Wei Quan berjalan ragu, begitu pula dua temannya yang mengiringi di belakang. Langkah mereka yang biasanya panjang, kini sengaja dilambatkan untuk mengulur waktu.
“Apa yang kalian lakukan? Guru Lin sudah menunggu sejak tadi,” tegur Hu Lei tidak sabar. Dia sudah berjalan lebih dulu memimpin rombongan, tetapi terpaksa berbalik lagi karena Wei Quan dan teman-temannya tak kunjung muncul.
“Aku tidak yakin ini ide baik, Guru Lin masih kelelahan. Mungkin pertemuan ini bisa ditunda agar beliau bisa beristirahat lebih dulu,” jawab Wei Quan.
“Apa yang dikatakan Kakak Senior Wei itu benar. Lebih baik Guru Lin beristirahat dulu,” timpal salah seorang pengikutnya.
Hu Lei menyipitkan mata, diamatinya Wei Quan yang berdiri gelisah. Terlebih lagi ketika Wei Quan menggunakan lengan bajunya untuk mengusap keringat di dahi.
“Sebenarnya apa yang kamu takutkan Wei Quan? Sejak tadi kulihat tingkahmu sangat gelisah, seakan-akan kamu baru saja melakukan kesalahan besar.” Hu Lei berjalan lebih dekat untuk mengamati mata Wei Quan lebih jelas.
Wei Quan menghempaskan tangannya dengan gugup. “Apa maksudmu melakukan kesalahan besar, aku hanya tidak ingin guru Lin kelelahan. Apa itu terlalu berlebihan?”
Dia langsung bergegas menuju tempat Lin Hua menunggunya. Meski takut, Wei Quan lebih senang langsung berhadapan dengan Lin Hua daripada menanggung sindiran Hu Lei.
Wei Quan berhenti sebentar di depan pintu. Tangannya sekali lagi menyeka keringat yang mengalir di kening. Jantungnya berdebar kencang saat membayangkan kemarahan yang akan diterimanya.
“Guru Lin, murid minta izin untuk masuk,” pintanya. Wei Quan tidak lagi menghiraukan Hu Lei dan dua temannya yang tertinggal di belakang.
Pintu pun bergeser, Luo Tan telah membukanya sesuai perintah Lin Hua. Wei Quan memandang Luo Tan sekilas, merasakan tatapan tajamnya yang menggetarkan sebelum pemuda itu kembali menundukkan kepala.
Pemuda itu menyingkir, memberi ruang pada Wei Quan agar maju mendekati guru mereka.
Sementara Lin Hua terus memandang Wei Quan yang kembali terserang rasa gugup.
Wei Quan meneguk ludah sekali lagi sebelum mengalihkan pandangan ke depan. Lin Hua telah menunggunya dengan pandangan suram, seakan siap menjatuhkan hukuman berat pada dirinya.
Saat bibir Lin Hua terpisah–
BRUK!
“Murid mengaku salah pada Guru Lin!” Wei Quan mengejutkan mereka karena mendadak berlutut di hadapan Lin Hua.
Lin Hua tercengang, bola matanya sempat membulat sebentar sebelum kembali seperti biasa. Senyum bermain di bibirnya yang berwarna merah muda.
“Apa kamu kira permintaan maafmu ini sudah cukup?” tanya Lin Hua tanpa menyuruh Wei Quan berdiri terlebih dulu.
“Murid tidak mengerti maksud Guru.” Wei Quan masih menundukkan kepala. Diam-diam, hatinya bergetar takut. ‘Astaga, apa Guru Lin berniat mengusirku?!’
“Wei Quan, bukankah kamu sudah mengerti apa kesalahanmu?”
Tidak ada gejolak emosi dalam setiap ucapan Lin Hua. Namun, Wei Quan merinding ngeri mendengarnya.
Suara guru Lin terdengar semakin lembut tiap kali dia marah besar.
“M-Murid–”
“Sudahlah,” potong Lin Hua. “Apa pun yang terjadi, setelah ini kamu harus pergi ke altar pendiri untuk merenungkan kesalahanmu.” Lin Hua menyuruh Wei Quan segera berdiri. “Permintaan maafmu tidak akan mengurangi masa berlututmu.”
Mendengar ucapan sang guru, Wei Quan mengerutkan kening dan mengangkat kepalanya untuk menatap Lin Hua. “Guru … tidak mengusirku?” tanyanya dengan wajah konyol.
