Tiga hari telah berlalu, masa hukuman Wei Quan baru saja selesai.
Pagi ini dia keluar dari kamar dengan wajah masam. Diketuknya pintu kamar Luo Tan seraya menyebut nama pemuda itu berulang kali. “Chen Yi, cepatlah keluar. Upacara penyambutan murid sebentar lagi akan dimulai.”
Layar pintu bergeser, sosok Luo Tan pun keluar dari kamar yang gelap. Semula, sosoknya tidak terlihat jelas karena tertutup bayang-bayang, tetapi beberapa saat kemudian Wei Quan ternganga melihatnya.
Di bawah siraman sinar matahari sosok Luo Tan terlihat bercahaya. Matanya bersinar tajam dengan alis seperti busur panah. Memberi kesan arogan sehingga Wei Quan mundur satu langkah hanya karena satu tatapan darinya.
Hidung mancung membuat garis wajahnya semakin tegas. Sepintas Luo Tan tampak keras tetapi bibirnya yang tipis berwarna kemerahan membuat wajahnya terlihat lebih lembut.
“Apa sekarang sudah waktunya berangkat?” tanya Luo Tan tenang.
Wei Quan masih tercengang.
“Kakak Senior Wei?”
Tepukan tangan Luo Tan di pundak Wei Quan berhasil membuatnya tersadar. Senior itu mengerjakan mata lalu menarik napas dalam. Selama beberapa saat dia bahkan lupa menarik napas karena tercengang melihat penampilan Luo Tan.
‘Para murid perempuan pasti terpesona karena kemunculan Chen Yi,’ batin Wei Quan. Diam-diam dia mengutuki nasib dirinya sendiri karena harus mendampingi Chen Yi di acara penyambutan murid.
“Ada yang sedang Kakak Senior Wei pikirkan?” Seulas senyum tipis muncul di bibir Luo Tan.
Wei Quan merasa terejek akibat senyuman dari juniornya itu, tetapi dia hanya bisa menghempaskan lengan baju. Saat ini dia tidak memiliki kuasa untuk menindas Luo Tan.
“Jangan banyak tanya! Ikut saja!”
Mereka berdua berjalan beriringan menuju aula yang berada di tengah perguruan Merpati Putih. Tempat tersebut bukan hanya menjadi aula pertemuan, tetapi juga menjadi aula pemeriksaan elemen Qi.
Semua murid wajib menghadiri pertemuan karena hari ini juga menjadi peresmian musim pelajaran baru. Murid-murid baru pun akan dikumpulkan untuk memeriksa elemen Qi mereka.
“Astaga, lihat murid yang baru masuk itu!”
“Matanya indah sekali. Aku seperti tenggelam ke dalamnya,” desah murid perempuan lain.
Tepat seperti dugaan Wei Quan tadi. Mereka berdua baru memasuki aula tetapi bisikan penuh gairah langsung berdengung dari berbagai arah.
Namun, desah kekaguman itu tidak bertahan lama. Suara tawa yang ditahan segera terdengar saat Luo Tan memasuki barisan murid baru.
Tubuhnya yang tinggi tampak mencolok di antara murid baru lain. Teman-teman seangkatannya baru melepas masa anak-anak dan berada di kisaran usia 13-14 tahun. Hanya dia seorang yang berusia 17 tahun dan membuatnya terlihat seperti orang bodoh.
“Kak, kamu tidak salah masuk barisan?” seru murid di depannya. Lalu dia tertawa cekikikan bersama murid lain yang sama-sama geli melihat Luo Tan berada di barisan mereka.
Luo Tan berdiri dengan tegak sedang matanya sama sekali tidak melirik pada murid yang sibuk menertawakan kehadirannya. Bagi Luo Tan suara mereka tidak lebih istimewa dari dengungan lalat.
Dibandingkan para murid, Luo Tan lebih tertarik pada tiga orang yang berdiri di depan tiga kelompok murid dari bukit berbeda.
Yang pertama adalah seorang pria dengan pakaian serba putih dengan sabuk hijau. Perawakannya tinggi dengan wajah tegas. Dari ingatan Chen Yi, Luo Tan mengenali pria itu sebagai Ma Yong, satu dari tiga tetua terhormat perguruan. Dia adalah pemimpin Bukit Kebajikan.
