Share

Bab 16

Penulis: Trinagi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari ini proses lamaran, pak Bakri datang bersama beberapa orang lelaki dan aku tidak tahu apakah dia orang tuanya atau sahabat beliau. Aku mencium gelagat yang tidak baik dari sikap dan tingkah laku calon suami yang menjadi pilihan ibu tersebut.

Katanya, pak Bakri tidak mau berlama-lama menyandang status duda. Beliau ingin segera menikah dan memiliki keturunan, karena kata dia dipernikahan sebelumnya tidak mempunyai keturunan sementara umurnya sudah mencapai setengah abad.

"Kami menerima lamaran pak Bakri dan saya sebagai orang tua juga tidak menginginkan anak perempuan saya terlalu lama menyandang status janda. Maklum pak. Takut jadi bahan gunjingan," ujar ibu terkekeh seraya menutup mulutnya dengan telapak tangan beliau. Dimataku ibu terlalu genit, gak ada rasa malunya dihadapan calon besan.

"Bagaimana, Nay? Kamu sudah siap menikah lagi?" tanya pak Bakri.

"Tentu ... tentu saja, Pak. Naya sudah siap lahir batin," sergah ibu tanpa meminta persetujuan dariku lagi, seakan-akan ibuku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 17

    Semua menjadi gelap gulita. Sunyi, sepi dan tanpa suara. Kemana mereka semua. Pak Herman, bu Widya dan Arman? "Dimana aku sekarang. Apakah aku sudah mati? Kenapa di sekeliling semuanya menjadi gelap. Naya ... mana istriku Naya. Dan kenapa juga dia meninggalkan aku sendiri dalam kegelapan ini." Dari kejauhan aku melihat ratusan manusia lalu lalang tetapi tidak bertegur sapa. Mereka seakan sibuk dengan dirinya sendiri. "Bayu ... kenapa kamu disini, Nak." Sapa ibu. Kerinduanku seakan terobati melihat kehadiran beliau yang begitu cantik dan mempesona, dibalut baju serba putih dan memancarkan cahaya yang sangat menyilaukan mata. "Bayu juga gak tau kenapa Bayu bisa disini, Bu. Ibu ... kenapa Ibu tidak pernah pulang-pulang. Tidakkah engkau merindukan kami, Bu? Selama Ibu pergi hidupku hancur berantakan. Bagaikan kapal kehilangan arah." Ucapku sendu. "Yang sabar, Nak. Engkau pasti kuat menghadapi semua ini." Nasehati ibu tetapi tidak membuat hati ini terhibur. "Kalau Ibu tidak mau pula

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 18

    "Bu, kemana Naya?" tanyaku pelan. Sejak membuka mata dari tadi siang, diri ini belum melihat wanita yang telah aku halalkan setahun yang lalu."Nak, kamu harus banyak istirahat. Jangan banyak bergerak dulu." Bukan menjawab pertanyaanku, bu Widya malah menyuruhku untuk beristirahat. Masak baru bangun dari tidur aku disuruh tidur lagi?Ada apa ini? Aku curiga seakan ada sesuatu yang sedang ditutupi dariku."Bu, saya hanya menanyakan kemana istri saya. Apakah itu tidak boleh?""Bukan gitu, Bayu. Pesan dokter kamu tidak boleh banyak pikiran dulu!" Lagi-lagi jawaban yang diberikan oleh bu Widya tidak membuatku puas. Aku semakin yakin mereka menyimpan sesuatu dan aku tidak boleh mengetahuinya."Bu, Pak. Saya mohon beritahukan dimana istri saya? Jika sudah ada jawabannya pasti saya tidak akan menanyakan lagi." Segala pikiran buruk menari-nari dalam kepala ini. Semoga saja Naya ikut di bebaskan saat disekap oleh preman."Apa Naya tidak terselamatkan saat penyekapan itu?" Berbagai pikiran buru

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 19.

    "Bay, kamu masih ingat wajah orang yang menganiaya kamu?" tanya pak Herman saat kami sedang menyantap sarapan pagi.Aku berfikir keras untuk mengingat kembali wajah tiga orang preman yang telah membuat aku koma dirumah sakit selama tiga bulan."Mereka memakai penutup wajah kecuali satu orang. Saya dengar mereka memanggil namanya dengan sebutan bogel. Apa yang mereka lakukan, sampai sekarang masih terngiang-ngiang dalam kepala saya, Pak," ujarku.Aku masih mengingat lelaki berhati iblis itu yang telah menendang dada ini sehingga muntah darah dan tidak sadarkan diri. Lelaki berkulit sawo matang, bermata sipit dan hidung pesek itu memiliki tato kepala macan dilenan sebelah kanannya."Nanti sepulang dari rumah Naya, kita singgah ke kantor polisi buat pengaduan. Baru satu orang yang tertangkap dan Bapak yakin ada dalang dibalik ini semua. Mereka itu hanya melaksanakan perintah," ujar pak Herman sembari menyendokkan nasi kedalam piringnya."Pembunuh bayaran, maksud Bapak?" tanyaku."Ya begi