Lin Hua mengerjapkan mata, bingung. “Untuk apa aku memberikanmu hukuman seberat itu? Kecelakaan yang menimpa Luo Tan bukanlah suatu hal yang diinginkan, melainkan sebuah kecelakaan.” Wanita itu balik bertanya sebelum akhirnya memicingkan mata. “Apa … kamu melakukan kesalahan lain?”
Wei Quan langsung menggelengkan kepala cepat. “Tidak! Tidak! Murid tidak melakukan kesalahan lain!” Dia buru-buru menimpali.
Diam-diam, Wei Quan melirik Luo Tan yang menatapnya datar. Dia kira bocah busuk itu sudah membongkar apa yang sebenarnya terjadi pada Lin Hua. Ternyata, dia salah.
‘Hehe, sepertinya walau wajahnya berubah, tapi sifat pengecut dan bodohnya masih sama,’ maki Wei Quan dalam hati, yakin bahwa Luo Tan tidak melaporkannya karena takut terkena masalah.
Sementara itu, Lin Hua terlihat sedang memperhatikan Luo Tan. Kemudian, dia pun berkata, “Mulai hari ini,” dia tersendat, “maksudkku, tiga hari ke depan setelah kamu menyelesaikan masa hukuman,” wanita itu membenarkan, “dirimu akan bertanggung jawab sepenuhnya pada Chen Yi.”
Wei Quan terperanjat mendengarnya. Dia langsung menegapkan tubuh dan memandang Lin Hua dengan sorot tidak percaya.
“Guru Lin, aku tidak mengerti.” Wajah Wei Quan menampakkan ekspresi kebingungan dan tidak terima selagi dirinya mengulangi, “Bertanggung jawab … penuh? Atas Chen Yi?”
Dirinya, Wei Quan, murid ketiga terkuat dari Bukit Kesucian milik Lin hua, akan menjadi penanggung jawab penuh seorang murid yang bahkan tidak berhasil menembus tingkat satu kultivator dasar?!
Atas dasar apa?!
***
“Bertanggung jawab … penuh? Atas Chen Yi?” Terdengar suara tawa canggung dari mulut Wei Quan untuk menutupi amarahnya. “Kenapa?”
Lin Hua tidak ikut tertawa. Matanya yang berbentuk almond membalas pandangan Wei Quan dengan tajam. “Sebagai murid terkuat ketiga sekaligus pemandu murid-murid kelas satu, tentu kamu yang paling pantas untuk mendampingi Chen Yi dalam kultivasinya.”
“Ta-tapi Chen Yi bahkan belum mencapai kultivator tingkat satu, Guru Lin! Dia hanya akan mengalami kesulitan ketika bergabung dengan murid-murid lain.”
Terdengar perhatian, tapi sebenarnya maksud ucapan Wei Quan adalah … dia tidak sudi mendapatkan beban seperti Chen Yi!
Pada saat ini, Lin Hua tersenyum. “Jangan khawatir, Chen Yi sudah berhasil memperlancar nadi meridiannya. Dalam tiga hari, dia sudah bisa berlatih dengan murid lain.”
Mulut Wei Quan kembali terbuka, ternganga dengan pernyataan sang guru. ‘Si bodoh sudah memperlancar meridiannya?’ Dia melirik Luo Tan dengan wajah tidak percaya. ‘Bagaimana mungkin?!’
Sebelum Wei Quan sempat menyanggah ucapannya lagi, Lin Hua kembali angkat suara.
“Aku harap kali ini kamu akan menjaga Chen Yi dan memastikan dirinya selamat. Jika sesuatu kembali terjadi ….”
Lin Hua tidak menyelesaikan kata-katanya.Namun, sorot matanya yang tajam sudah memberikan peringatan jelas pada Wei Quan.
Satu kali lagi membiarkan Chen Yi berada dalam bahaya, maka hukuman Wei Quan tidak hanya akan berakhir dengan berlutut di altar pendiri!
Punggung Wei Quan basah oleh keringat saat menyadari dirinya tidak lagi memiliki pilihan.
Mendadak, sebuah suara berkata. “Guru Lin tidak perlu khawatir.”
Itu suara Luo Tan.
“Kakak Senior Wei pasti akan menjagaku dengan baik.”