‘Dari auranya … dia adalah seorang Kultivator Tinggi,’ batin Luo Tan.
Luo Tan mengalihkan pandangan kepada satu pria yang berada tidak jauh dari Ma Yong.
‘Kalau yang itu …,’ bisik Luo Tan dalam hati saat melihat seorang pria bersabuk ungu yang terlihat murah senyum. Sembari terduduk di kursinya, pria itu terlihat menggoyang secangkir arak sebelum meneguknya sekaligus.
Luo Tan langsung mengenalinya sebagai pemimpin Bukit Kesetiaan, Yun Zihan. Sama seperti Ma Yong, dia juga seorang tetua di level Kultivator Tinggi.
‘Dan tetua terakhir ….’
Pandangan Luo Tan langsung bertemu dengan sepasang manik indah dan jernih. Dia pun langsung tersenyum dan membungkuk sedikit untuk menunjukkan hormatnya pada wanita yang tengah memerhatikan dirinya dengan pandangan lembut itu.
Ya, tetua ketiga adalah pemimpin Bukit Kesucian yang terkenal dengan kecantikannya dan statusnya sebagai satu-satunya tetua wanita di Perguruan Merpati Putih. Lin Hua, guru Chen Yi.
Itulah tiga tetua terhormat Perguruan Merpati Putih.
Melihat Luo Tan memberi hormat padanya, Lin Hua tersenyum sebelum mengalihkan pandangan pada Hu Lei yang berdiri di belakangnya. Mereka berbicara dengan serius sambil sesekali melirik ke arah Luo Tan.
“Lihat, lihat!” Tangan Luo Tan ditarik-tarik oleh murid di depannya. “Pemuda di belakang guru Lin itu bernama Hu Lei. Dia populer karena sangat baik dan bertanggung jawab dengan adik-adik seperguruan. Dia tidak seperti senior lain yang gemar menindas murid baru.”
Mendengar hal itu, Luo Tan memerhatikan Hu Lei. Sosok Hu Lei tentu sudah dikenalnya karena pemuda itu kerap menolong pemilik tubuh aslinya saat Lin Hua sedang berada di luar perguruan.
Tak lama, pandangan Luo Tan mendarat pada dua kursi di atas panggung yang kosong.
“Siapa pemilik dua kursi itu?” tanya Luo Tan, membuat sejumlah murid memerhatikan dirinya dengan bingung.
“Ckckck, kamu ini benar-benar parah. Apa benar kamu murid Perguruan Merpati Putih?” Murid di depannya menggeleng prihatin. “Sudah jelas kursi itu milik ketua dan wakil ketua Perguruan kita.”
“Mereka tidak hadir?”
“Ketua tidak akan ikut hadir karena sedang melakukan meditasi untuk sepuluh tahun. Mengenai wakil ketua ….”
“Wakil Ketua datang!” Penjaga aula berteriak nyaring. Suaranya menggema dalam aula, membuat dengung percakapan berhenti seketika.
Para tetua, wakil, dan murid pendamping setiap tetua segera berdiri. Lalu membungkuk hormat pada sosok yang baru memasuki aula.
Para murid pun serempak memberi hormat pada sosok tersebut. “Murid memberi hormat! Semoga Wakil Ketua panjang umur!”
“Berdirilah,” sahut Wakil Ketua. Suaranya lembut tetapi berwibawa.
Detik Luo Tan mendengar suara itu, tulang belakangnya terasa bergelenyar.
‘Suara ini ….’
Luo Tan mengangkat kepalanya dan pandangannya pun mendarat pada sosok yang begitu familier. Bukan familier dari ingatan Chen Yi, melainkan dari kehidupan lalunya!
‘Wakil Perguruan Merpatih Putih adalah …,’ tangan Luo Tan mengepal erat dan matanya memerah seakan berdarah, ‘Yun Xiang!’
