Tidak jauh berbeda dengan Hu Lei yang sangat kebingungan, kening Lin Hua yang mulus juga berkerut karena jawaban yang terdengar aneh baginya. Seingatnya, dulu bocah itu tidak terlalu menyukai Wei Quan, bahkan sering menghindari kontak dengannya.
Dagunya terangkat agak tinggi untuk mengamati Luo Tan. Gerakannya agak canggung karena selama ini Lin Hua lebih sering menunduk saat berbicara dengan muridnya itu sebelum berkultivasi.
“Chen Yi,” panggilnya lembut. “Kalau kamu ingin meminta didampingi murid lain, katakan saja padaku. Aku akan segera menggantinya dengan murid yang lebih kamu sukai.”
Mata hitam Luo Tan membalas tatapan Lin Hua dengan ketegasan yang tidak pernah wanita itu lihat selama ini. Membuat hati Lin Hua bergetar karena tajamnya pandangan Luo Tan.
“Tidak perlu Guru Lin. Aku sudah cukup puas dengan Kakak Senior Wei.” Luo Tan menjura hormat pada Lin Hua untuk menyatakan rasa terima kasihnya yang mendalam.
Lin Hua mendesah dalam hati. Meski Luo Tan sudah berulang kali menyatakan bahwa inilah yang dia inginkan, Lin Hua masih sedikit tidak tenang.
Tidak hanya itu, usaha Lin Hua untuk membantu Chen Yi seringkali disalahartikan oleh murid-murid lainnya sebagai pilih kasih. Padahal, perhatian yang dia berikan untuk setiap murid sama saja, bergantung dari keperluan mereka.
“Chen Yi, Guru tidak mengerti.” Lin Hua memutuskan untuk mengungkapkan rasa heran yang sejak tadi memberati hatinya. “Apa kamu tidak takut Wei Quan bersikap kasar padamu?”
Sebelum Lin Hua pergi setahun lalu, dia seringkali melihat Chen Yi ditegur oleh Wei Quan dengan cukup kasar. Terkadang, Lin Hua bahkan mengira Wei Quan akan memukul Chen Yi untuk melampiaskan kekesalannya.
“Apa seseorang memaksamu memilih Wei Quan?” tanya Lin Hua lagi.
Sesungguhnya, saat keluar dari meditasi dan mendengar apa yang terjadi kepada Chen Yi, Lin Hua memiliki kecurigaan bahwa itu semua bukan kecelakaan, melainkan kesengajaan. Itulah kenapa Lin Hua menekankan pada Chen Yi untuk mengatakan yang sebenarnya. Namun, sampai akhir Chen Yi tidak mengatakan apa pun mengenai Wei Quan dan malah meminta pemuda itu untuk menjadi kakak senior pendampingnya!
“Guru Lin, Kakak Senior Wei memang emosional, tapi dia tidak memiliki niat buruk,” ucap Luo Tan membuat alis Lin Hua tertaut. “Selama Guru pergi, Kakak Senior Wei sering diam-diam membantu mengarahkan kultivasiku.”
Mata Lin Hua terbelalak.
Apa mereka masih membicarakan Wei Quan? Muridnya yang arogan dan mementingkan dirinya sendiri itu?
“Sungguh?” tanyanya resah.
Terus ditekan dengan pertanyaan, Luo Tan merasa sedikit kesal dengan sikap Lin Hua. Ini merupakan salah satu alasan kenapa Chen Yi tidak bisa melindungi dirinya sendiri, terlalu dimanja dan terbiasa dilindungi. Kalaupun niat Lin hua baik, tapi kelembutan wanita itu berubah menjadi palu kematian Chen Yi di akhir.
Dalam hati, Luo Tan menghela napas. Walaupun berpikiran demikian, tapi dia tidak tega mengeluarkan isi hatinya. Wanita dengan kulit seputih salju dan pinggang ramping itu terlihat begitu rapuh. Kalau tahu apa yang sesungguhnya terjadi kepada Chen Yi, Luo Tan yakin Lin Hua akan sangat menyalahkan dirinya.
