Home / Pendekar / Legenda Sang Kultivator Dewa / Monster Jiwa Terkontrak

Share

Monster Jiwa Terkontrak

Author: Shanun Nareswari
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Kenapa tidak membongkar kebusukan Wei Quan?” Terdengar suara asing berseru di balik punggung Luo Tan. 

Bahu Luo Tan menegang. Matanya berubah nyalang ketika berbalik ke belakang. 

WHOOSH!

Tiga bilah jarum perak meluncur cepat dari jari Luo Tan. Tepat menuju asal suara misterius yang telah mengejutkannya. 

TAK! TAK! TAK!

“Ah!” 

Mengikuti suara jarum yang menancap sempurna di tembok kayu ruangan, jeritan anak kecil bisa terdengar.

Luo Tan menatap jarum perak yang tepat mengenai dinding. Bilahnya masih bergetar karena kuatnya gerakan pria tersebut.

Tepat di bawah tiga jarum itu terdapat seekor makhluk berwarna kuning yang seakan berjongkok sembari memerhatikan senjata yang hampir merenggut nyawanya. Makhluk serupa anak ayam itu menggigil ketakutan, bahkan paruhnya pun ikut gemetar. 

Dengan mata yang berair, menunjukkan dirinya berada di ambang tangis, makhluk itu menatap Luo Tan dengan ekspresi memelas. “K-kejam! Manusia kejam!” Dia maju beberapa langkah, menghindari jarum yang berada di atas kepalanya. “A-apa sebenarnya salahku sampai diperlakukan seperti ini!?”

Kaki Luo Tan yang panjang dijulurkan lantas menyenggol makhluk di depannya hingga terjungkal ke belakang. “Salahmu adalah mengagetkanku.”

Makhluk itu menciap-ciap, lalu mengepakkan sayapnya yang kecil. Dia mengerahkan seluruh tenaganya sampai bisa bangkit kembali. 

“Manusia kejam tidak berhati! Tega sekali menyakiti makhluk kecil, tidak berdaya, dan lucu sepertiku!”

‘Lucu?’ Luo Tan mengulangi ucapan makhluk itu dalam hati. ‘Sungguh percaya diri.’ 

Luo Tan duduk berjongkok agar bisa mengamati lawan bicaranya. Didengarkannya anak ayam itu terus mengoceh dan mengomel tanpa henti. 

“Sejak kapan hewan bisa berbicara secerewet dirimu?”

“Luo Tan, lihat perlakuanmu padaku! Selama ini banyak kultivator yang menginginkan kontrak denganku, tetapi kamu malah memperlakukanku seperti hewan biasa.” Sayapnya yang kecil dikepakkan dengan cepat. Sesekali menuding ke arah Luo Tan sambil berteriak, “Dasar manusia tidak tahu diuntung!”

Luo Tan memutar mata mendengar umpatan si ayam kecil. “Berisik.” Dia menambahkan, “Andai kamu tidak muncul tiba-tiba, apa aku akan menyerangmu?”

“Jadi, kamu bilang ini salahku?!” Si ayam kecil kembali berteriak marah. “Kalau bukan karena kamu menyelamatkanku dulu, aku tidak akan ….”

Semua ocehan sang ayam kecil masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan Luo Tan. Dia hanya memerhatikan makhluk kecil itu berciap-ciap tanpa henti selagi mengingat bagaimana dirinya bisa terikat dengan ayam cerewet tersebut.

Luo Tan pertama kali bertemu dengan ayam kecil itu saat dirinya masih berada di Gunung Awan. Pertemuan mereka bisa dikatakan hanya kebetulan, tetapi menghasilkan ikatan yang membuatnya harus terbiasa dengan hewan berisik tersebut.

Luo Tan yang waktu itu baru saja mencapai kultivasi tingkat kedua masih bisa merasakan lapar, jadi dia harus berburu makan malam. Dia sedang merangkak di bawah pohon ketika mendengar suara ciap ayam yang panik ketakutan. 

