Home / Pendekar / Legenda Sang Kultivator Dewa / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Legenda Sang Kultivator Dewa: Chapter 1 - Chapter 10

35 Chapters

Kejatuhan Luo Tan

"Habisi penjahat itu!""Bunuh dia!"Seruan-seruan tersebut terlontar dari mulut para anggota Perguruan Luo, satu dari empat perguruan besar di Dataran Ji. Kemarahan mereka diarahkan kepada sosok yang berlutut di atas panggung eksekusi perguruan dengan dua kaki dan tangannya terikat rantai."Saudara-saudaraku!" Satu sosok lain bertubuh besar dan tegap dengan pedang di sisi pinggangnya berteriak lantang, mengalihkan fokus semua orang. Dengan wajah tegas, dia berkumandang, "Sesuai aturan perguruan, penganut ilmu sesat dan pembunuh saudara kita ini akan dieksekusi!"Sorakan mengikuti pengumuman tersebut, puas karena keadilan yang mereka inginkan akan segera didapatkan.Pria bertubuh besar dan tegap itu pun berbalik untuk menghadap sosok yang akan segera dia adili itu. Karena wajahnya tidak bisa dilihat para anggota lain, dia menyunggingkan senyuman penuh kemenangan seiring dirinya berlutut dengan satu kaki di hadapan lawan bicaranya."Luo Tan, Luo Tan, siapa yang menduga akan tiba hari ka
Read more

Menuntut Pembalasan

“Bagaimana bisa aku masih hidup?!” Luo Tan sama sekali tidak menyangka dirinya masih bisa melihat matahari setelah meledakkan diri! Namun, saat dirinya terbangun, dia menyadari ada yang berbeda dari tubuhnya.Luo Tan menatap ke bawah, pada tubuh gempal yang dibalut pakaian murid berwarna putih yang kotor dengan darah dan tanah.Dia memeriksa cepat tubuhnya, lalu menyadari satu hal.“Ini … bukan tubuhku ….”Tepat di saat dia menyadari hal tersebut, Luo Tan merasakan pening yang sangat pada benaknya. Gelombang ingatan yang menerpa masuk membuatnya mengernyitkan dahi..Dengan cepat, Luo Tan melipat kedua kakinya dan duduk dengan kaki terliipat, mengambil posisi meditasi untuk menerima ingatan pemilik tubuh yang sebenarnya.‘Chen Yi … pemilik tubuh asli ini bernama … Chen Yi.’**Di pekarangan sebuah perguruan, terlihat satu murid junior bertubuh gempal dengan wajah penuh dengan jerawat tengah menghadap tiga pria dengan pakaian murid senior.“Chen Yi, pergilah mencari rumput merah di pu
Read more

Dia Chen Yi

*Tiga bulan setelahnya.*Mata Luo Tan yang sekarang berada di tubuh Chen Yi masih terpejam rapat. Sepintas dia terlihat seperti orang yang sedang tertidur nyenyak dalam keadaan duduk.Namun, sesungguhnya Luo Tan tengah mencoba meningkatkan kultivasinya. Sudah tiga bulan dia berada di hutan bambu ini seraya berusaha menembus energi Qi di nadi meridian Chen Yi yang tersumbat.Bulu matanya bergetar beberapa saat sebelum akhirnya terbuka walau secara perlahan. Sepasang bola mata berwarna hitam kelam menatap tajam ke depan. Batang bambu berdesau seiring tiupan angin yang kencang. Daun-daun layu berjatuhan ke tanah, membuat Luo berbisik, “Musim gugur ….” Luo Tan hampir tidak menyadari berapa lama waktu berlalu di dunia nyata. Namun, dia ingat betul dirinya telah hidup kembali tepat di penghujung musim semi.Luo Tan meregangkan kedua tangannya. Terdengar suara sendi yang saling beradu setelah lama tidak digerakkan. Dia berdiri tetapi tertegun sejenak ketika melihat lendir hitam menjijikka
Read more