Sekilas pandang, Lin Hua tidak lebih dari gadis muda yang rawan terluka. Namun, saat Lin Hua memeriksa kultivasinya tadi, Luo Tan juga telah memeriksa kultivasi wanita itu dan tahu bahwa guru Chen Yi itu telah mencapai level kultivator menengah tingkat akhir, level yang cukup tinggi–walau tidak sebanding dengan level Luo Tan di tubuh lamanya.
Luo Tan menarik napas panjang dalam upayanya menekan rasa kesal. Bagaimanapun juga Lin Hua adalah guru yang berhati tulus. Semua dilakukannya untuk melindungi Chen Yi, pemilik tubuh asli yang sekarang dihuni Luo Tan.
Kelopak matanya berkedip saat Luo Tan menundukkan kepala. “Murid mengerti apa yang Guru khawatirkan, tapi Murid merasa Kakak Senior Wei merupakan pendamping yang baik. Sikapnya yang berangasan tentu memiliki niat untuk membimbing Murid agar lebih baik.”
“Hu Lei lebih pengertian dibanding Wei Quan. Tingkatan kultivasinya juga lebih tinggi,” ucap Lin Hua.
“Murid memiliki perhitungan sendiri, Guru,” balas Luo Tan, ingin menekankan bahwa dirinya bukan orang sembrono yang mengambil keputusan penting tanpa berpikir panjang.
Di luar pengetahuan Lin Hua, sebenarnya salah satu alasan utama Luo Tan meminta Wei Quan menjadi kakak pembimbingnya adalah untuk mengamankan dirinya sendiri!
Dengan tanggung jawab sebagai seorang kakak senior pendamping, Wei Quan tidak akan bisa menyentuh Luo Tan. Sebaliknya, pria itu memiliki kewajiban untuk memastikan tidak ada orang lain yang mengganggu Luo Tan!
Itu adalah alasan utama Wei Quan sangat marah saat menerima perintah Lin Hua!
Jika dulu Wei Quan bisa memperlakukannya seperti sampah, kini Wei Quan harus memastikan adik seperguruannya tidak tergores sedikit pun.
Di sisi lain, berada di bawah bimbingan Hu Lei adalah ancaman bagi Luo Tan.
Murid tertua Lin Hua itu memiliki sikap waspada, kentara dari pertemuan pertamanya dengan Luo Tan di Gunung Awan, Hu Lei adalah orang pertama yang dengan kritis menyatakan perbedaan Luo Tan dan Chen Yi.
Kepekaannya itu yang ingin dihindari Luo Tan. Dia tidak akan bebas berkultivasi jika ada di bawah pengawasan Hu Lei yang jeli.
“Perhitungan?” Mata Lin Hua sedikit menyipit karena ingin menggali jawaban lebih banyak dari Luo Tan.
Chen Yi begitu berubah, dan hal itu cukup membuat Lin Hua curiga. Kalau bukan karena luka dan energi dalam Chen Yi yang Lin Hua kenali, maka mungkin wanita itu akan yakin bahwa Chen Yi adalah orang lain!
Chen Yi yang dulu memang penakut dan pemalu, tapi di depan Lin Hua dia sangat ceria dan banyak bicara. Sebaliknya, Chen Yi yang di depannya ini pendiam, tenang, dan setiap kata yang keluar dari mulutnya selalu dipertimbangkan lebih baik, seakan merupakan bagian dari rencana besar yang menakutkan.
Luo Tan tersenyum tipis. “Pukulan diperlukan untuk menempa besi, Guru,” ujarnya singkat, membuat Lin Hua tersentak. “Kalau Guru terus memanjakanku, kapan aku bisa menjadi lebih kuat?”
Kepala Luo Tan kemudian tertunduk, ekspresinya terlihat sendu.