Luo Tan awalnya ingin mengabaikan jeritan minta tolong itu. Namun, suara yang melengking tinggi menusuk gendang telinganya sehingga dia sulit memusatkan pikiran untuk berburu.

“Ciap! Ciap!” teriak sang ayam kecil dengan wajah ketakutan yang berusaha disembunyikan. “Ciap! Ciap Ciap!!”

Celotehan si ayam kecil membuat Luo Tan yang mengamati dari jauh terdiam, merasa hewan itu sangat menarik. Di hadapan seekor monster jiwa serigala yang mengerikan, ayam kecil itu memang ketakutan, tapi masih bisa dengan cerdas menghindar ke atas pohon dan terus waspada sembari menatap ke bawah.

Kalau bukan karena Luo Tan tidak merasakan adanya energi Qi di tubuh ayam kecil itu, dia pasti akan curiga ayam kecil tersebut merupakan seekor monster jiwa.

Luo Tan mengalihkan pandangan kepada monster jiwa dalam bentuk serigala yang tengah berusaha memanjat pohon untuk menangkap ayam kecil itu. Kuku-kuku tajamnya mencakar-cakar pohon, seakan tengah membuat landasan untuk pijakannya. Kalau terus seperti itu, cepat atau lambat ayam kecil yang tidak bisa terbang itu pasti akan tertangkap.

Yang lemah jadi makanan yang kuat, itu adalah aturan rimba. Luo Tan menghormati hal tersebut dan tidak berniat untuk menyelamatkan ayam kecil tersebut. Namun, situasinya adalah … jika Luo Tan mengabaikan serigala tersebut dan lanjut berburu, monster jiwa serigala itu pasti akan mengetahui keberadaannya dan berakhir menyerangnya. 

Dia akan kesulitan jika itu yang terjadi. Karena bisa saja monster jiwa serigala memanggil kawanannya untuk memangsa Luo Tan. 

‘Lebih baik menyerang lebih dahulu daripada diserang kemudian,’ pikir Luo Tan seraya mengambil batu berukuran segenggaman tangan di sebelah kaki kirinya. Meski kekuatan Luo Tan belum cukup tetapi dia yakin bisa membidik monster jiwa ganas itu tepat di dahinya. 

Dengan hati-hati, Luo Tan membidik monster jiwa itu, lalu tangannya pun mengayun kencang untuk melesatkan batu di tangan.

WHOOSH! BUK! 

Lemparan Luo Tan langsung mengenai sasarannya. Monster jiwa serigala tidak sempat menghindar, dia pun langsung roboh ke tanah dengan kaki berkelojotan. Tidak lama kemudian gerakan serigala itu pun berhenti sama sekali. 

Karena tugasnya selesai, Luo Tan pun langsung melesat untuk melanjutkan perburuannya. Ayam kecil itu bukan targetnya karena dengan ukuran tubuhnya, Luo Tan tidak akan kenyang sedikit pun!

Namun, baru saja mengambil beberapa langkah untuk pergi, Luo Tan terpaksa menghentikan langkahnya secara mendadak karena pandangannya mendadak gelap.

“Manusia! Manusia! Kamu menyelamatkanku!” teriakan itu mengejutkan Luo Tan, membuatnya langsung mencengkeram erat sesuatu yang tiba-tiba mendarat tepat di wajahnya untuk kemudian dijauhkan agar dirinya bisa kembali melihat.

Tidak Luo Tan duga, dia malah melihat ayam kecil yang terselamatkan itu. Ayam kecil itu mengepakkan sayapnya dan kembali memeluk wajah Luo Tan dengan erat, membuatnya tidak bisa bernapas.

“Tuanku, tuanku! Nyawaku milikmu!”

Bisa mendengar hewan itu berbicara membuat Luo Tan terpaksa menerima suatu kesimpulan. Ayam kecil itu ternyata adalah seekor monster jiwa!