Membalaskan Dendam Chen Yi

“Kakak Senior Wei! Kakak Senior Wei!”Wei Quan yang sedang sibuk berkultivasi di kamarnya langsung membuka mata dengan kesal saat salah seorang adik seperguruannya berseru di luar kamarnya. “Ada apa ribut-ribut?! Apa kamu tidak tahu aku sedang berkultivasi?!” bentak Wei Quan saat membuka pintu.“Guru Lin Hua sudah kembali!”Alis kanan Wei Quan meninggi. “Bagus kalau Guru sudah kembali,” ujarnya dengan kening berkerut. “Kenapa kamu malah kelihatan panik?”Wei Quan sudah tahu bahwa gurunya langsung pergi mencari Chen Yi ke Gunung Awan saat mendengar tentang hilangnya bocah itu. Akan tetapi, sudah tiga bulan! Adik seperguruannya itu tidak mungkin bertahan di Gunung Awan dengan kemampuan kultivasinya yang buruk! Demikian, hal terbaik yang bisa Lin Hua temukan di Gunung Awan mungkin hanya tulang belulangnya aja!“Akan tetapi, Kak, Guru Lin Hua menemukan–”“Diam,” sergah Wei Quan saat melihat rombongan Lin Hua memasuki pekarangan tempat tinggal para murid. Walau bingung mengenai apa alas
Read more

Identitas Luo Tan Terbongkar?

“Kakak Senior Wei yang menyuruhku.”Jawaban Luo Tan membuat ekspresi Lin Hua sekejap berubah gelap. Dia langsung menoleh kepada Wei Quan dan bertanya, “Apa maksudnya ini, Wei Quan?” tanyanya. “Kenapa Chen Yi dipindahkan ke gudang?!”Jantung Wei Quan berdebar kencang, wajahnya pucat. Otaknya berputar cepat untuk mengeluarkan penjelasan yang tepat. Namun, dia tidak bisa menjawab!Semua murid pun menatap Wei Quan dalam diam. Mereka tahu bahwa ucapan Luo Tan benar, tapi mereka tidak berani ikut campur lantaran Wei Quan merupakan posisi paling bertalenta nomor tiga setelah dua murid pendamping Lin Hua yang tidak tahu apa-apa.“Ah, maaf, Guru. Sepertinya aku salah ingat.” Luo Tan mendadak angkat bicara, mengalihkan perhatian semua orang. Dia pun memijat kepalanya sedikit dan menampakkan ekspresi pusing. “Maksudku, Kakak Wei yang pindah tinggal di gudang dan memberikan kamarnya padaku karena katanya area gudang memiliki kumpulan Qi yang lebih murni.”Ucapan Luo Tan membuat Wei Quan dan teman
Read more

Pedang Pusaka

“Chen Yi?” Lin Hua memanggil muridnya lagi, menyadarkan Luo Tan dari lamunannya. “Kamu keberatan?”Wajah Lin Hua tampak serius, membuat Luo Tan tidak bisa menghindar kalau tidak mau membangkitkan kecurigaan darinya.“Tidak,Guru,” balas Luo Tan seraya mengulurkan tangan dan membiarkan Lin Hua memeriksa nadi meridiannya. Mata Lin Hua terpejam, dia pun meletakkan dua jarinya di garis nadi pergelangan tangan Luo Tan, memeriksa nadi meridian pria itu. Detik berikutnya, Lin Hua terperanjat ketika merasakan aliran energi Qi yang lancar di seluruh tubuh Luo Tan. Mata Lin Hua terbuka cepat. “Kamu berhasil memperlancar sumbatan dalam nadimu?!” tanyanya setengah berseru. “Bukan hanya itu, kamu sudah mencapai level kultivator dasar tingkat pertama!?”Ini adalah keajaiban!Sejak Chen Yi masih bayi, Lin Hua tahu nadi meridian pemuda itu tersumbat. Namun, Lin Hua masih bersikeras membawanya ke perguruan dengan harapan eliksir berkualitas tinggi bisa mengobati Chen Yi. Namun, sampai akhir … segala
Read more

Wei Quan Menerima Hukuman

Wei Quan berjalan ragu, begitu pula dua temannya yang mengiringi di belakang. Langkah mereka yang biasanya panjang, kini sengaja dilambatkan untuk mengulur waktu.“Apa yang kalian lakukan? Guru Lin sudah menunggu sejak tadi,” tegur Hu Lei tidak sabar. Dia sudah berjalan lebih dulu memimpin rombongan, tetapi terpaksa berbalik lagi karena Wei Quan dan teman-temannya tak kunjung muncul. “Aku tidak yakin ini ide baik, Guru Lin masih kelelahan. Mungkin pertemuan ini bisa ditunda agar beliau bisa beristirahat lebih dulu,” jawab Wei Quan.“Apa yang dikatakan Kakak Senior Wei itu benar. Lebih baik Guru Lin beristirahat dulu,” timpal salah seorang pengikutnya. Hu Lei menyipitkan mata, diamatinya Wei Quan yang berdiri gelisah. Terlebih lagi ketika Wei Quan menggunakan lengan bajunya untuk mengusap keringat di dahi. “Sebenarnya apa yang kamu takutkan Wei Quan? Sejak tadi kulihat tingkahmu sangat gelisah, seakan-akan kamu baru saja melakukan kesalahan besar.” Hu Lei berjalan lebih dekat untuk
Read more