Luo Tan yang sejak tadi menunduk kini mengangkat kepalanya, sebuah senyuman tipis terpasang di wajahnya. Hal tersebut membuat Wei Quan merasa sedikit marah.
Tanpa memedulikan tatapan penuh amarah Wei Quan, Luo Tan berjalan maju menghampiri Wei Quan. “Kakak Senior Wei tentunya tidak akan membiarkan siapa pun menindasku, bukan begitu?”
Luo Tan tersenyum tipis seraya menyerahkan pedang milik Wei Quan yang tertinggal di kamarnya.
Melihat Luo Tan menyodorkan benda itu ke arahnya dengan senyuman, Wei Quan pun tahu bahwa semua ini adalah ulah Luo Tan!
Ini adalah cara Luo Tan memastikan bahwa Wei Quan tidak bisa melakukan apa pun padanya!
Rahang Wei Quan mengeras sementara matanya mulai memerah. ‘Baj*ngan!’ maki Wei Quan sembari mengepalkan tinju dengan kekuatan penuh.
Andai mereka hanya berdua, pemuda kurang ajar itu akan dihajarnya sampai mati!
Namun, Lin Hua ada di ruangan, dan Wei Quan … tidak bisa melakukan apa-apa.
Wei Quan memaksakan sebuah senyuman dan mengambil pedangnya seraya berkata, “Benar. Adik Seperguruan Chen sangat benar.” Dengan mata penuh amarah, dia berkata, “Kakak akan pastikan tidak ada masalah yang terjadi padamu.”
Mendengar hal itu, Lin Hua tersenyum lembut, bangga dengan kerukunan murid-muridnya.
Selagi menatap kedua muridnya, Lin Hua bisa melihat perbedaan mencolok keduanya. Wei Quan memiliki kekuatan dan kemampuan yang luar biasa, tapi dia tampak sulit mengendalikan diri ketika berhadapan dengan orang lain
Sebaliknya, Chen Yi, yang sekarang memiliki penampilan tenang, sangatlah lemah. Namun, dia sangat mahir menjaga sikap layaknya seorang kultivator tingkat tinggi.
‘Aku harap mereka berdua bisa saling belajar dari satu sama lain,’ batin Lin Hua dengan penuh harap.
Sebuah harapan yang entah kapan bisa tercapai.
“Kalau begitu, kamu sudah boleh pergi, Wei Quan,” ujar Lin Hua.
Wei Quan memberi hormat terhadap Lin Hua, lalu melemparkan tatapan mematikan kepada Luo Tan untuk sesaat sebelum berakhir menganggukkan kepala.
“Selamat jalan, Kakak Senior Wei,” ucap Luo Tan sembari membungkuk hormat untuk mengantar kepergian sang saudara seperguruan.
Wei Quan memasang wajah dongkol, tetapi dia tidak berani mengatakan apa pun dan berakhir pergi.
Tepat saat Wei Quan membuka pintu, dia melihat dua murid lain dan Hu Lei menunggu di luar. Tanpa mengatakan apa pun, Wei Quan mendengus dan meninggalkan halaman itu, membuat dua temannya berlari mengejarnya selagi Hu Lei berdiri kebingungan di tangga teras.
Luo Tan menegapkan tubuhnya dan menatap kepergian Wei Quan dengan pandangan dingin. Ada pancaran mata berbahaya dan penuh perhitungan saat dia memerhatikan kakak seperguruan barunya itu.
‘Begitu mudah dibereskan …,’ batin Luo Tan.
Dibandingkan dengan dulu ketika dia berhadapan dengan para tetua perguruan Luo ataupun pemimpin perguruan lain, Wei Quan bukanlah apa-apa.
‘Hanya seorang bocah yang dikuasai arogansinya,’ komentar Luo Tan dalam hati.
Sementara Luo Tan sibuk dengan pikirannya, Lin Hua memerhatikan Luo Tan yang tengah menatap kepergian Wei Quan. Dia pun berdiri dan bertanya, “Apa kamu sudah senang, Chen Yi?”
Saat pertanyaan itu melambung, Luo Tan tersentak dari lamunannya dan dengan cepat berbalik menghadap Lin Hua. Dia tersenyum tipis dan menganggukkan kepala.
Suara Luo Tan terdengar dipenuhi kepuasan ketika dirinya berkata sembari membungkuk hormat kepada sang guru, “Terima kasih karena Guru Lin telah berkenan memenuhi permintaanku.”