“Selain itu, aku tidak ingin menarik perhatian murid lain,” imbuh Luo Tan setelah berdiam diri beberapa saat.
“Apa maksudmu?” tanya Lin Hua tajam. Dia tidak mengerti bahkan sedikit terkejut mendengar pernyataan Luo Tan.
“Kakak Senior Hu Lei harusnya membimbing murid yang ada di tingkatan ke tujuh, bukannya repot mengurusku yang masih di tingkat pertama.” Luo Tan menjelaskan. “Izinkan aku berjuang bersama murid yang lain untuk membuktikan bahwa kemampuanku sama baiknya dengan mereka.”
Kata-kata yang dipilih Luo Tan dengan hati-hati membuat Lin Hua tercenung beberapa saat. Dia tidak menyangka bahwa Chen Yi sungguh sudah dewasa … muridnya yang lemah kini berupaya untuk bangkit dengan tangannya sendiri.
“Aku juga ingin membuktikan pada murid lain bahwa pilihan Guru Lin untuk menyelamatkanku waktu itu adalah pilihan yang tepat.”
Mendengar hal itu, Lin Hua menutup mata dan tersenyum, merasa bangga pada muridnya yang sungguh sudah dewasa.
“Aku mengerti.” Ditepuknya bahu Luo Tan dengan hangat. “Karena dirimu sudah mengambil keputusan, Guru tidak akan mengganggu lagi.” Wanita itu berjalan ke arah pintu keluar seraya berkata, “Istirahatlah, tiga hari lagi kamu akan mulai berlatih bersama Wei Quan.”
Lin Hua meninggalkan kamar dengan langkah anggun dan ringan, meninggalkan aroma bunga yang tercium samar meski dia telah menjauh.
Senyuman di bibir Luo Tan tidak bertahan lama. Wajahnya kembali datar begitu suara langkah Lin Hua tidak lagi terdengar.
“Kenapa tidak membongkar kebusukan Wei Quan?” Terdengar suara asing berseru di balik punggung Luo Tan.
Bahu Luo Tan menegang. Matanya berubah nyalang keti ka berbalik ke belakang.
“Siapa di sana?!”
“Kenapa tidak membongkar kebusukan Wei Quan?” Terdengar suara asing berseru di balik punggung Luo Tan. Bahu Luo Tan menegang. Matanya berubah nyalang ketika berbalik ke belakang. WHOOSH!Tiga bilah jarum perak meluncur cepat dari jari Luo Tan. Tepat menuju asal suara misterius yang telah mengejutkannya. TAK! TAK! TAK!“Ah!” Mengikuti suara jarum yang menancap sempurna di tembok kayu ruangan, jeritan anak kecil bisa terdengar.Luo Tan menatap jarum perak yang tepat mengenai dinding. Bilahnya masih bergetar karena kuatnya gerakan pria tersebut.Tepat di bawah tiga jarum itu terdapat seekor makhluk berwarna kuning yang seakan berjongkok sembari memerhatikan senjata yang hampir merenggut nyawanya. Makhluk serupa anak ayam itu menggigil ketakutan, bahkan paruhnya pun ikut gemetar. Dengan mata yang berair, menunjukkan dirinya berada di ambang tangis, makhluk itu menatap Luo Tan dengan ekspresi memelas. “K-kejam! Manusia kejam!” Dia maju beberapa langkah, menghindari jarum yang berada d