Dengan satu tangan menarik lepas si ayam kecil, Luo Tan mengernyitkan dahi. “Aku menyelamatkan diriku sendiri,” jawabnya ketus seraya melepaskan si ayam sehingga monster jiwa tingkat rendah itu mendarat di tanah.

“Tidak peduli niatmu bagaimana, kamu menyelamatkanku! Oleh karena itu, aku bersedia menjadi monster jiwa terkontrakmu!” Sayapnya yang kecil terus mengepak-ngepak seiringan dengan kalimatnya. 

Luo Tan menatap dingin si ayam kecil. “Tidak perlu.” Lalu, dia pun berjalan pergi. “Jangan ganggu aku dan pergilah.”

Namun, sekali lagi, langkah Luo Tan terpaksa terhenti karena ayam kecil itu. “Akan tetapi, kamu tidak punya pilihan.” Ayam kecil itu tersenyum lebar. “Lagi pula, kamu sudah terkontrak denganku!”

Kepala Luo Tan langsung menoleh cepat dan wajahnya terlihat kaget. “Apa kamu bilang?”

Tepat saat Luo Tan bertanya, dahinya mengeluarkan sinar terang berbentuk api berwarna kuning keemasan bercampur merah. 

Dengan wajah bangga penuh kemenangan, si ayam kecil pun berkata, “Lihat! Kamu sudah terkontrak denganku!”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Zha Ji si Ayam Goreng

    Luo Tan tidak tahu bagaimana hal itu terjadi. Mungkin saja kontrak itu terjadi saat ayam kecil tersebut terjatuh ke wajahnya. Namun, kontrak itu jelas kontrak sepihak yang tidak disetujui Luo Tan, dan hal tersebut menunjukkan bahwa ayam kecil itu yang mengabdikan dirinya sendiri kepadanya.Dengan kontrak sepihak, apa pun yang terjadi kepada si ayam kecil tidak akan berefek pada Luo Tan. Berbeda dengan monster jiwa yang terkontrak dengan persetujuan dua pihak. Kalau monster jiwa terluka, maka tuannya juga akan terluka. Begitu pula sebaliknya.Namun, mengesampingkan kenyataan itu, Luo Tan tetap tidak menginginkannya. Lagi pula, ayam kecil itu begitu cerewet dan tidak bisa berhenti berkicau!“Kamu senang, bukan? Tidak semua orang bisa beruntung sepertimu! Aku–”Sayang, betapa pun Luo Tan tidak menginginkannya, dia tidak memiliki pilihan. Bahkan setelah berkali-kali mengusir ayam kecil itu, monster jiwa itu menolak untuk pergi dan terus mengekornya.Sejak saat itu, hari-hari Luo Tan tidak

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Dia Ada di Sini!

    Tiga hari telah berlalu, masa hukuman Wei Quan baru saja selesai. Pagi ini dia keluar dari kamar dengan wajah masam. Diketuknya pintu kamar Luo Tan seraya menyebut nama pemuda itu berulang kali. “Chen Yi, cepatlah keluar. Upacara penyambutan murid sebentar lagi akan dimulai.”Layar pintu bergeser, sosok Luo Tan pun keluar dari kamar yang gelap. Semula, sosoknya tidak terlihat jelas karena tertutup bayang-bayang, tetapi beberapa saat kemudian Wei Quan ternganga melihatnya. Di bawah siraman sinar matahari sosok Luo Tan terlihat bercahaya. Matanya bersinar tajam dengan alis seperti busur panah. Memberi kesan arogan sehingga Wei Quan mundur satu langkah hanya karena satu tatapan darinya. Hidung mancung membuat garis wajahnya semakin tegas. Sepintas Luo Tan tampak keras tetapi bibirnya yang tipis berwarna kemerahan membuat wajahnya terlihat lebih lembut. “Apa sekarang sudah waktunya berangkat?” tanya Luo Tan tenang. Wei Quan masih tercengang. “Kakak Senior Wei?”Tepukan tangan Luo Ta

