Rumi dan Rahmi

    Perdebatan hari itu sama sekali tidak bisa terhindarkan. Rumi akhirnya tahu jika aku dan Nada akan mengangkat Karina sebagai anak kami. Selain itu, aku juga akan melaporkan Rahmi ke kantor polisi karena sudah melakukan pemganiayaan pada Karina. Orang yang selalu vokal berbicara justru Rumi. Bukan Rahmi yang mengaku sebagai Ibu kandung Karina. Hingga akhirnya Rahmi juga angkat bicara. “Apa bukti kalian jika saya melakukan penganiayaan pada Karina? Saya akui jika selama ini saya hanya diam saja selama suami saya memukul Karina. Tapi, saya terpaksa diam karena jika saya bergerak, suami saya akan semakin keras memukul anak kami. Setelah Karina kabur aku baru sadar jika sikap saya yang memilih diam selama ini salah.” Nada mendengus tidak percaya. “Apa anda mengatakan jika Karina berbohong pada psikiater yang sudah memeriksanya?” Rahmi menganggukan kepala tanpa ragu. “Bisa jadi anak umur tiga tahun berbohong. Tidak ada yang tidak mungkin mbak.” “Mbak Rahmi benar. Lagian Mbak Nada dan Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Derita Istri Pertama   Bab 37 Foto Dari Mas Adi

    POV Nada Sudah tiga hari ini Mas Adi berada di rumah Rumi. Selama itu pula aku menyibukan diri dengan bekerja bersama Shanum dan Bude Sri serta mengurus Nasya dan Karina. Untuk pengurusan hak asuh Karina akan kami lakukan setelah hasil tes dna sudah keluar. Akan butuh banyak waktu dan proses hingga pengalihan status Karina sebagai anak kandung Mas Adi dan Rumi. Belum lagi hak asuhnya yang akan jatuh ke tanganku dan Mas Adi. Saat ini aku tengah berada di lantai dua yang terletak di atas dapur dan kamar mandi. Ruangan luas yang sengaja di buat untuk bersantai sudah penuh dengan tumpukan baju yang akan aku jual. Dari lantai dua aku bisa melihat Nasya yang tengah mengajari Karina menaiki sepeda roda tiga yang baru saja aku belikan kemarin. Rasanya sangat bahagia bisa melihat Nasya sangat senang punya adik baru. Meskipun tidak terlahir dari rahim yang sama. “Karina itu mirip banget sama Nasya dan Mas Adi ya mbak. Kalau kalian lagi jalan di luar mungkin orang-orang akan mengira jika Kar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Derita Istri Pertama   Bab 89 Ending

    Saat Adi pulang ke rumah, sudah ada Rahman yang datang bersama Bude Sri dan Bu Anisa. Nada menjelaskan jika Rahman sudah tahu semuanya. Rahman menangis dalam pelukan Nada. Mereka tidak menanyakan apapun hingga Rahman akhirnya berhenti menangis."Jangan takut lagi sayang. Mulai sekarang Rahman akan tinggal di rumah ini dengan Ayah, Ibu, Kak Nasya dan Karina. Sejak dulu sampai sekarang, Rahman adalah anak Ibu dan Ayah. " Ucap Nada lembut yang membuat semua orang terharu.Adi sendiri merasa sangat bersyukur bisa kembali bersama Nada yang menerima Rahman dan Karina dengan lapang hati. Juga menganggap mereka sebagai anaknya sendiri. Hari itu, Adi kembali di sibukan untuk menata kamar tamu yang akan di ubah menjadi kamar Rahman. Sedangkan Nada sibuk memasak makan siang di dapur bersama Bude Sri.Mereka memutuskan untuk merawat Rahman bersama serta memberi tahu identitas Rahman dan Karina yang sebenarnya adalah saudara sepersusuan. Berita ini di sampaikan juga pada seluruh keluarga mereka yan

  • Derita Istri Pertama   Bab 88 Penahanan

    “Tidak mungkin. Anak saya tidak pernah menjebak Adi. Itu semua adalah fitnah.” Bu Anita berdiri di hadapan Galang untuk menghalangi kedua polisi itu yang hendak menangkap sang putra. Alana hanya berdiri dengan tubuh kaku menatap kakaknya dan sekumpulan polisi itu bergantian. “Maaf Bu. Jangan halangi penyelidikan kami. Selain Pak Galang, kami juga harus membawa Bu Rumi sebagai orang yang telah membeli obat-obatan itu. Kami sudah punya bukti yang valid untuk menahan anak dan menantu Ibu.” Kata salah satu polisi yang kepalanya botak dengan wajah datar menatap ke arah mereka. Galang masih terdiam di tempatnya tidak percaya. Jika jebakan yang sudah ia buat dengan matang dapat di ketahui oleh Adi. Dadanya terus berdebar kencang memikirkan semua keanehan yang terjadi selama ini. Adi yang selalu bisa berkelit dari semua jebakannnya. 'Apakah Adi sudah juga mengintaiku dengan menyuruh orang lain? Atau dia memasang kamera CCTV di rumah ini?' Tanya Galang dalam hatinya. Wajah pria itu masih tam