Luo Tan tidak tahu bagaimana hal itu terjadi. Mungkin saja kontrak itu terjadi saat ayam kecil tersebut terjatuh ke wajahnya. Namun, kontrak itu jelas kontrak sepihak yang tidak disetujui Luo Tan, dan hal tersebut menunjukkan bahwa ayam kecil itu yang mengabdikan dirinya sendiri kepadanya.Dengan kontrak sepihak, apa pun yang terjadi kepada si ayam kecil tidak akan berefek pada Luo Tan. Berbeda dengan monster jiwa yang terkontrak dengan persetujuan dua pihak. Kalau monster jiwa terluka, maka tuannya juga akan terluka. Begitu pula sebaliknya.Namun, mengesampingkan kenyataan itu, Luo Tan tetap tidak menginginkannya. Lagi pula, ayam kecil itu begitu cerewet dan tidak bisa berhenti berkicau!“Kamu senang, bukan? Tidak semua orang bisa beruntung sepertimu! Aku–”Sayang, betapa pun Luo Tan tidak menginginkannya, dia tidak memiliki pilihan. Bahkan setelah berkali-kali mengusir ayam kecil itu, monster jiwa itu menolak untuk pergi dan terus mengekornya.Sejak saat itu, hari-hari Luo Tan tidak
Tiga hari telah berlalu, masa hukuman Wei Quan baru saja selesai. Pagi ini dia keluar dari kamar dengan wajah masam. Diketuknya pintu kamar Luo Tan seraya menyebut nama pemuda itu berulang kali. “Chen Yi, cepatlah keluar. Upacara penyambutan murid sebentar lagi akan dimulai.”Layar pintu bergeser, sosok Luo Tan pun keluar dari kamar yang gelap. Semula, sosoknya tidak terlihat jelas karena tertutup bayang-bayang, tetapi beberapa saat kemudian Wei Quan ternganga melihatnya. Di bawah siraman sinar matahari sosok Luo Tan terlihat bercahaya. Matanya bersinar tajam dengan alis seperti busur panah. Memberi kesan arogan sehingga Wei Quan mundur satu langkah hanya karena satu tatapan darinya. Hidung mancung membuat garis wajahnya semakin tegas. Sepintas Luo Tan tampak keras tetapi bibirnya yang tipis berwarna kemerahan membuat wajahnya terlihat lebih lembut. “Apa sekarang sudah waktunya berangkat?” tanya Luo Tan tenang. Wei Quan masih tercengang. “Kakak Senior Wei?”Tepukan tangan Luo Ta
Perempuan itu tampak anggun, senyumnya lembut penuh kasih. Wajahnya tenang ketika menyapa para tetua dan seluruh murid Perguruan Merpati Putih. Semua menyahut dengan sopan. Posisi yang ditempati Yun Xiang membuatnya semakin dihormati sekaligus disegani. Namun, berbeda dengan Luo Tan. Buku jarinya terkepal kaku, kukunya menusuk kulit telapak tangan hingga beberapa tetes darah bermunculan dari lukanya. Yun Xiang tidak berubah sedikitpun. Dia tetap terlibat cantik dan baik hati, sama seperti ratusan tahun silam ketika statusnya adalah tunangan Luo Tan. Mata lembut yang penuh pemujaan itu telah membuat Luo Tan terlena. Dengan mudahnya Luo Tan tertipu oleh sandiwara yang diperankan oleh Yun Xiang dan Luo Liang. Dia mendengkus marah tetapi tidak bisa melakukan apa-apa. Luo Tan sadar menyerang Yun Xiang bukan tindakan bijaksana, terutama karena tingkat kultuvasinya saat ini masih jauh dari Yun Xiang. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan hanyalah memandang Yun Xiang. Menatap wajah can
Apa yang terjadi?!” raung murid yang tadi menertawakan Luo Tan. Dia membungkuk dengan kedua tangan menutupi mata tetapi cahaya yang tersebar dari batu Jing Zi masih bisa menembus kelopak matanya.Raungan dan erangan bersahutan dari murid yang belum mencapai tingkat kultivasi tinggi. Mereka kesulitan menghadang cahaya menyilaukan dari batu Jing Zi.Namun, keadaan mulai berangsur kembali tenang ketika cahaya merah itu berangsur meredup. Mereka membuka mata dan menatap ke atas panggung.Walau mata mereka masih terasa kabur tetapi semua dapat melihat Luo Tan masih berdiri tegak di depan batu Jing Zi. Kedua telapak tangannya belum dilepaskan dari permukaan batu yang selicin cermin itu.“Tetua Lin, apa yang kamu berikan pada muridmu itu?” Yun Zihan bertanya ketus pada Lin Hua. “Apa kamu bertindak curang dengan memberinya eliksir energi?”“Apa yang Tetua Yun Zihan maksudkan? Muridku memang lemah tetapi aku tidak akan pernah merendahkan diriku dengan perbuatan curang seperti itu.” Lin Hua sen