Hu Lei yang berada di luar pintu langsung tertegun. Dia sudah dengar sebagian besar percakapan orang-orang di dalam ruangan tadi. Namun, tidak dia sangka bahwa orang yang meminta Wei Quan menjadi pendampingnya … adalah Luo Tan sendiri?!
Kenapa?!
Tidak jauh berbeda dengan Hu Lei yang sangat kebingungan, kening Lin Hua yang mulus juga berkerut karena jawaban yang terdengar aneh baginya. Seingatnya, dulu bocah itu tidak terlalu menyukai Wei Quan, bahkan sering menghindari kontak dengannya.Dagunya terangkat agak tinggi untuk mengamati Luo Tan. Gerakannya agak canggung karena selama ini Lin Hua lebih sering menunduk saat berbicara dengan muridnya itu sebelum berkultivasi.“Chen Yi,” panggilnya lembut. “Kalau kamu ingin meminta didampingi murid lain, katakan saja padaku. Aku akan segera menggantinya dengan murid yang lebih kamu sukai.”Mata hitam Luo Tan membalas tatapan Lin Hua dengan ketegasan yang tidak pernah wanita itu lihat selama ini. Membuat hati Lin Hua bergetar karena tajamnya pandangan Luo Tan.“Tidak perlu Guru Lin. Aku sudah cukup puas dengan Kakak Senior Wei.” Luo Tan menjura hormat pada Lin Hua untuk menyatakan rasa terima kasihnya yang mendalam.Lin Hua mendesah dalam hati. Meski Luo Tan sudah berulang kali menyata
“Kenapa tidak membongkar kebusukan Wei Quan?” Terdengar suara asing berseru di balik punggung Luo Tan. Bahu Luo Tan menegang. Matanya berubah nyalang ketika berbalik ke belakang. WHOOSH!Tiga bilah jarum perak meluncur cepat dari jari Luo Tan. Tepat menuju asal suara misterius yang telah mengejutkannya. TAK! TAK! TAK!“Ah!” Mengikuti suara jarum yang menancap sempurna di tembok kayu ruangan, jeritan anak kecil bisa terdengar.Luo Tan menatap jarum perak yang tepat mengenai dinding. Bilahnya masih bergetar karena kuatnya gerakan pria tersebut.Tepat di bawah tiga jarum itu terdapat seekor makhluk berwarna kuning yang seakan berjongkok sembari memerhatikan senjata yang hampir merenggut nyawanya. Makhluk serupa anak ayam itu menggigil ketakutan, bahkan paruhnya pun ikut gemetar. Dengan mata yang berair, menunjukkan dirinya berada di ambang tangis, makhluk itu menatap Luo Tan dengan ekspresi memelas. “K-kejam! Manusia kejam!” Dia maju beberapa langkah, menghindari jarum yang berada d
Luo Tan tidak tahu bagaimana hal itu terjadi. Mungkin saja kontrak itu terjadi saat ayam kecil tersebut terjatuh ke wajahnya. Namun, kontrak itu jelas kontrak sepihak yang tidak disetujui Luo Tan, dan hal tersebut menunjukkan bahwa ayam kecil itu yang mengabdikan dirinya sendiri kepadanya.Dengan kontrak sepihak, apa pun yang terjadi kepada si ayam kecil tidak akan berefek pada Luo Tan. Berbeda dengan monster jiwa yang terkontrak dengan persetujuan dua pihak. Kalau monster jiwa terluka, maka tuannya juga akan terluka. Begitu pula sebaliknya.Namun, mengesampingkan kenyataan itu, Luo Tan tetap tidak menginginkannya. Lagi pula, ayam kecil itu begitu cerewet dan tidak bisa berhenti berkicau!“Kamu senang, bukan? Tidak semua orang bisa beruntung sepertimu! Aku–”Sayang, betapa pun Luo Tan tidak menginginkannya, dia tidak memiliki pilihan. Bahkan setelah berkali-kali mengusir ayam kecil itu, monster jiwa itu menolak untuk pergi dan terus mengekornya.Sejak saat itu, hari-hari Luo Tan tidak
