Semua Bab BANGKITNYA SANG MENANTU HINA: Bab 11 - Bab 20

105 Bab

Bab 11

"Ibu, saya berjanji akan selalu membahagiakan Naya." Janjiku pada wanita paruh baya yang telah melahirkan istriku tersebut."Jangan menggombal kamu. Emang apa yang sudah kamu berikan untuk anakku?" tanyanya dengan tatapan penuh amarah."Ibu tanya saja sama Naya. Apa yang sudah saya berikan untuknya." Kualihkan pandanganku pada wanita yang telah membersamaiku selama setahun belakangan ini."Bu, Naya sudah dewasa. Naya tau mana yang baik atau yang buruk untuk Naya. Dan Ibu lihat sendiri anak ibu bahagia hidup bersama mas Bayu," ucap Naya."Kamu sudah babak belur begitu kamu bilang bahagia, Naya? Kamu sudah kurang waras nampaknya, Nak!" cerocos mertua. Beliau mulai menyimpan semua barang di atas meja dan memasukkannya ke dalam tas."Ayo ayo pulang. Jangan melawan. Kamu harus dengar Ibu. Bentar Ibu suruh buka infus sama perawat ya?" Sesudah mengatakan itu ibu keluar dari ruangan untuk menjumpai petugas rumah sakit. Tidak lama kemudian tersengar suara beliau sedang memarahi salah satu petu
Baca selengkapnya

Bab 12.

"Hmph!! Tolong!!" Walaupun mulut ini dilakban tapi aku tetap berusaha berteriak. Mana tahu ada orang lewat yang mendengar teriakanku. Walaupun itu sangat mustahil. Tapi apa salahnya berusaha. Sementara mas Bayu tergeletak tidak sadarkan diri ditanah dengan bersimbah darah. "Hphm!! Tolong!!" teriakanku rasanya sia-sia. Karena mulut ditutup lakban, suara aku pun tidak kedengaran. "Naya ... Bayu ... Tohir! Kalian dimana?" Terdengar suara seseorang memanggil namaku. "Hmph." Air mata jatuh berderai saat melihat mas Bayu sudah satu jam lebih tidak sadarkan diri. Apakah dia sudah tiada, mengingat begitu kerasnya para penjahat itu menghantam kepala lelaki yang telah membersamaiku selama setahun belakangan ini. "Bayu ..." "Naya ..." "Tohir ..." mereka terus saja memanggil-manggil nama kami bertiga. Terdengar juga suara sepatu yang sedang berpencar mengelilingi gubuk tempat dimana kami disekap saat ini. "Mungkin mereka di dalam gubuk ini, Pak." Aku mendengar seperti suara pak Arman
Baca selengkapnya

Bab 13.

"Ini bayaranmu. Dan aku minta kamu segera pergi meninggalkan kota ini. Aku tidak mau kamu ditangkapa polisi dan membongkar semua rencanaku." Ujarku seraya melempar segepok uang ke arah Aris dan dia langsung saja menangkapnya. "Baik, Pak ... saya akan meninggalkan kota ini dan akan pulang kedesa. Disana saya akan membuka usaha dengan uang yang bapak berikan ini." Jawab Aris gugup karena seumur hidupnya belum pernah menerima uang segini banyaknya."Iya ... tapi kamu tunggu dulu disini, jangan keluar. Di luar masih banyak aparat keamanan yang sedang bertugas. Kamu keluar nanti aja menjelang magrib. Biasanya jam segitu mereka sedang beristirahat." Saranku pada lelaki tiga puluhan tahun itu."Baik, Pak." Jawab lelaki itu mengangguk pasti."Dan seandainya kamu tertangkap, jangan kau bawa-bawa namaku apalagi sampai mengatakan itu suruhan dari aku ya! Aku gak mau terlibat, karena kau itu sudah kuberikan uang yang banyak. Jadi tidak ada lagi sangkut paut denganmu. Dengar?" Ucapku tegas.Lelak
Baca selengkapnya

Bab 14.