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab. 20

    Aku bingung, bagaimana cara menghentikan acara pernikahan Naya yang akan dilaksanakan seminggu lagi?Ingin mengajak Naya untuk kawin lari tetapi dia tidak mau melawan ibunya, takut durhaka. Apalagi ibunya menderita darah tinggi, jika banyak pikiran nanti akan kumat."Pak Tohir, kenal dengan pak Bakri pengusaha batu bara gak?" tanyaku saat sudah berada dalam mobil hendak berangkat pulang."Pak Bakri? Pak Bakri mana nih?" Beliau balik bertanya. Kuangsurkan foto calon suami Naya kepada lelaki berkemeja navy itu. Foto itu diberikan Naya saat aku berkunjung kerumahnya tadi."Pak Bakri? Saya kenal orangnya, Pak! Bukan kenal dekat sih, cuma tau aja.""Dia bakal menikahi mantan istri saya," ucapku seraya menyugar rambut frustasi."Iyalah. Bu Lastri mata duitan. Padahal pak Bakri hobynya kawin tapi bu Lastri masih juga menjodohkan bu Naya dengannya!" ucap pak Tohir kesal. Kedua tanganku mengepal. Meredam kekesalan yang memenuhi hati."Sudah tua pula tapi tidak tau diri!" ujar pak Tohir lagi. B

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 21

    Segera aku berlari dan mencari tempat untuk bersembunyi. "Aku mau Herman itu lenyap dari muka bumi ini. Aku tidak ingin melihat lagi wajahnya. Celakai juga Bayu. Dia sudah terlalu banyak mencampuri urusan kita." Sayup-sayup kudengar perbincangan kedua manusia berhati iblis itu."Herman itu sudah tua. Tidak ada gunanya kita mengkotori tangan ini, Ndre. Bentar lagi mati juga dia! Si Bayu saja yang kita habisin," jawab Bogel."Nah, nunggu dia mati entah kapan? Aku gak mau mereka tau semua perbuatanku. Aku gak mau masuk penjara." Lagi-lagi Andre lelaki pengecut itu bersuara. Berbuat dosa tetapi tidak mau bertanggung jawab. Apa bukan pengecut namanya?"Ingat, jangan sampai salah ngasih kamu ya. Dalam minuman Bayu sama Herman. Bukan gelas Winda!" titah Andre berulang-ulang. Yang menjadi pertanyaanku apa yang akan dimasukkan ke dalam minuman aku dan pak Herman? Apa mereka membubuhkan serbuk racun dalam minuman kami berdua?Prang Tidak sengaja kaki ini menyentuh pot bunga yang terbuat dari

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 22.

    "Mas, saya butuh kejelasan. Siapa wanita ini?" tanya Melly penuh emosi saat aku baru pulang bekerja."Bukan siapa-siapa. Kamu dapat darimana sih, foto-foto yang gak bermutu itu!" jawabku seraya menghempaskan bobot tubuhku di ranjang setelah aku lelah seharian karena hampir ketahuan masuk ke ruang meeting saat hendak membuka kabel yang berada di meja pak Herman dan Bayu. Aku ingin membuat seakan-akan itu semua murni kecelakan eh ... mtau-taunya ada seseorang yang telah mengintip perbuatan kami. Entah siapa aku juga belum mengetahuinya."Bukan masalah dapat darimana. Yang saya tanya siapa wanita itu!" Dengan emosi Melly menyodorkan foto aku yang sedang memeluk istri kedua aku. Wanita dua puluh dua tahun yang sudah aku halalkan setahun yang lalu."Mana aku tau. Tanya sama orang yang kirim foto itu. Kok tanya ma aku!" jawabku emosi. "Jadi Mas Andre tidak mengakui jika foto ini foto kamu sendiri. Dasar pengecut!" Teriak Melly dengan suara tinggi. Selama ini belum pernah aku mendengar wani