Tiga hari telah berlalu, masa hukuman Wei Quan baru saja selesai. Pagi ini dia keluar dari kamar dengan wajah masam. Diketuknya pintu kamar Luo Tan seraya menyebut nama pemuda itu berulang kali. “Chen Yi, cepatlah keluar. Upacara penyambutan murid sebentar lagi akan dimulai.”Layar pintu bergeser, sosok Luo Tan pun keluar dari kamar yang gelap. Semula, sosoknya tidak terlihat jelas karena tertutup bayang-bayang, tetapi beberapa saat kemudian Wei Quan ternganga melihatnya. Di bawah siraman sinar matahari sosok Luo Tan terlihat bercahaya. Matanya bersinar tajam dengan alis seperti busur panah. Memberi kesan arogan sehingga Wei Quan mundur satu langkah hanya karena satu tatapan darinya. Hidung mancung membuat garis wajahnya semakin tegas. Sepintas Luo Tan tampak keras tetapi bibirnya yang tipis berwarna kemerahan membuat wajahnya terlihat lebih lembut. “Apa sekarang sudah waktunya berangkat?” tanya Luo Tan tenang. Wei Quan masih tercengang. “Kakak Senior Wei?”Tepukan tangan Luo Ta
Perempuan itu tampak anggun, senyumnya lembut penuh kasih. Wajahnya tenang ketika menyapa para tetua dan seluruh murid Perguruan Merpati Putih. Semua menyahut dengan sopan. Posisi yang ditempati Yun Xiang membuatnya semakin dihormati sekaligus disegani. Namun, berbeda dengan Luo Tan. Buku jarinya terkepal kaku, kukunya menusuk kulit telapak tangan hingga beberapa tetes darah bermunculan dari lukanya. Yun Xiang tidak berubah sedikitpun. Dia tetap terlibat cantik dan baik hati, sama seperti ratusan tahun silam ketika statusnya adalah tunangan Luo Tan. Mata lembut yang penuh pemujaan itu telah membuat Luo Tan terlena. Dengan mudahnya Luo Tan tertipu oleh sandiwara yang diperankan oleh Yun Xiang dan Luo Liang. Dia mendengkus marah tetapi tidak bisa melakukan apa-apa. Luo Tan sadar menyerang Yun Xiang bukan tindakan bijaksana, terutama karena tingkat kultuvasinya saat ini masih jauh dari Yun Xiang. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan hanyalah memandang Yun Xiang. Menatap wajah can
Apa yang terjadi?!” raung murid yang tadi menertawakan Luo Tan. Dia membungkuk dengan kedua tangan menutupi mata tetapi cahaya yang tersebar dari batu Jing Zi masih bisa menembus kelopak matanya.Raungan dan erangan bersahutan dari murid yang belum mencapai tingkat kultivasi tinggi. Mereka kesulitan menghadang cahaya menyilaukan dari batu Jing Zi.Namun, keadaan mulai berangsur kembali tenang ketika cahaya merah itu berangsur meredup. Mereka membuka mata dan menatap ke atas panggung.Walau mata mereka masih terasa kabur tetapi semua dapat melihat Luo Tan masih berdiri tegak di depan batu Jing Zi. Kedua telapak tangannya belum dilepaskan dari permukaan batu yang selicin cermin itu.“Tetua Lin, apa yang kamu berikan pada muridmu itu?” Yun Zihan bertanya ketus pada Lin Hua. “Apa kamu bertindak curang dengan memberinya eliksir energi?”“Apa yang Tetua Yun Zihan maksudkan? Muridku memang lemah tetapi aku tidak akan pernah merendahkan diriku dengan perbuatan curang seperti itu.” Lin Hua sen
Suara gumaman terdengar berdengung di seluruh aula. Hampir semua murid mempertanyakan keputusan yang diambil Luo Tan secara sembrono. Tidak mudah menarik perhatian Wakil Ketua Perguruan Merpati Putih. Meski dia terlihat baik hati tetapi Yun Xiang bukan orang yang bisa didekati dengan mudah. Tawaran Yun Xiang bukan hal yang bisa didapatkan dengan gampang tiap harinya. Hanya segelintir orang yang memperoleh kesempatan seperti itu. “Hei Wei Quan! Aku rasa Chen Yi memang benar-benar bodoh!” Teman Wei Quan menceletuk di tengah dengung keheranan murid lain. Wei Quan mengangkat kakinya lalu menendang teman seangkatannya yang baru saja menghina Luo Tan. Dia memberengut marah karena tidak terima ada orang lain yang menjelekkan murid di bawah bimbingannya. Sementara itu di panggung utama, Yun Xiang terdiam selama beberapa saat. Rona wajahnya sempat berubah ketika mendengar penolakan Luo Tan. Bukan hanya penolakan tersebut yang membuatnya tersinggung. Namun, sindiran Luo Tan yang secara ha