  • Derita Istri Pertama   Bab 87 Keanehan Rumi

    Tanpa sadar Galang membanting hpnya ke atas meja. Sehingga membuat perhatian para guru yang masih ada di ruangan yang sama dengannya jadi teralih pada Galang. Menyadari jika ia sudah membuat dirinya sebagai pusat perhatian, pria itu hanya bisa minta maaf karena sudah membuar keributan"Ada apa Pak Galang?” Tanya salah satu rekan guru senior yang jauh lebih tua darinya. Galang menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kikuk. Menyesal karena sudah kelepasan marah di depan rekan guru yang lain.“Maaf Pak. Tadi ada nomor pinjol yang neror saya karena teman saya berhutang padanya.” Guru itu menganggukan kepalanya mengerti lalu kembali sibuk dengan kertas di tangan. Begitu juga dengan guru-guru lain yang tidak lagi memperhatikan GalangUjian akhir semester seperti ini membuat Galang dan beberapa guru memutuskan untuk bertahan di sekolah sampai sore guna membuat soal ulangan. Sebagian guru lain yang mata pelajarannya sudah di ujikan juga memilih untuk bertahan di sekolah untuk memeriksa lemba

  • Derita Istri Pertama   Bab 86 Ancaman Galang

    “Selamat ya Bu. Anda di nyatakan positif hamil.” Kata Dokter wanita setelah memeriksa hasil usg di rahim Rumi. Tampak bulatan kecil yang ada di layar. Wanita itu membalas senyum Dokter agar tidak curiga. Padahal hatinya biasa saja saat melihat sudah ada benih dari Galang yang bersemayam dalam rahimnya. “Alhamdulillah. Terima kasih banyak Dok.” “Alhamdulillah dek. Akhirnya kamu hamil juga.” Ujar Galang yang juga bisa berakting dengan sempurna. Walaupun sebagian isi hatinya memang sangat tulus saat menyambut benih yang ada di rahim Rumi. Membuat keraguan di hati Galang tiba-tiba saja semakin kuat. Berbanding terbalik dengan perasaan Rumi. ‘Apakah aku masih harus mengejar Nada jika Rumi memang hamil anakku?’ Batin Galang galau saat ia dan Rumi sudah duduk kembali di hadapan Dokter. Pasangan suami istri itu lalu pulang ke rumah. Galang melangkah lebih dulu hingga masuk ke dalam ruang tengah. Disana sudah menunggu Alana yang tengah menonton TV bersama dengan Bu Anita. Raut wajah Galang

  • Derita Istri Pertama   Bab 85 Media Yang Di Hancurkan

    “Apa? Jadi Galang memang benar di pelet sama si Rumi itu? Keterlaluan sekali. Sudah Mama duga kenapa sikap Galang jadi berubah aneh seperti itu setelah menikah dengan Rumi.” Teriak Bu Anita dari sebrang sambungan telpon yang membuat telinga Alana terasa pekak sekali. Sampai perempuan itu mengorek telinganya yang berdenging karena tadi ia menempelkan hp di telinga. Seharusnya ia sudah menggunakan mode loudspeaker sejak tadi. “Iya Ma. Sesuai dengan informasi dari nomor asing itu, aku bisa menemukan dimana Rumi menyimpan kertas dan bubuk aneh ini. Untung saja Bude Sri bisa menulis huruf arab jawa sehingga aku menyuruhnya untuk menyalin tulisan itu. semirip mungkin. Kata Bude Sri dia sedikit mengubah huruf arab dari nama Mas Galang. Padahal aku sama sekali tidak sadar saat membacanya tadi.” Terang Alana mengingat penjelasan wanita paruh baya itu setelah menyapu halaman depan. “Kalau di ubah dan Rumi tahu bagaimana?” Tanya Bu Anita cemas. Dalam hatinya ia berpikir jika rencana Alana bisa