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Pengetesan Elemen

    Perempuan itu tampak anggun, senyumnya lembut penuh kasih. Wajahnya tenang ketika menyapa para tetua dan seluruh murid Perguruan Merpati Putih. Semua menyahut dengan sopan. Posisi yang ditempati Yun Xiang membuatnya semakin dihormati sekaligus disegani. Namun, berbeda dengan Luo Tan. Buku jarinya terkepal kaku, kukunya menusuk kulit telapak tangan hingga beberapa tetes darah bermunculan dari lukanya. Yun Xiang tidak berubah sedikitpun. Dia tetap terlibat cantik dan baik hati, sama seperti ratusan tahun silam ketika statusnya adalah tunangan Luo Tan. Mata lembut yang penuh pemujaan itu telah membuat Luo Tan terlena. Dengan mudahnya Luo Tan tertipu oleh sandiwara yang diperankan oleh Yun Xiang dan Luo Liang. Dia mendengkus marah tetapi tidak bisa melakukan apa-apa. Luo Tan sadar menyerang Yun Xiang bukan tindakan bijaksana, terutama karena tingkat kultuvasinya saat ini masih jauh dari Yun Xiang. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan hanyalah memandang Yun Xiang. Menatap wajah can

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Api dan Air

    Apa yang terjadi?!” raung murid yang tadi menertawakan Luo Tan. Dia membungkuk dengan kedua tangan menutupi mata tetapi cahaya yang tersebar dari batu Jing Zi masih bisa menembus kelopak matanya.Raungan dan erangan bersahutan dari murid yang belum mencapai tingkat kultivasi tinggi. Mereka kesulitan menghadang cahaya menyilaukan dari batu Jing Zi.Namun, keadaan mulai berangsur kembali tenang ketika cahaya merah itu berangsur meredup. Mereka membuka mata dan menatap ke atas panggung.Walau mata mereka masih terasa kabur tetapi semua dapat melihat Luo Tan masih berdiri tegak di depan batu Jing Zi. Kedua telapak tangannya belum dilepaskan dari permukaan batu yang selicin cermin itu.“Tetua Lin, apa yang kamu berikan pada muridmu itu?” Yun Zihan bertanya ketus pada Lin Hua. “Apa kamu bertindak curang dengan memberinya eliksir energi?”“Apa yang Tetua Yun Zihan maksudkan? Muridku memang lemah tetapi aku tidak akan pernah merendahkan diriku dengan perbuatan curang seperti itu.” Lin Hua sen

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Shen Xixi

    Suara gumaman terdengar berdengung di seluruh aula. Hampir semua murid mempertanyakan keputusan yang diambil Luo Tan secara sembrono. Tidak mudah menarik perhatian Wakil Ketua Perguruan Merpati Putih. Meski dia terlihat baik hati tetapi Yun Xiang bukan orang yang bisa didekati dengan mudah. Tawaran Yun Xiang bukan hal yang bisa didapatkan dengan gampang tiap harinya. Hanya segelintir orang yang memperoleh kesempatan seperti itu. “Hei Wei Quan! Aku rasa Chen Yi memang benar-benar bodoh!” Teman Wei Quan menceletuk di tengah dengung keheranan murid lain. Wei Quan mengangkat kakinya lalu menendang teman seangkatannya yang baru saja menghina Luo Tan. Dia memberengut marah karena tidak terima ada orang lain yang menjelekkan murid di bawah bimbingannya. Sementara itu di panggung utama, Yun Xiang terdiam selama beberapa saat. Rona wajahnya sempat berubah ketika mendengar penolakan Luo Tan. Bukan hanya penolakan tersebut yang membuatnya tersinggung. Namun, sindiran Luo Tan yang secara ha