Pov Andre"Hari ini memang cepat pulang, Ma. Itu semua akibat ulah Bayu makanya seluruh karyawan dipulangkan. Pak Herman sangat malu karena anak angkatnya berbuat hal yang sangat menjijikkan begitu." Ujarku berbohong. Padahal aku sengaja minta izin cepat pulang hanya untuk menyampaikan berita yang aku karang sendiri. "Menjijikkan bagaimana. Maksud kamu apa, Nak?" Tanya ibu mertua dengan wajah keheranan."Bayu ... menantu kesayangan Ibu. Bikin malu keluarga kita aja. Mau ditaroh dimana lah muka kita ini. Melly gak berani keluar rumah. Malu." Ujar Melly dengan wajah cemberut. Dia sangat malu jika masalah ini sampai terdengar ditelinga para tetangga, pasti mereka akan menjadi buah bibir para tetangga."Kenapa dengan Bayu? Ada apa lagi sama anak sampah itu. Kalian kalau ngomong jangan setengah-setengah, bikin Ibu penasaran aja. Emang kalian mau Ibu mati penasaran ya?" Ujar ibu mertua kesal.Dengan wajah memerah ibu mertua bangun dan berjalan ke dapur. Nampaknya beliau sedang menuang air
Baca selengkapnya

Bab 15.

"Naya, ada apa ini, Nak." Bu Widya masuk dan kaget melihat ibuku marah-marah tanpa sebab. Beliau baru saja datang kerumah sakit setelah tadi pagi pulang sebentar untuk membersihkan diri."Tolong jangan ikut campur urusan kami. Bukan urusanmu. Kamu tidak ada hak apa-apa terhadap anak saya!" ucap ibu dengan wajah tidak bersahabat."Maaf, saya tidak bermaksud mencampuri urusan Anda. Saya hanya bertanya ada masalah apa sama Naya. Apa itu salah?" tanya bu Widya mulai tersulut emosi."Salah, dong!" jawab ibu ketus."Ibu, tidak baik ngomong begitu. Bu Widya sangat baik terhadap Naya selama ini. Beliau sudah seperti ibu Naya sendiri!" Aku berusaha menengahi pertikaian itu."Hebat kamu, Nay. Sudah besar tidak lagi menganggap ibumu baik, malah orang yang baru kamu kenal kamu agung-agungkan. Lupa daratan," protes wanita yang telah melahirkanku kedunia ini."Bukan begitu maksud Naya, Bu," ucapku serba salah. Sebenarnya aku malas berdebat lagi, tidak ingin menambah masalah. Masalahku saja sudah bi
Baca selengkapnya

Bab 16

Hari ini proses lamaran, pak Bakri datang bersama beberapa orang lelaki dan aku tidak tahu apakah dia orang tuanya atau sahabat beliau. Aku mencium gelagat yang tidak baik dari sikap dan tingkah laku calon suami yang menjadi pilihan ibu tersebut. Katanya, pak Bakri tidak mau berlama-lama menyandang status duda. Beliau ingin segera menikah dan memiliki keturunan, karena kata dia dipernikahan sebelumnya tidak mempunyai keturunan sementara umurnya sudah mencapai setengah abad. "Kami menerima lamaran pak Bakri dan saya sebagai orang tua juga tidak menginginkan anak perempuan saya terlalu lama menyandang status janda. Maklum pak. Takut jadi bahan gunjingan," ujar ibu terkekeh seraya menutup mulutnya dengan telapak tangan beliau. Dimataku ibu terlalu genit, gak ada rasa malunya dihadapan calon besan."Bagaimana, Nay? Kamu sudah siap menikah lagi?" tanya pak Bakri."Tentu ... tentu saja, Pak. Naya sudah siap lahir batin," sergah ibu tanpa meminta persetujuan dariku lagi, seakan-akan ibuku
Baca selengkapnya

Bab 17

Semua menjadi gelap gulita. Sunyi, sepi dan tanpa suara. Kemana mereka semua. Pak Herman, bu Widya dan Arman? "Dimana aku sekarang. Apakah aku sudah mati? Kenapa di sekeliling semuanya menjadi gelap. Naya ... mana istriku Naya. Dan kenapa juga dia meninggalkan aku sendiri dalam kegelapan ini." Dari kejauhan aku melihat ratusan manusia lalu lalang tetapi tidak bertegur sapa. Mereka seakan sibuk dengan dirinya sendiri. "Bayu ... kenapa kamu disini, Nak." Sapa ibu. Kerinduanku seakan terobati melihat kehadiran beliau yang begitu cantik dan mempesona, dibalut baju serba putih dan memancarkan cahaya yang sangat menyilaukan mata. "Bayu juga gak tau kenapa Bayu bisa disini, Bu. Ibu ... kenapa Ibu tidak pernah pulang-pulang. Tidakkah engkau merindukan kami, Bu? Selama Ibu pergi hidupku hancur berantakan. Bagaikan kapal kehilangan arah." Ucapku sendu. "Yang sabar, Nak. Engkau pasti kuat menghadapi semua ini." Nasehati ibu tetapi tidak membuat hati ini terhibur. "Kalau Ibu tidak mau pula
Baca selengkapnya