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 23. Andre Ditangkap

    "Aku akan keluar dari rumah ini. Jadi tidak perlu kalian mengusir. Aku bukan binatang. Cuka satu kalian camkan ya? Suatu hari nanti, kalian semua akan menyesal telah mengusir aku." ujar mas Andre penuh emosi.Sebenarmya aku menyesal telah menunjukkan foto mesra mas Andre dengan wanita lain. Rasa bersalah menghantui diri ini karena telah membuat kehancuran rumah tangga kakakku sendiri. Tapi aku juga kasian melihat kakakku terus saja dibohongin oleh lelaki yang sangat dia cintai selama ini.Belum sempat mas Andre keluar dari pintu utama, tiba-tiba datang tiga orang pria berseragam coklat dan menanyakan keberadaan mas Andre."Assalamualaikum kami dari pihak kepolisian," ujar seorang pria berseragam coklat itu dengan menyerahkan surat pemberitahuan penangkapan."Ada apa ya, Pak?" tanya ibu dengan perasaaan was-was"Kami mencari orang yang bernama Andre. Apakah dia ada di sini?" tanya pria paruh baya berseragam polisi tersebut."Ada. Itu orangnya." Ibu menunjuk ke arah mas Andre yang henda

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 24. Ibu Masuk Rumah Sakit

    Hari demi hari berlalu. Hari ini pernikahanku dengan pak Bakri akan diadakan secara meriah. Aku tidak menyangka jika acara pernikahan keduaku akan dihadiri orang penting di negeri ini, mungkin karena pekerjaan pak Bakri sebagai pengusaha sukses di kota ini sehingga mempunyai sahabat atau kenalan orang-orang penting dan ternama."Kamu gugup?" tanya pak Bakri."Tidak, hanya saja aku tidak percaya akan menikah dengan pria asing yang sama sekali tidak pernah aku kenali sebelumnya.""Nanti kamu juga akan terbiasa."Entah kenapa hati ini seperti menyangkal pernikahan ini. Walaupun akad nikah akan dilaksanakan sebentar lagi tetapi entah kenapa aku berharap ditunda bila perlu dibatalkan sekalian."Jangan bergerak!" Seorang lelaki memakai seragam lengkap mengarahkan pistol ke arah pak pak Bakri yang sedang duduk di kursi pelaminan. Sontak semua pengunjung berlarian karena ketakutan. Jantung ini seakan berhenti berdetak. Tidak dapat kubayangkan seandainya peluru itu lepas dari sarangnya dan m

Bab terbaru

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab. 105. Selesai

    Tiga bulan telah berlalu. "Kak, tadi malam pak Bayu melamar kakak untuk menjadi istrinya. Beliau sangat menginginkan kakak menjadi ibu sambung bagi putra semata wayangnya," ujarku pada kakak ipar yang sedang membuat sarapan untuk sekeluarga. "Kamu jawab apa?" tanyanya seraya terus mengaduk nasi diatas penggorengan. "Bayu belum berani membuat keputusan. Semua keputusan Bayu serahkan kepada Kakak. Kan yang menjalani rumah tangga bersama pak Abdi, Kakak. Bukan Bayu," ujarku seraya duduk diatas kursi meja makan Pagi-pagi aku telah bertandang ke rumah mertua untuk menyampaikan berita gembira ini. Menurut aku sih kabar gembira. Karena akhirnya kak Melly dilamar oleh pak Bayu yang merupakan seorang perwira polisi. Setelah rumah kami selesai dibangun, kami bertiga pindah ke rumah baru. Sementara kak Melly dan ibu mertua tetap bertahan di rumah sewa, begitu juga pak Abdi. Jadi mereka tetap bertentangga sampai sekarang. "Kakak tidak mau, Bay. Kakak masih betah menjanda," jawab kak Melly.

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 104. Keinginan Aldo.

    Melly"Tante, kenapa tidak mau menikah dengan ayahku. Apa ayahku terlalu jelek sehingga tante tidak mau menjadi istrinya?" tanya Aldo memelas.Bukan aku tidak mau menjadi istri dari pak Abdi. Tapi bagaimana ya? Pak Abdi sendiri tidak pernah membahas masalah itu. Masak aku duluan yang harus nyosor beliau? Dimana harga diri aku sebagai wanita. Walaupun seorang janda aku juga punya harga diri. Tidak mudah obral sana sini."Tante tidak bisa menikah dengan polisi. Tante takut melihat lelaki berseragam coklat. Bisa-bisa Tante pipis di celana karena ketakutan," ujarku berbohong. Pak Abdi hanya melihat sekilas saja, kemudian melempar pandangannya keluar kamar hotel. "Ayah Aldo tidak jahat, Tante. Ayolah Tante menikah dengan ayah Aldo. Kalau tidak mau, Aldo bunuh diri!" Ancam bocah lima tahun itu. Kemudian dia berlari ke luar penginapan. Baru saja sampai penginapan dia sudah banyak drama, padahal capeknya saja belum hilang."Aldo!" Teriak pak Abdi seraya mengejar jagoannya yang hendak menyebe