  • Derita Istri Pertama   Bab 84 Rencana Alana

    Pesawat yang di tumpangi Alana sudah mendarat di bandara. Ia turun dari pesawat lalu langsung naik ke dalam taksi yang menunggu di dalam bandara dengan membawa dua koper besar. Karena Alana memang berniat untuk tinggal di rumah Galang selama satu minggu. Selain untuk memastikan kebenaran jika Galang memang sudah di pelet oleh Rumi, ada pekerjaan di yayasan yang ingin Alana bicarakan secara langsung dengan kakaknya itu. Ia menyebutkan tujuan alamatnya pada sopir taksi yang sudah melajukan mobilnya keluar dari bandara lalu menuju rumah Galang. Tangannya mengambil hp dari dalam tas untuk membuka pesan dari Bu Anita. Jari Alana dengan cepat mengetikan pesan balasan untuk sang Mama yang terkirim satu setengah jam yang lalu. Itu berarti saat Alana masih berada di dalam pesawat. [Aku sudah turun dari pesawat dan sekarang sedang di dalam taksi menuju rumah Mas Galang, Ma. Tenang saja. Aku akan langsung mengambil kertas itu dari kabinet dapur. Aku akan tetap menjalankan rencanaku agar Rumi t

  • Derita Istri Pertama   Bab 83 Rumi Hamil

    Dua minggu sejak acara reuni sudah berlalu. Tidak ada hal yang mencurigakan dari pantauan kamera CCTV dan alat perekam di rumah Galang. Arman juga mengatakan bahwa ia masih memantau semua rekaman itu bersama anak buahnya. Membuat hati Nada menjadi sedikit lebih tenang. Pikirannya selalu teralihkan karena niat jahat Galang dan Rumi. Sehingga Nada sering kali melamun. Fokusnya kini sedang menyusun laporan keuangan akhir bulan untuk kemudian di gabungkan dengan toko Dinada. Ia tidak boleh memikirkan hal itu lagi. Hari senin baru saja di mulai. Namun, waktu terasa sangat cepat berlalu karena semburat jingga yang terlihat dari balik jendela sudah akan turun ke peraduannya. Sudah ada lima pegawai yang sibuk mengepak semua pesanan hijab dan mukena di toko online milik Nada. Bude Sri hanya bisa membantu jika pekerjaan di rumah orang tua Nada sudah selesai. Hanum dan Shanum juga sudah mulai fokus untuk belajar karena sebentar lagi akan menjalani ujian akhir sekolah. Jadi, Nada sudah merekrut

  • Derita Istri Pertama   Bab 82 Rencana Baru Galang

    "Gimana caranya kita menjebak Mas Adi sebagai pemakai jika ia tidak memakai obat itu?" Tanya Rumi bingung dengan rencana baru sang suami. Ia sama sekali tidak paham dengan obat-obatan terlarang. Rumi membeli obat itu juga karena perintah Galang. "Mudah saja. Kita bisa mengancam Adi akan melaporkannya dengan dua tuduhan yaitu kemungkinan sebagai pemakai dan sebagai pengedar narkoba. Tapi, bukan itu poin utamanya Rum. Hal itu bertujuan untuk membuat Nada tidak percaya lagi pada Adi. Aku juga tidak ingin melaporkannya ke polisi. Itu hanya sebagai ancaman saja." Rumi menganggukan kepalanya mengerti. "Setelah itu, aku masih harus meminta bantuanmu untuk mendapatkan Nada. Untuk urusan Adi aku serahkan padamu. Lakukan apa saja sesukamu untuk mendapatkan Adi lagi." 'Tidak perlu. Yang penting aku bisa mengabulkan keinginan terbesarmu. Aku sudah tidak mau berurusan dengan dukun itu. Untuk membantumu aku akan cari dukun lain yang metodenya lebih simple Mas.' Batin Rumi dalam hatinya. “Terus

  • Derita Istri Pertama   Bab 81 Rencana Galang Yang Gagal

    Kelopak mata Galang perlahan terbuka. Kepalanya terasa sangat pusing hingga ia tidak bisa bangun untuk sebentar. Saat melihat langit-langit atap kamarnya yang familiar, pria itu kembali memejamkan kedua matanya. Untuk sesaat Galang seperti sudah melupakan kejadian tadi malam. Pria itu justru kembali melanjutkan tidur dengan badan yang terasa cukup dingin. Padahal ia sudah pakai selimut yang menutupi seluruh badannya. Tubuhnya miring ke kanan. Kelopak matanya mengerjap menatap wajah Rumi yang masih terlelap. Dengan bahu yang polos tanpa tertutup pakaian.Seketika kesadaran itu menghantam Galang. Seharusnya Rumi tidak sedang tidur di kamar ini bersama dengannya. Tapi, istrinya itu harus tidur dengan Adi di kamar hotel yang sudah ia sewa.Seperti yang sudah mereka rencanakan jauh-jauh hari. Hati Galang menjerit marah karena rencana mereka sudah gagal sejak tadi malam. “Ya ampun sial banget.” Pekik pria itu meluapkan emosinya hingga tiba-tiba terbangun. Selimut yang tadi menutup tubuh po

DMCA.com Protection Status