Rencana Chen Yi

Tidak jauh berbeda dengan Hu Lei yang sangat kebingungan, kening Lin Hua yang mulus juga berkerut karena jawaban yang terdengar aneh baginya. Seingatnya, dulu bocah itu tidak terlalu menyukai Wei Quan, bahkan sering menghindari kontak dengannya.Dagunya terangkat agak tinggi untuk mengamati Luo Tan. Gerakannya agak canggung karena selama ini Lin Hua lebih sering menunduk saat berbicara dengan muridnya itu sebelum berkultivasi.“Chen Yi,” panggilnya lembut. “Kalau kamu ingin meminta didampingi murid lain, katakan saja padaku. Aku akan segera menggantinya dengan murid yang lebih kamu sukai.”Mata hitam Luo Tan membalas tatapan Lin Hua dengan ketegasan yang tidak pernah wanita itu lihat selama ini. Membuat hati Lin Hua bergetar karena tajamnya pandangan Luo Tan.“Tidak perlu Guru Lin. Aku sudah cukup puas dengan Kakak Senior Wei.” Luo Tan menjura hormat pada Lin Hua untuk menyatakan rasa terima kasihnya yang mendalam.Lin Hua mendesah dalam hati. Meski Luo Tan sudah berulang kali menyata
Read more

Monster Jiwa Terkontrak

“Kenapa tidak membongkar kebusukan Wei Quan?” Terdengar suara asing berseru di balik punggung Luo Tan. Bahu Luo Tan menegang. Matanya berubah nyalang ketika berbalik ke belakang. WHOOSH!Tiga bilah jarum perak meluncur cepat dari jari Luo Tan. Tepat menuju asal suara misterius yang telah mengejutkannya. TAK! TAK! TAK!“Ah!” Mengikuti suara jarum yang menancap sempurna di tembok kayu ruangan, jeritan anak kecil bisa terdengar.Luo Tan menatap jarum perak yang tepat mengenai dinding. Bilahnya masih bergetar karena kuatnya gerakan pria tersebut.Tepat di bawah tiga jarum itu terdapat seekor makhluk berwarna kuning yang seakan berjongkok sembari memerhatikan senjata yang hampir merenggut nyawanya. Makhluk serupa anak ayam itu menggigil ketakutan, bahkan paruhnya pun ikut gemetar. Dengan mata yang berair, menunjukkan dirinya berada di ambang tangis, makhluk itu menatap Luo Tan dengan ekspresi memelas. “K-kejam! Manusia kejam!” Dia maju beberapa langkah, menghindari jarum yang berada d
Read more

Zha Ji si Ayam Goreng

Luo Tan tidak tahu bagaimana hal itu terjadi. Mungkin saja kontrak itu terjadi saat ayam kecil tersebut terjatuh ke wajahnya. Namun, kontrak itu jelas kontrak sepihak yang tidak disetujui Luo Tan, dan hal tersebut menunjukkan bahwa ayam kecil itu yang mengabdikan dirinya sendiri kepadanya.Dengan kontrak sepihak, apa pun yang terjadi kepada si ayam kecil tidak akan berefek pada Luo Tan. Berbeda dengan monster jiwa yang terkontrak dengan persetujuan dua pihak. Kalau monster jiwa terluka, maka tuannya juga akan terluka. Begitu pula sebaliknya.Namun, mengesampingkan kenyataan itu, Luo Tan tetap tidak menginginkannya. Lagi pula, ayam kecil itu begitu cerewet dan tidak bisa berhenti berkicau!“Kamu senang, bukan? Tidak semua orang bisa beruntung sepertimu! Aku–”Sayang, betapa pun Luo Tan tidak menginginkannya, dia tidak memiliki pilihan. Bahkan setelah berkali-kali mengusir ayam kecil itu, monster jiwa itu menolak untuk pergi dan terus mengekornya.Sejak saat itu, hari-hari Luo Tan tidak
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status