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 103. Andre Diringkus Kembali

    "Bajingan kamu," teriak Andre. Tangannya memegang sebilah belati dan melempar ke arahku. Bersyukur tidak mengenai tubuh ini karena sempat mengelaknya. "Jangan kau harap akan keluar hidup-hidup dari sini." Ancam mas Andre dengan melancarkan tendangan demi tendangan ke arahku sehingga mengenai perut ini. Bugh Sebuah tendangan mengenai dada membuat tubuh ini limbung dan hampir saja terjatuh jika saja tidak segera aku pegangan ke dinding. Sebelum dia melancarkan kembali aksinya, para aparat keamanan sudah mengepung sehingga membuat dia tidak bisa berkutik lagi. Aku segera mundur dan polisi pun melaksanakan tugasnya. "Bedebah kau, pengkhianat. Kau menjebakku dengan pura-pura menjadi kurir. Dasar bajingan!" Segala sumpah serapah keluar dari mulut busuk mas Andre. Dia sangat sakit hati karena telah dijebak tetapi dia tidak sadar jika perbuatannya dengan menjebak aku dengan Risma lebih sakit lagi. "Kamu tidak kenapa-kenapa kan, Bay?" tanya pak Abdi. Dia bertanya dengan nafas tersengal-s

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 102. Ternyata Andre

    "Tadi malam wanita yang bernama Sofia menelpon aku. Dia mengancam akan menyebarkan foto bugil kita berdua jika kita tidak jadi menikahi!" ucapan Risma membuat emosiku naik keubun-ubun."Jadi, dalangnya Sofi?" tanyaku dan dijawab dengan anggukan oleh wanita yang telah dijebak denganku dikamar hotel itu."Kamu kenal wanita itu?" tanya Risma takut-takut."Aku gak terlalu kenal sama dia tapi setauku, Sofi sahabat dekat dengan Andre, mantan kakak ipar," beberku. Kurasa ini ada hubungannya dengan Andre. Mungkin juga dia sudah keluar dari tahanan dan pasti sedang merencanakan kehancuran aku dan Naya. Aku tidak akan tinggal diam atas perlakuan mereka itu. Akan kutuntut siapapun dia, walaupun sampai ke lobang semut. Tidak akan kubiarkan mereka bebas menikmati udara segar diluar sana."Tapi kenapa aku yang dijadikan korban disini?" tanya Risma dengan suara serak."Kebetulan saja kamu ada disitu," jawabku dengan tangan mengepal kuat, buku-buku jariku memutih sangking kuatnya. Jika ada Andre di

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 101. Pelakunya Adalah

    "Kau harus menikah dengan Bayu." titah Sopia."Kau tau sendiri 'kan. Bayu itu sudah punya anak dan istri. Aku tidak sudi berbagi suami. Aku tidak mau menjadi pelakor dalam rumah tangga orang," tandasku."Sekarang pilihan semuanya kuserahkan padamu. Menikah dengan Bayu dan namamu akan bersih. Video syur kamu akan ku hapus tetapi ... " suara Sopia terputus dan aku merasakan ada yang tidak beres dengan perkataannnya."Tetapi apa." Aku semakin penasaran dengan wanita berhati srigala ini. Yang jelas aku sudah dijebak oleh mereka."Jika kamu menolaknya siap - siap aja kamu menerima hinaan dan cacian karena foto syur kamu dengan Bayu akan aku sebarkan.""Kamu manusia paling jahat berhati iblis.""Hahaha ... sekarang kamu pilih mana. Aku tidak akan memaksamu. Semua ku serahkan kepadamu," ujar Sofia seraya memutuskan panggilannya.Aku harus mengikuti perintah Sofia sebelum foto itu disebar. Diri ini menjadi curiga kenapa bisa aku dan Bayu bisa berada sekamar hotel. Berarti Sofia yang telah mem

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 100. Siapa Pelakunya?