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Sumpah Luo Tan

    “Kudengar kamu terjebak di Gunung Awan untuk waktu lama?” “Ya.” “Sendirian?” “Ya.” “Bagaimana kamu bisa bertahan hidup kalau begitu? Bukankah saat itu kamu bahkan belum mencapai tingkat satu kultivator dasar?” “Langit melindungiku.” Pertukaran kalimat antara Shen Xixi dan Luo Tan sangatlah singkat. Hal itu membuat obrolan mereka terasa canggung karena Luo Tan tidak banyak menanggapi pertanyaan Shen Xixi. Selain satu dua kata, Luo Tan hanya mengangguk atau menggeleng untuk menjawab! Kesal, Shen Xixi pun berhenti bertanya dan bersiap pergi karena kesal. Pipinya yang tadi sempat merona kini tampak sedikit muram. “Bisa kulihat Adik Junior Chen adalah orang yang pelit kata,” sindir Shen Xixi, merasa tersinggung dan tidak dihormati. Ekspresi kekecewaan dan kemarahan Shen Xixi membuat Wei Quan sedikit panik. Dia sampai melotot ke arah Luo Tan yang terkesan dingin dan tidak memberi tanggapan sesuai dengan posisinya sekarang. Kalau tatapan bisa berbicara, Wei Quan pasti sedang berte

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Luo Liang Sang Pemimpin

    Setelah hari pemeriksaan elemen, hari pertama menghadiri kelas pun tiba. Luo Tan tengah mempersiapkan diri saat sebuah suara bercicit di kepalanya, “Aku ingin ikut!”Luo Tan mengernyitkan alisnya. Diliriknya ayam kecil berwarna kuning di sudut kamar, entah bagaimana caranya tetapi Luo Tan dapat memahami si ayam kecil tengah merajuk.“Apa yang ingin kamu lakukan di sana?” balasnya dingin seraya mengenakan sabuk sebagai pelengkap akhir seragam dari perguruan Merpati Putih.“Aku bosan meringkuk seharian di kamar sedangkan kamu bisa bersenang-senang di luar sana.”Luo Tan memutar bola matanya tanpa memberi tanggapan berarti.“Luo Tan, aku akan tetap mengikutimu walau kamu tidak mau membawaku!” Sayap Zha Ji yang berwarna kuning mengepak-ngepak penuh semangat. Bayangan akan menghirup udara segar membuatnya tidak sabar lagi segera keluar kamar“Terserah.”Sayap Zha Ji berhenti berkepak. Kepalanya yang mungil miring ke kiri lalu dia bertanya, “Kamu mengizinkanku keluar?”“Tentu.” Luo Tan mema

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Misi Pertama: Menaklukkan Monster Jiwa

    “Semuanya tenang!” Ma Yong mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk memenangkan para murid muda. Seruannya segera dituruti, mereka semua diam dan menunggu kalimat selanjutnya dari sang guru.Ma Yong tersenyum puas, sebelah tangannya mengusap dagu dengan rasa bangga. Dia senang karena semua murid baru tahun ini tampak begitu bersemangat.“Agar kalian lebih bersemangat, aku memutuskan untuk memberikan misi pertama pada kalian. Seharusnya misi pertama ini diberikan minggu depan tetapi melihat kalian yang penuh antusias rasanya lebih baik jika kuberikan hari ini saja.” Dia menyeringai senang lalu menunggu sorakan selanjutnya.Namun, tempat itu sunyi senyap. Hanya ada lirikan satu sama lain di antara kepala yang merunduk ke bawah.“Kenapa diam? Jangan katakan kalian takut menerima misi ini?!” Mata Ma Yong berkilat jenaka. Dia sudah ratusan kali menghadapi situasi serupa ketika murid-murid yang awalnya dipenuhi semangat mendadak menciut saat diberi misi pertama.“Mana yang tadi berteriak pa