“Kudengar kamu terjebak di Gunung Awan untuk waktu lama?” “Ya.” “Sendirian?” “Ya.” “Bagaimana kamu bisa bertahan hidup kalau begitu? Bukankah saat itu kamu bahkan belum mencapai tingkat satu kultivator dasar?” “Langit melindungiku.” Pertukaran kalimat antara Shen Xixi dan Luo Tan sangatlah singkat. Hal itu membuat obrolan mereka terasa canggung karena Luo Tan tidak banyak menanggapi pertanyaan Shen Xixi. Selain satu dua kata, Luo Tan hanya mengangguk atau menggeleng untuk menjawab! Kesal, Shen Xixi pun berhenti bertanya dan bersiap pergi karena kesal. Pipinya yang tadi sempat merona kini tampak sedikit muram. “Bisa kulihat Adik Junior Chen adalah orang yang pelit kata,” sindir Shen Xixi, merasa tersinggung dan tidak dihormati. Ekspresi kekecewaan dan kemarahan Shen Xixi membuat Wei Quan sedikit panik. Dia sampai melotot ke arah Luo Tan yang terkesan dingin dan tidak memberi tanggapan sesuai dengan posisinya sekarang. Kalau tatapan bisa berbicara, Wei Quan pasti sedang berte
Luo Tan lebih menyukai alam terbuka ketika bermeditasi. Akan tetapi saat ini dia tidak bisa memilih tempat yang cocok untuknya.Walau kamar yang sekarang ditempatinya memang kurang cocok, Luo Tan memutuskan untuk menerima apa yang diberikan padanya.Mata Luo Tan terpejam, tarikan napasnya melambat ketika dia berhasil memisahkan diri dari kesibukan yang terjadi di sekitar perguruan.Wajahnya melembut seiring jiwanya mulai mengembara melintasi pegunungan yang hijau, hutan lebat tak berpenghuni dan sungai yang mengalir deras.Dia bisa merasakan sejuknya mata air, tenangnya pemandangan Gunung Awan, bebas dari semua emosi yang menjeratnya selama ini.Luo Tan menyatu sempurna dengan alam. Meridian dalam tubuh yang tersumbat perlahan-lahan terbukaKolam Qi dalam dirinya terasa meluap-luap dan menjadi lebih luas. Sehingga Luo Tan merasa tubuhnya juga menjadi lebih ringan.“Tuan sudah berada di tingkat delapan. Biasanya orang lain akan membutuhkan waktu bertahun-tahun agar bisa naik satu tingk
Pelajaran hari itu berjalan dengan damai dan lancar. Setidaknya di permukaan tidak ada gejolak yang berarti.Lin Hua mengajar dengan tenang, sementara murid-murid tingkat satu belajar tekun di bawah pengawasannya mengenai teknik mantra.Selesai pelajaran Luo Tan bergegas pulang ke kamarnya. Tentunya setelah mengantarkan Wei Quan yang terus menggerutu karena tubuhnya terasa nyeri.Pakaian putihnya sudah berganti menjadi pakaian warna hitam. Kalau bukan karena aturan perguruan Merpati Putih yang mengharuskan semua murid baru berpakaian putih, Luo Tan tidak akan mau mengenakannya dengan suka rela.“Anda sudah kembali, Tuan.” Zha Ji berciap girang menyambut kedatangan Luo Tan.Monster jiwa berbulu kuning itu bertengger di atas meja teh. Satu set teh telah terhidang di sana dengan uap tipis yang bergerak di udara.“Zha Ji sudah menyiapkan teh untuk Tuan,” ucap Zha Ji dengan nada bangga. Seperti biasa, sayapnya yang mungil selalu berkepak cepat tiap kali merasa senang.Luo Tan duduk di deka