Suara gumaman terdengar berdengung di seluruh aula. Hampir semua murid mempertanyakan keputusan yang diambil Luo Tan secara sembrono. Tidak mudah menarik perhatian Wakil Ketua Perguruan Merpati Putih. Meski dia terlihat baik hati tetapi Yun Xiang bukan orang yang bisa didekati dengan mudah. Tawaran Yun Xiang bukan hal yang bisa didapatkan dengan gampang tiap harinya. Hanya segelintir orang yang memperoleh kesempatan seperti itu. “Hei Wei Quan! Aku rasa Chen Yi memang benar-benar bodoh!” Teman Wei Quan menceletuk di tengah dengung keheranan murid lain. Wei Quan mengangkat kakinya lalu menendang teman seangkatannya yang baru saja menghina Luo Tan. Dia memberengut marah karena tidak terima ada orang lain yang menjelekkan murid di bawah bimbingannya. Sementara itu di panggung utama, Yun Xiang terdiam selama beberapa saat. Rona wajahnya sempat berubah ketika mendengar penolakan Luo Tan. Bukan hanya penolakan tersebut yang membuatnya tersinggung. Namun, sindiran Luo Tan yang secara ha
“Kudengar kamu terjebak di Gunung Awan untuk waktu lama?” “Ya.” “Sendirian?” “Ya.” “Bagaimana kamu bisa bertahan hidup kalau begitu? Bukankah saat itu kamu bahkan belum mencapai tingkat satu kultivator dasar?” “Langit melindungiku.” Pertukaran kalimat antara Shen Xixi dan Luo Tan sangatlah singkat. Hal itu membuat obrolan mereka terasa canggung karena Luo Tan tidak banyak menanggapi pertanyaan Shen Xixi. Selain satu dua kata, Luo Tan hanya mengangguk atau menggeleng untuk menjawab! Kesal, Shen Xixi pun berhenti bertanya dan bersiap pergi karena kesal. Pipinya yang tadi sempat merona kini tampak sedikit muram. “Bisa kulihat Adik Junior Chen adalah orang yang pelit kata,” sindir Shen Xixi, merasa tersinggung dan tidak dihormati. Ekspresi kekecewaan dan kemarahan Shen Xixi membuat Wei Quan sedikit panik. Dia sampai melotot ke arah Luo Tan yang terkesan dingin dan tidak memberi tanggapan sesuai dengan posisinya sekarang. Kalau tatapan bisa berbicara, Wei Quan pasti sedang berte
Setelah hari pemeriksaan elemen, hari pertama menghadiri kelas pun tiba. Luo Tan tengah mempersiapkan diri saat sebuah suara bercicit di kepalanya, “Aku ingin ikut!”Luo Tan mengernyitkan alisnya. Diliriknya ayam kecil berwarna kuning di sudut kamar, entah bagaimana caranya tetapi Luo Tan dapat memahami si ayam kecil tengah merajuk.“Apa yang ingin kamu lakukan di sana?” balasnya dingin seraya mengenakan sabuk sebagai pelengkap akhir seragam dari perguruan Merpati Putih.“Aku bosan meringkuk seharian di kamar sedangkan kamu bisa bersenang-senang di luar sana.”Luo Tan memutar bola matanya tanpa memberi tanggapan berarti.“Luo Tan, aku akan tetap mengikutimu walau kamu tidak mau membawaku!” Sayap Zha Ji yang berwarna kuning mengepak-ngepak penuh semangat. Bayangan akan menghirup udara segar membuatnya tidak sabar lagi segera keluar kamar“Terserah.”Sayap Zha Ji berhenti berkepak. Kepalanya yang mungil miring ke kiri lalu dia bertanya, “Kamu mengizinkanku keluar?”“Tentu.” Luo Tan mema