Latest chapter

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Luo Tan Tertangkap Basah

    Luo Tan lebih menyukai alam terbuka ketika bermeditasi. Akan tetapi saat ini dia tidak bisa memilih tempat yang cocok untuknya.Walau kamar yang sekarang ditempatinya memang kurang cocok, Luo Tan memutuskan untuk menerima apa yang diberikan padanya.Mata Luo Tan terpejam, tarikan napasnya melambat ketika dia berhasil memisahkan diri dari kesibukan yang terjadi di sekitar perguruan.Wajahnya melembut seiring jiwanya mulai mengembara melintasi pegunungan yang hijau, hutan lebat tak berpenghuni dan sungai yang mengalir deras.Dia bisa merasakan sejuknya mata air, tenangnya pemandangan Gunung Awan, bebas dari semua emosi yang menjeratnya selama ini.Luo Tan menyatu sempurna dengan alam. Meridian dalam tubuh yang tersumbat perlahan-lahan terbukaKolam Qi dalam dirinya terasa meluap-luap dan menjadi lebih luas. Sehingga Luo Tan merasa tubuhnya juga menjadi lebih ringan.“Tuan sudah berada di tingkat delapan. Biasanya orang lain akan membutuhkan waktu bertahun-tahun agar bisa naik satu tingk

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Zha Ji Mengawasi Lin Hua

    Pelajaran hari itu berjalan dengan damai dan lancar. Setidaknya di permukaan tidak ada gejolak yang berarti.Lin Hua mengajar dengan tenang, sementara murid-murid tingkat satu belajar tekun di bawah pengawasannya mengenai teknik mantra.Selesai pelajaran Luo Tan bergegas pulang ke kamarnya. Tentunya setelah mengantarkan Wei Quan yang terus menggerutu karena tubuhnya terasa nyeri.Pakaian putihnya sudah berganti menjadi pakaian warna hitam. Kalau bukan karena aturan perguruan Merpati Putih yang mengharuskan semua murid baru berpakaian putih, Luo Tan tidak akan mau mengenakannya dengan suka rela.“Anda sudah kembali, Tuan.” Zha Ji berciap girang menyambut kedatangan Luo Tan.Monster jiwa berbulu kuning itu bertengger di atas meja teh. Satu set teh telah terhidang di sana dengan uap tipis yang bergerak di udara.“Zha Ji sudah menyiapkan teh untuk Tuan,” ucap Zha Ji dengan nada bangga. Seperti biasa, sayapnya yang mungil selalu berkepak cepat tiap kali merasa senang.Luo Tan duduk di deka

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Lin Hua Diracun?

    “Wakil Ketua Yun Xiang masih penasaran padamu.” Wei Quan memulai pembicaraan di antara mereka.Luo Tan melirik ke arah Wei Quan tanpa mengatakan apapun. Dia membimbing Wei Quan yang sesekali terhuyung ke depan.Seharusnya dia belum boleh keluar kamar tetapi Wei Quan bosan hanya berbaring sepanjang hari. Dia membujuk Luo Tan dengan susah payah agar bersedia mengajaknya keluar.“Di mata Wakil Ketua kamu bukan murid biasa. Dan itu memang benar, aku sendiri masih tidak mengerti bagaimana bisa murid lemah sepertimu ternyata memiliki elemen ganda.”Bibir Luo Tan semakin menipis. Sejak tadi dia sudah berusaha menyembunyikan kebenciannya pada Yun Xiang tetapi Wei Quan terus saja menyebut nama perempuan itu.Dada Luo Tan bergemuruh karena kebencian dan amarah yang bergulung menuntut untuk diluapkan. Namun, dia berhasil menahannya karena sadar kemampuan Luo Tan saat ini masih belum sebanding dengan Yun Xiang.Dia hanya akan mati konyol untuk kedua kalinya di tangan pengkhianat itu. Nama baik Lu