“Wakil Ketua Yun Xiang masih penasaran padamu.” Wei Quan memulai pembicaraan di antara mereka.Luo Tan melirik ke arah Wei Quan tanpa mengatakan apapun. Dia membimbing Wei Quan yang sesekali terhuyung ke depan.Seharusnya dia belum boleh keluar kamar tetapi Wei Quan bosan hanya berbaring sepanjang hari. Dia membujuk Luo Tan dengan susah payah agar bersedia mengajaknya keluar.“Di mata Wakil Ketua kamu bukan murid biasa. Dan itu memang benar, aku sendiri masih tidak mengerti bagaimana bisa murid lemah sepertimu ternyata memiliki elemen ganda.”Bibir Luo Tan semakin menipis. Sejak tadi dia sudah berusaha menyembunyikan kebenciannya pada Yun Xiang tetapi Wei Quan terus saja menyebut nama perempuan itu.Dada Luo Tan bergemuruh karena kebencian dan amarah yang bergulung menuntut untuk diluapkan. Namun, dia berhasil menahannya karena sadar kemampuan Luo Tan saat ini masih belum sebanding dengan Yun Xiang.Dia hanya akan mati konyol untuk kedua kalinya di tangan pengkhianat itu. Nama baik Lu
Hujan deras turun semalam, tetesan air masih terlihat jelas di atas daun sebelum akhirnya terjatuh ke tanah dan bercampur dengan genangan yang perlahan terserap tanah.Sebuah pembakar dupa berbentuk bunga lotus mengepulkan asap tipis. Aroma dupa yang telah familiar mengisi seluruh kamar Yun Xiang sementara pemiliknya baru saja membuka mata.Shen Xixi berdiri di sisi ranjang Yun Xiang untuk membantu gurunya bangun. Gadis berkulit seluruh salju itu membungkuk ketika Yun Xiang bertanya serak padanya.“Bagaimana?”“Dia terlihat tidak peduli, Wakil Ketua.”Yun Xiang mengerutkan kening. “Tidak ada reaksi darinya?”Shen Xixi kembali menggeleng. Dia bergegas mengambil pakaian yang sudah dipersiapkan olehnya tadi malam.“Wakil Ketua, Anda tidak penasaran dengan nasib Yu Fang?” tanyanya hati-hati seraya membantu Yun Xiang berpakaian.Yun Xiang hanya mendengus sinis. Wajahnya yang cantik tampak kontras dengan tatapannya yang dingin dan kejam.Hanya beberapa orang yang tahu seperti apa sifat Yun
“Sudahlah. Biarkan saja dia beristirahat dulu sampai menjadi lebih tenang.” Hu Lei menepuk pakaiannya dari bubuk ramuan yang tercecer ketika mengobati Wei Quan.“Aku akan menemaninya sebentar,” ujar Luo Tan.Hu Lei segera menyetujui tawaran Luo Tan. Dia melirik ke arah Wei Quan yang masih memandang ke arah junior mereka dengan tampang bodoh.“Jaga dia dengan baik. Jaga temperamennya agar lebih terkendali.”Hu Lei meninggalkan kamar tersebut setelah meninggalkan pesan pada Luo Tan. Dia harus segera melaporkan keadaan Wei Quan pada Lin Hua.“Kepalamu masih sakit, Senior Wei?” Luo Tan bertanya tanpa mendekati Wei Quan.Wei Quan masih memandang Luo Tan. “Aku tahu kamu berbohong.”“Kenapa aku harus berbohong?”“Aku tidak tahu.” Wei Quan mengangkat tangan untuk mengusap pelipisnya yang bengkak. “Ingatanku memang samar-samar tetapi aku ingat di sana ada Yu Fang dan anak buahnya.”“Mungkin Senior hanya bermimpi.”“Mimpi?” Wei Quan tertawa pendek lalu meringis kesakitan. Dia tidak berada dalam
‘Chen Yi tidak mungkin memiliki kemampuan sebesar ini!’ Mata Yu Fang terbelalak lebar ketika menyadari kemungkinan tersebut.Namun, dia tidak memiliki kesempatan untuk berpikir lebih jauh karena Luo Tan kini sudah berada di dekatnya. Gerakan Luo Tan begitu cepat sehingga membuat Yu Fang gelagapan.Sisa-sisa energi Qi di dalam tubuhnya segera ditarik untuk membuat pedang tetapi lagi-lagi Yu Fang gagal melakukannya.“Akh!” Teriakannya tertahan di kerongkongan yang terasa kering. Dua bilah jarum ditusukkan ke saraf pipa suara Yu Fang, jangankan berbicara bahkan dia tidak lagi dapat mengeluh.“Tentu saja aku bukan Chen Yi yang kalian kenal dulu.” Luo Tan menatapnya dengan sorot mata geli. “Apa kalian tidak bisa merasakan perbedaannya sama sekali?”Bola mata Yu Fang berputar ke belakang, tubuhnya jatuh ke tanah tanpa sempat memikirkan jawaban atas pertanyaan Luo Tan.***Wei Quan membuka mata pelan-pelan, tusukan sinar matahari membuatnya mengernyit karena silau.“Ini di mana?” Dia mengern