Luo Tan lebih menyukai alam terbuka ketika bermeditasi. Akan tetapi saat ini dia tidak bisa memilih tempat yang cocok untuknya.Walau kamar yang sekarang ditempatinya memang kurang cocok, Luo Tan memutuskan untuk menerima apa yang diberikan padanya.Mata Luo Tan terpejam, tarikan napasnya melambat ketika dia berhasil memisahkan diri dari kesibukan yang terjadi di sekitar perguruan.Wajahnya melembut seiring jiwanya mulai mengembara melintasi pegunungan yang hijau, hutan lebat tak berpenghuni dan sungai yang mengalir deras.Dia bisa merasakan sejuknya mata air, tenangnya pemandangan Gunung Awan, bebas dari semua emosi yang menjeratnya selama ini.Luo Tan menyatu sempurna dengan alam. Meridian dalam tubuh yang tersumbat perlahan-lahan terbukaKolam Qi dalam dirinya terasa meluap-luap dan menjadi lebih luas. Sehingga Luo Tan merasa tubuhnya juga menjadi lebih ringan.“Tuan sudah berada di tingkat delapan. Biasanya orang lain akan membutuhkan waktu bertahun-tahun agar bisa naik satu tingk
Pelajaran hari itu berjalan dengan damai dan lancar. Setidaknya di permukaan tidak ada gejolak yang berarti.Lin Hua mengajar dengan tenang, sementara murid-murid tingkat satu belajar tekun di bawah pengawasannya mengenai teknik mantra.Selesai pelajaran Luo Tan bergegas pulang ke kamarnya. Tentunya setelah mengantarkan Wei Quan yang terus menggerutu karena tubuhnya terasa nyeri.Pakaian putihnya sudah berganti menjadi pakaian warna hitam. Kalau bukan karena aturan perguruan Merpati Putih yang mengharuskan semua murid baru berpakaian putih, Luo Tan tidak akan mau mengenakannya dengan suka rela.“Anda sudah kembali, Tuan.” Zha Ji berciap girang menyambut kedatangan Luo Tan.Monster jiwa berbulu kuning itu bertengger di atas meja teh. Satu set teh telah terhidang di sana dengan uap tipis yang bergerak di udara.“Zha Ji sudah menyiapkan teh untuk Tuan,” ucap Zha Ji dengan nada bangga. Seperti biasa, sayapnya yang mungil selalu berkepak cepat tiap kali merasa senang.Luo Tan duduk di deka
“Wakil Ketua Yun Xiang masih penasaran padamu.” Wei Quan memulai pembicaraan di antara mereka.Luo Tan melirik ke arah Wei Quan tanpa mengatakan apapun. Dia membimbing Wei Quan yang sesekali terhuyung ke depan.Seharusnya dia belum boleh keluar kamar tetapi Wei Quan bosan hanya berbaring sepanjang hari. Dia membujuk Luo Tan dengan susah payah agar bersedia mengajaknya keluar.“Di mata Wakil Ketua kamu bukan murid biasa. Dan itu memang benar, aku sendiri masih tidak mengerti bagaimana bisa murid lemah sepertimu ternyata memiliki elemen ganda.”Bibir Luo Tan semakin menipis. Sejak tadi dia sudah berusaha menyembunyikan kebenciannya pada Yun Xiang tetapi Wei Quan terus saja menyebut nama perempuan itu.Dada Luo Tan bergemuruh karena kebencian dan amarah yang bergulung menuntut untuk diluapkan. Namun, dia berhasil menahannya karena sadar kemampuan Luo Tan saat ini masih belum sebanding dengan Yun Xiang.Dia hanya akan mati konyol untuk kedua kalinya di tangan pengkhianat itu. Nama baik Lu