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Yun Xiang Mulai Curiga

    Hujan deras turun semalam, tetesan air masih terlihat jelas di atas daun sebelum akhirnya terjatuh ke tanah dan bercampur dengan genangan yang perlahan terserap tanah.Sebuah pembakar dupa berbentuk bunga lotus mengepulkan asap tipis. Aroma dupa yang telah familiar mengisi seluruh kamar Yun Xiang sementara pemiliknya baru saja membuka mata.Shen Xixi berdiri di sisi ranjang Yun Xiang untuk membantu gurunya bangun. Gadis berkulit seluruh salju itu membungkuk ketika Yun Xiang bertanya serak padanya.“Bagaimana?”“Dia terlihat tidak peduli, Wakil Ketua.”Yun Xiang mengerutkan kening. “Tidak ada reaksi darinya?”Shen Xixi kembali menggeleng. Dia bergegas mengambil pakaian yang sudah dipersiapkan olehnya tadi malam.“Wakil Ketua, Anda tidak penasaran dengan nasib Yu Fang?” tanyanya hati-hati seraya membantu Yun Xiang berpakaian.Yun Xiang hanya mendengus sinis. Wajahnya yang cantik tampak kontras dengan tatapannya yang dingin dan kejam.Hanya beberapa orang yang tahu seperti apa sifat Yun

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Kamu Bukan Chen Yi

    “Sudahlah. Biarkan saja dia beristirahat dulu sampai menjadi lebih tenang.” Hu Lei menepuk pakaiannya dari bubuk ramuan yang tercecer ketika mengobati Wei Quan.“Aku akan menemaninya sebentar,” ujar Luo Tan.Hu Lei segera menyetujui tawaran Luo Tan. Dia melirik ke arah Wei Quan yang masih memandang ke arah junior mereka dengan tampang bodoh.“Jaga dia dengan baik. Jaga temperamennya agar lebih terkendali.”Hu Lei meninggalkan kamar tersebut setelah meninggalkan pesan pada Luo Tan. Dia harus segera melaporkan keadaan Wei Quan pada Lin Hua.“Kepalamu masih sakit, Senior Wei?” Luo Tan bertanya tanpa mendekati Wei Quan.Wei Quan masih memandang Luo Tan. “Aku tahu kamu berbohong.”“Kenapa aku harus berbohong?”“Aku tidak tahu.” Wei Quan mengangkat tangan untuk mengusap pelipisnya yang bengkak. “Ingatanku memang samar-samar tetapi aku ingat di sana ada Yu Fang dan anak buahnya.”“Mungkin Senior hanya bermimpi.”“Mimpi?” Wei Quan tertawa pendek lalu meringis kesakitan. Dia tidak berada dalam

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Wei Quan Linglung?

    ‘Chen Yi tidak mungkin memiliki kemampuan sebesar ini!’ Mata Yu Fang terbelalak lebar ketika menyadari kemungkinan tersebut.Namun, dia tidak memiliki kesempatan untuk berpikir lebih jauh karena Luo Tan kini sudah berada di dekatnya. Gerakan Luo Tan begitu cepat sehingga membuat Yu Fang gelagapan.Sisa-sisa energi Qi di dalam tubuhnya segera ditarik untuk membuat pedang tetapi lagi-lagi Yu Fang gagal melakukannya.“Akh!” Teriakannya tertahan di kerongkongan yang terasa kering. Dua bilah jarum ditusukkan ke saraf pipa suara Yu Fang, jangankan berbicara bahkan dia tidak lagi dapat mengeluh.“Tentu saja aku bukan Chen Yi yang kalian kenal dulu.” Luo Tan menatapnya dengan sorot mata geli. “Apa kalian tidak bisa merasakan perbedaannya sama sekali?”Bola mata Yu Fang berputar ke belakang, tubuhnya jatuh ke tanah tanpa sempat memikirkan jawaban atas pertanyaan Luo Tan.***Wei Quan membuka mata pelan-pelan, tusukan sinar matahari membuatnya mengernyit karena silau.“Ini di mana?” Dia mengern