“Wei Quan, kuharap dirimu tidak menyimpan dendam atas kejadian ini.” Senyum culas merusak ketampanan Yu Fang ketika dia berjalan mendekati Wei Quan yang terkapar tidak berdaya. “Ini salahmu sendiri karena lengah menghadapi serangan lawan.”Kaki Yu Fang terangkat tinggi untuk menginjak dada Wei Quan. “Anggap ini sebagai pelajaran berharga untukmu kelak, bahwa serangan kejutan merupakan strategi penting dalam pertarungan sebenarnya.”Seringai di bibir Yu Fang semakin lebar, matanya berkilat penuh kelicikan saat dia menyalurkan elemen Qi melalui tendangannya. “Tapi aku rasa kamu tidak akan pernah menemukan kesempatan bertarung lagi.”DUAGH!!!Yu Fang terlempar keras ke belakang. Jeritan kesakitan lolos dari mulutnya ketika merasakan nyeri teramat hebat di bagian wajahnya.Dia memandang gelagapan ke tempat dirinya berdiri semula lantas meneguk ludah dengan susah payah rasa asin logam memenuhi mulutnya. Dua giginya yang patah nyaris membuat Yu Fang mati tersedak ketika tidak sengaja menela
“Kakak Senior Wei?!” Luo Tan terkejut ketika mengetahui sosok di depannya adalah Wei Quan. Dalam hati dia harus mengakui kemampuan Wei Quan dalam menyembunyikan diri sehingga Luo Tan tak menyadari kehadirannya.“Mundurlah. Biar aku yang menyelesaikan kesalahpahaman ini.” Wei Quan menjawab datar, dia masih tidak memberi celah pada Luo Tan yang ingin bergerak maju.“Ini urusanku, semua bisa kuselesaikan sendiri.”Wei Quan menoleh, celah matanya menyempit menandakan tidak suka dengan jawaban Luo Tan. “Chen Yi, saat ini tubuhmu sedang terluka. Sebaiknya kamu tetap diam di sana dan jangan mencoba membantahku lagi.”Luo Tan mengernyitkan kening, amarahnya yang sempat naik segera mereda. Niatnya semula untuk menghancurkan kawanan Yu Fang terpaksa ditunda karena kedatangan Wei Quan yang di luar dugaan.“Kakak Senior Yu, aku Wei Quan yang ditugaskan guru Lin untuk selalu menjaganya.” Tangan Wei Quan memberi tanda hormat ketika dia mengenalkan diri pada Yu Fang. “Kakak tentu pernah mendengar na
Luo Tan menggeleng lantas mengembalikan pil ke tangan Yu Fang. “Kakak Senior Yu, aku menghargai niat baikmu. Tapi obat ini tidak bisa kuterima, maaf.”“Mengenai tawaran lawan tanding, aku terpaksa menolaknya kembali. Meski kemampuan senior Wei Quan masih jauh dari Kakak Senior Yu tetapi kami sudah memiliki kecocokan.”Mata Yu Fang berkilat oleh rasa tidak senang. Dia sudah menyuruh pengikutnya untuk membawa Luo Tan ke tempat ini, tentu saja dia tak akan melepaskan pemuda itu begitu saja.“Jadi kamu tidak menghargai kebaikanku?”Kening Luo Tan berkerut, dia mulai bosan dengan permainan yang dilakukan oleh Yu Fang dan kedua anteknya. “Bukan begitu maksudku.”“Lalu apa?!” Lengan Luo Tan dicengkeram kembali, kali ini lebih kuat dari cengkeraman semula. Kedua bawahan Yu Fang tidak membiarkannya lolos dengan mudah.“Guru Lin Hua telah memerintahkan secara langsung pada Senior Wei untuk membimbingku. Aku tentu tidak berhak menolak perintah dari guruku sendiri.” Luo Tan melirik ke arah tangan