    "AAAAARRRRGGGGHHHH." Aku menyugar kasar rambut ini. Apa yang telah terjadi tadi malam. Kenapa diri ini bisa berada di kamar hotel bersama wanita? Siapa yang telah membawa aku berdua dengan Risma kemari?Dan ...Wanita ini kenapa tidak menolak saat dibawa ke hotel dan tidur dengan orang yang tidak dikenal sama sekali. Atau ini semua hasil perbuatan Risma? Otakku terus bertanya - tanya.Masih teringat terakhir aku minum jus orange dan aku masih sadar, sesudah itu kepala ini terasa sangat pusing dan tiba - tiba saja pandangan ikut gelap. Hmmm ... apakah ada orang yang sengaja menjebakku dengan menaroh sesuatu dalam minuman?"Aku gak mau tau. Kamu harus bertanggung jawab atas perbuatanmu terhadap aku.""Risma ... aku gak kenal kamu. Dan aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi tadi malam. Aku yakin kamu telah menjebak aku. Kamu kan yang menaruh obat dalam minumanku?" Tuduhku kepada wanita yang baru kukenal tetapi telah membuat hancur duniaku. Apa yang akan terjadi jika Naya mengetahui

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 99. Dijebak

    "Bay, aku ke kamar mandi dulu, ya?" pamit Hendra. "Silahkan, Hen." Setelah kepergian Hendra aku sendirian saja duduk dikursi tamu. Tidak ada yang berkeinginan untuk duduk sekedar basa basi saja. Diri ini seperti tersangka yang siap dikuliti hidup-hidup. Tidak enak rasanya seperti ini. Kalau tahu begini jadinya tidak akan aku menghadiri acara ini. Mereka betul - betul telah memperlakukan aku begitu hina didepan khalayak ramai. Tak berapa lama datang seorang wanita muda dan aku betul-betul tidak ingat siapa namanya. Sepertinya dia bukan kalangan pengusaha. Mungkin salah satu istri dari anggota pengusaha. Entahlah. Aku pusing gara-gara Ratih yang sedang meringkuk di jeruji besi. "Bay, aku tau bagaimana serba salahnya kamu. Aku juga tau kamu tidak bersalah dalam masalah ini. Gak usah terlalu kamu pikirkan mereka itu yang bisanya hanya menuduh dan menghakimi orang aja bisa tanpa mau tau kebenarannya." Aku hanya melihat wanita yang sok akrab tersebut tanpa bereaksi apa-apa. Entah kenap

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 98. Fitnah

    "Dek, Mas berangkat dulu, ya?" Berat rasanya meninggalkan belahan jiwaku. Kenapa rasanya seperti akan meninggalkan mereka dalam waktu yang lama? Aku sangat menyayangi Naya dan Daffa. Bersama merekalah aku bahagia. Naya pandai menghargai aku sebagai seorang suami. Bersamanya aku bisa merasakan menjadi lelaki seutuhnya, lelaki yang mempunyai martabat dan harga diri. "Iya. Hati-hati ya, Mas. Jangan lama-lama pulang. Nanti kami kangen," titah Naya seraya tersenyum. "Iyalah. Sebenarnya Mas sangat malas menghadiri acara itu. Gak ada manfaatnya bagi kita. Makanya mas ajak Adek biar ada alasan nanti jika mau pulang sebelum jam 12.00." "Kalau Adek sih mau-mau aja. Kasian Daffa kena angin malam, Mas!" "Kan gak setiap malam kita bergadang di jalan. Sekali setahun. Yok lah." Ajakku dan tetap saja Kinan menolaknya. "Bukan masalah begadang. Bahaya bawa anak kecil di jalan malam-malam. Jalannya macet, padat merayap. Biasanya banyak kecelakaan. Nauzubillah. Mas hati-hati ya?" pesan Naya seraya

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 97. Bisnis Baru

    "Mas, jangan lupa besok lusa ada acara temu ramah dan silaturrahim antara pengurus dan anggota Himpunan pengusaha muda di hotel Leon jalan pahlawan, ya!" ujar Naya mengingatkan karena dia sangat tau jika suaminya pelupa. "Adek ikut juga ya." ajakku. "Kalau Adek ikut, bagaimana dengan Daffa? Dia sudah terlalu sering kita tinggal, Mas. Anak itu jadi kurang kasih sayang dari orang tuanya. Takutnya dia tidak dekat sama kita. Malah lebih nurut kepada orang lain daripada orang tuaya sendiri." Alasan Naya ada benarnya juga. "Bukan gitu, Dek. Mas ingin mengenali istri kepada sesama pengusaha muda, Nay? Mereka gak ada yang kenal Adek katanya." "Adek rasa tidak perlu juga adek terlalu dikenali sama kawan Mas. Nanti mereka kepincut pula," seloroh Naya sambil berlalu dan aku hanya bisa tersenyum - senyum sendiri melihat tingkah istriku. "Dek, besok ikut aja ya?" Aku memohon pada Naya untuk tetap menemaniku pada acara temu ramah yang diadakan dihotel menjelang pergantian tahun. Acara puncak d

DMCA.com Protection Status