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Kemampuan Serigala Perak

    “Wei Quan, kuharap dirimu tidak menyimpan dendam atas kejadian ini.” Senyum culas merusak ketampanan Yu Fang ketika dia berjalan mendekati Wei Quan yang terkapar tidak berdaya. “Ini salahmu sendiri karena lengah menghadapi serangan lawan.”Kaki Yu Fang terangkat tinggi untuk menginjak dada Wei Quan. “Anggap ini sebagai pelajaran berharga untukmu kelak, bahwa serangan kejutan merupakan strategi penting dalam pertarungan sebenarnya.”Seringai di bibir Yu Fang semakin lebar, matanya berkilat penuh kelicikan saat dia menyalurkan elemen Qi melalui tendangannya. “Tapi aku rasa kamu tidak akan pernah menemukan kesempatan bertarung lagi.”DUAGH!!!Yu Fang terlempar keras ke belakang. Jeritan kesakitan lolos dari mulutnya ketika merasakan nyeri teramat hebat di bagian wajahnya.Dia memandang gelagapan ke tempat dirinya berdiri semula lantas meneguk ludah dengan susah payah rasa asin logam memenuhi mulutnya. Dua giginya yang patah nyaris membuat Yu Fang mati tersedak ketika tidak sengaja menela

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Senior Wei

    “Kakak Senior Wei?!” Luo Tan terkejut ketika mengetahui sosok di depannya adalah Wei Quan. Dalam hati dia harus mengakui kemampuan Wei Quan dalam menyembunyikan diri sehingga Luo Tan tak menyadari kehadirannya.“Mundurlah. Biar aku yang menyelesaikan kesalahpahaman ini.” Wei Quan menjawab datar, dia masih tidak memberi celah pada Luo Tan yang ingin bergerak maju.“Ini urusanku, semua bisa kuselesaikan sendiri.”Wei Quan menoleh, celah matanya menyempit menandakan tidak suka dengan jawaban Luo Tan. “Chen Yi, saat ini tubuhmu sedang terluka. Sebaiknya kamu tetap diam di sana dan jangan mencoba membantahku lagi.”Luo Tan mengernyitkan kening, amarahnya yang sempat naik segera mereda. Niatnya semula untuk menghancurkan kawanan Yu Fang terpaksa ditunda karena kedatangan Wei Quan yang di luar dugaan.“Kakak Senior Yu, aku Wei Quan yang ditugaskan guru Lin untuk selalu menjaganya.” Tangan Wei Quan memberi tanda hormat ketika dia mengenalkan diri pada Yu Fang. “Kakak tentu pernah mendengar na

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Pil Racun Berkedok Obat

    Luo Tan menggeleng lantas mengembalikan pil ke tangan Yu Fang. “Kakak Senior Yu, aku menghargai niat baikmu. Tapi obat ini tidak bisa kuterima, maaf.”“Mengenai tawaran lawan tanding, aku terpaksa menolaknya kembali. Meski kemampuan senior Wei Quan masih jauh dari Kakak Senior Yu tetapi kami sudah memiliki kecocokan.”Mata Yu Fang berkilat oleh rasa tidak senang. Dia sudah menyuruh pengikutnya untuk membawa Luo Tan ke tempat ini, tentu saja dia tak akan melepaskan pemuda itu begitu saja.“Jadi kamu tidak menghargai kebaikanku?”Kening Luo Tan berkerut, dia mulai bosan dengan permainan yang dilakukan oleh Yu Fang dan kedua anteknya. “Bukan begitu maksudku.”“Lalu apa?!” Lengan Luo Tan dicengkeram kembali, kali ini lebih kuat dari cengkeraman semula. Kedua bawahan Yu Fang tidak membiarkannya lolos dengan mudah.“Guru Lin Hua telah memerintahkan secara langsung pada Senior Wei untuk membimbingku. Aku tentu tidak berhak menolak perintah dari guruku sendiri.” Luo Tan melirik ke arah tangan

DMCA.com Protection Status