Bab 18

"Bu, kemana Naya?" tanyaku pelan. Sejak membuka mata dari tadi siang, diri ini belum melihat wanita yang telah aku halalkan setahun yang lalu."Nak, kamu harus banyak istirahat. Jangan banyak bergerak dulu." Bukan menjawab pertanyaanku, bu Widya malah menyuruhku untuk beristirahat. Masak baru bangun dari tidur aku disuruh tidur lagi?Ada apa ini? Aku curiga seakan ada sesuatu yang sedang ditutupi dariku."Bu, saya hanya menanyakan kemana istri saya. Apakah itu tidak boleh?""Bukan gitu, Bayu. Pesan dokter kamu tidak boleh banyak pikiran dulu!" Lagi-lagi jawaban yang diberikan oleh bu Widya tidak membuatku puas. Aku semakin yakin mereka menyimpan sesuatu dan aku tidak boleh mengetahuinya."Bu, Pak. Saya mohon beritahukan dimana istri saya? Jika sudah ada jawabannya pasti saya tidak akan menanyakan lagi." Segala pikiran buruk menari-nari dalam kepala ini. Semoga saja Naya ikut di bebaskan saat disekap oleh preman."Apa Naya tidak terselamatkan saat penyekapan itu?" Berbagai pikiran buru
Baca selengkapnya

Bab 19.

"Bay, kamu masih ingat wajah orang yang menganiaya kamu?" tanya pak Herman saat kami sedang menyantap sarapan pagi.Aku berfikir keras untuk mengingat kembali wajah tiga orang preman yang telah membuat aku koma dirumah sakit selama tiga bulan."Mereka memakai penutup wajah kecuali satu orang. Saya dengar mereka memanggil namanya dengan sebutan bogel. Apa yang mereka lakukan, sampai sekarang masih terngiang-ngiang dalam kepala saya, Pak," ujarku.Aku masih mengingat lelaki berhati iblis itu yang telah menendang dada ini sehingga muntah darah dan tidak sadarkan diri. Lelaki berkulit sawo matang, bermata sipit dan hidung pesek itu memiliki tato kepala macan dilenan sebelah kanannya."Nanti sepulang dari rumah Naya, kita singgah ke kantor polisi buat pengaduan. Baru satu orang yang tertangkap dan Bapak yakin ada dalang dibalik ini semua. Mereka itu hanya melaksanakan perintah," ujar pak Herman sembari menyendokkan nasi kedalam piringnya."Pembunuh bayaran, maksud Bapak?" tanyaku."Ya begi
Baca selengkapnya

Bab. 20

Aku bingung, bagaimana cara menghentikan acara pernikahan Naya yang akan dilaksanakan seminggu lagi?Ingin mengajak Naya untuk kawin lari tetapi dia tidak mau melawan ibunya, takut durhaka. Apalagi ibunya menderita darah tinggi, jika banyak pikiran nanti akan kumat."Pak Tohir, kenal dengan pak Bakri pengusaha batu bara gak?" tanyaku saat sudah berada dalam mobil hendak berangkat pulang."Pak Bakri? Pak Bakri mana nih?" Beliau balik bertanya. Kuangsurkan foto calon suami Naya kepada lelaki berkemeja navy itu. Foto itu diberikan Naya saat aku berkunjung kerumahnya tadi."Pak Bakri? Saya kenal orangnya, Pak! Bukan kenal dekat sih, cuma tau aja.""Dia bakal menikahi mantan istri saya," ucapku seraya menyugar rambut frustasi."Iyalah. Bu Lastri mata duitan. Padahal pak Bakri hobynya kawin tapi bu Lastri masih juga menjodohkan bu Naya dengannya!" ucap pak Tohir kesal. Kedua tanganku mengepal. Meredam kekesalan yang memenuhi hati."Sudah tua pula tapi tidak tau diri!" ujar pak Tohir lagi. B
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status