Hujan deras turun semalam, tetesan air masih terlihat jelas di atas daun sebelum akhirnya terjatuh ke tanah dan bercampur dengan genangan yang perlahan terserap tanah.Sebuah pembakar dupa berbentuk bunga lotus mengepulkan asap tipis. Aroma dupa yang telah familiar mengisi seluruh kamar Yun Xiang sementara pemiliknya baru saja membuka mata.Shen Xixi berdiri di sisi ranjang Yun Xiang untuk membantu gurunya bangun. Gadis berkulit seluruh salju itu membungkuk ketika Yun Xiang bertanya serak padanya.“Bagaimana?”“Dia terlihat tidak peduli, Wakil Ketua.”Yun Xiang mengerutkan kening. “Tidak ada reaksi darinya?”Shen Xixi kembali menggeleng. Dia bergegas mengambil pakaian yang sudah dipersiapkan olehnya tadi malam.“Wakil Ketua, Anda tidak penasaran dengan nasib Yu Fang?” tanyanya hati-hati seraya membantu Yun Xiang berpakaian.Yun Xiang hanya mendengus sinis. Wajahnya yang cantik tampak kontras dengan tatapannya yang dingin dan kejam.Hanya beberapa orang yang tahu seperti apa sifat Yun
“Sudahlah. Biarkan saja dia beristirahat dulu sampai menjadi lebih tenang.” Hu Lei menepuk pakaiannya dari bubuk ramuan yang tercecer ketika mengobati Wei Quan.“Aku akan menemaninya sebentar,” ujar Luo Tan.Hu Lei segera menyetujui tawaran Luo Tan. Dia melirik ke arah Wei Quan yang masih memandang ke arah junior mereka dengan tampang bodoh.“Jaga dia dengan baik. Jaga temperamennya agar lebih terkendali.”Hu Lei meninggalkan kamar tersebut setelah meninggalkan pesan pada Luo Tan. Dia harus segera melaporkan keadaan Wei Quan pada Lin Hua.“Kepalamu masih sakit, Senior Wei?” Luo Tan bertanya tanpa mendekati Wei Quan.Wei Quan masih memandang Luo Tan. “Aku tahu kamu berbohong.”“Kenapa aku harus berbohong?”“Aku tidak tahu.” Wei Quan mengangkat tangan untuk mengusap pelipisnya yang bengkak. “Ingatanku memang samar-samar tetapi aku ingat di sana ada Yu Fang dan anak buahnya.”“Mungkin Senior hanya bermimpi.”“Mimpi?” Wei Quan tertawa pendek lalu meringis kesakitan. Dia tidak berada dalam
‘Chen Yi tidak mungkin memiliki kemampuan sebesar ini!’ Mata Yu Fang terbelalak lebar ketika menyadari kemungkinan tersebut.Namun, dia tidak memiliki kesempatan untuk berpikir lebih jauh karena Luo Tan kini sudah berada di dekatnya. Gerakan Luo Tan begitu cepat sehingga membuat Yu Fang gelagapan.Sisa-sisa energi Qi di dalam tubuhnya segera ditarik untuk membuat pedang tetapi lagi-lagi Yu Fang gagal melakukannya.“Akh!” Teriakannya tertahan di kerongkongan yang terasa kering. Dua bilah jarum ditusukkan ke saraf pipa suara Yu Fang, jangankan berbicara bahkan dia tidak lagi dapat mengeluh.“Tentu saja aku bukan Chen Yi yang kalian kenal dulu.” Luo Tan menatapnya dengan sorot mata geli. “Apa kalian tidak bisa merasakan perbedaannya sama sekali?”Bola mata Yu Fang berputar ke belakang, tubuhnya jatuh ke tanah tanpa sempat memikirkan jawaban atas pertanyaan Luo Tan.***Wei Quan membuka mata pelan-pelan, tusukan sinar matahari membuatnya mengernyit karena silau.“Ini di mana?” Dia mengern
“Wei Quan, kuharap dirimu tidak menyimpan dendam atas kejadian ini.” Senyum culas merusak ketampanan Yu Fang ketika dia berjalan mendekati Wei Quan yang terkapar tidak berdaya. “Ini salahmu sendiri karena lengah menghadapi serangan lawan.”Kaki Yu Fang terangkat tinggi untuk menginjak dada Wei Quan. “Anggap ini sebagai pelajaran berharga untukmu kelak, bahwa serangan kejutan merupakan strategi penting dalam pertarungan sebenarnya.”Seringai di bibir Yu Fang semakin lebar, matanya berkilat penuh kelicikan saat dia menyalurkan elemen Qi melalui tendangannya. “Tapi aku rasa kamu tidak akan pernah menemukan kesempatan bertarung lagi.”DUAGH!!!Yu Fang terlempar keras ke belakang. Jeritan kesakitan lolos dari mulutnya ketika merasakan nyeri teramat hebat di bagian wajahnya.Dia memandang gelagapan ke tempat dirinya berdiri semula lantas meneguk ludah dengan susah payah rasa asin logam memenuhi mulutnya. Dua giginya yang patah nyaris membuat Yu Fang mati tersedak ketika tidak sengaja menela
“Kakak Senior Wei?!” Luo Tan terkejut ketika mengetahui sosok di depannya adalah Wei Quan. Dalam hati dia harus mengakui kemampuan Wei Quan dalam menyembunyikan diri sehingga Luo Tan tak menyadari kehadirannya.“Mundurlah. Biar aku yang menyelesaikan kesalahpahaman ini.” Wei Quan menjawab datar, dia masih tidak memberi celah pada Luo Tan yang ingin bergerak maju.“Ini urusanku, semua bisa kuselesaikan sendiri.”Wei Quan menoleh, celah matanya menyempit menandakan tidak suka dengan jawaban Luo Tan. “Chen Yi, saat ini tubuhmu sedang terluka. Sebaiknya kamu tetap diam di sana dan jangan mencoba membantahku lagi.”Luo Tan mengernyitkan kening, amarahnya yang sempat naik segera mereda. Niatnya semula untuk menghancurkan kawanan Yu Fang terpaksa ditunda karena kedatangan Wei Quan yang di luar dugaan.“Kakak Senior Yu, aku Wei Quan yang ditugaskan guru Lin untuk selalu menjaganya.” Tangan Wei Quan memberi tanda hormat ketika dia mengenalkan diri pada Yu Fang. “Kakak tentu pernah mendengar na
Luo Tan menggeleng lantas mengembalikan pil ke tangan Yu Fang. “Kakak Senior Yu, aku menghargai niat baikmu. Tapi obat ini tidak bisa kuterima, maaf.”“Mengenai tawaran lawan tanding, aku terpaksa menolaknya kembali. Meski kemampuan senior Wei Quan masih jauh dari Kakak Senior Yu tetapi kami sudah memiliki kecocokan.”Mata Yu Fang berkilat oleh rasa tidak senang. Dia sudah menyuruh pengikutnya untuk membawa Luo Tan ke tempat ini, tentu saja dia tak akan melepaskan pemuda itu begitu saja.“Jadi kamu tidak menghargai kebaikanku?”Kening Luo Tan berkerut, dia mulai bosan dengan permainan yang dilakukan oleh Yu Fang dan kedua anteknya. “Bukan begitu maksudku.”“Lalu apa?!” Lengan Luo Tan dicengkeram kembali, kali ini lebih kuat dari cengkeraman semula. Kedua bawahan Yu Fang tidak membiarkannya lolos dengan mudah.“Guru Lin Hua telah memerintahkan secara langsung pada Senior Wei untuk membimbingku. Aku tentu tidak berhak menolak perintah dari guruku sendiri.” Luo Tan melirik ke arah tangan