Perempuan itu tampak anggun, senyumnya lembut penuh kasih. Wajahnya tenang ketika menyapa para tetua dan seluruh murid Perguruan Merpati Putih. Semua menyahut dengan sopan. Posisi yang ditempati Yun Xiang membuatnya semakin dihormati sekaligus disegani. Namun, berbeda dengan Luo Tan. Buku jarinya terkepal kaku, kukunya menusuk kulit telapak tangan hingga beberapa tetes darah bermunculan dari lukanya. Yun Xiang tidak berubah sedikitpun. Dia tetap terlibat cantik dan baik hati, sama seperti ratusan tahun silam ketika statusnya adalah tunangan Luo Tan. Mata lembut yang penuh pemujaan itu telah membuat Luo Tan terlena. Dengan mudahnya Luo Tan tertipu oleh sandiwara yang diperankan oleh Yun Xiang dan Luo Liang. Dia mendengkus marah tetapi tidak bisa melakukan apa-apa. Luo Tan sadar menyerang Yun Xiang bukan tindakan bijaksana, terutama karena tingkat kultuvasinya saat ini masih jauh dari Yun Xiang. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan hanyalah memandang Yun Xiang. Menatap wajah can
Apa yang terjadi?!” raung murid yang tadi menertawakan Luo Tan. Dia membungkuk dengan kedua tangan menutupi mata tetapi cahaya yang tersebar dari batu Jing Zi masih bisa menembus kelopak matanya.Raungan dan erangan bersahutan dari murid yang belum mencapai tingkat kultivasi tinggi. Mereka kesulitan menghadang cahaya menyilaukan dari batu Jing Zi.Namun, keadaan mulai berangsur kembali tenang ketika cahaya merah itu berangsur meredup. Mereka membuka mata dan menatap ke atas panggung.Walau mata mereka masih terasa kabur tetapi semua dapat melihat Luo Tan masih berdiri tegak di depan batu Jing Zi. Kedua telapak tangannya belum dilepaskan dari permukaan batu yang selicin cermin itu.“Tetua Lin, apa yang kamu berikan pada muridmu itu?” Yun Zihan bertanya ketus pada Lin Hua. “Apa kamu bertindak curang dengan memberinya eliksir energi?”“Apa yang Tetua Yun Zihan maksudkan? Muridku memang lemah tetapi aku tidak akan pernah merendahkan diriku dengan perbuatan curang seperti itu.” Lin Hua sen
Suara gumaman terdengar berdengung di seluruh aula. Hampir semua murid mempertanyakan keputusan yang diambil Luo Tan secara sembrono. Tidak mudah menarik perhatian Wakil Ketua Perguruan Merpati Putih. Meski dia terlihat baik hati tetapi Yun Xiang bukan orang yang bisa didekati dengan mudah. Tawaran Yun Xiang bukan hal yang bisa didapatkan dengan gampang tiap harinya. Hanya segelintir orang yang memperoleh kesempatan seperti itu. “Hei Wei Quan! Aku rasa Chen Yi memang benar-benar bodoh!” Teman Wei Quan menceletuk di tengah dengung keheranan murid lain. Wei Quan mengangkat kakinya lalu menendang teman seangkatannya yang baru saja menghina Luo Tan. Dia memberengut marah karena tidak terima ada orang lain yang menjelekkan murid di bawah bimbingannya. Sementara itu di panggung utama, Yun Xiang terdiam selama beberapa saat. Rona wajahnya sempat berubah ketika mendengar penolakan Luo Tan. Bukan hanya penolakan tersebut yang membuatnya tersinggung. Namun, sindiran Luo Tan yang secara ha
“Kudengar kamu terjebak di Gunung Awan untuk waktu lama?” “Ya.” “Sendirian?” “Ya.” “Bagaimana kamu bisa bertahan hidup kalau begitu? Bukankah saat itu kamu bahkan belum mencapai tingkat satu kultivator dasar?” “Langit melindungiku.” Pertukaran kalimat antara Shen Xixi dan Luo Tan sangatlah singkat. Hal itu membuat obrolan mereka terasa canggung karena Luo Tan tidak banyak menanggapi pertanyaan Shen Xixi. Selain satu dua kata, Luo Tan hanya mengangguk atau menggeleng untuk menjawab! Kesal, Shen Xixi pun berhenti bertanya dan bersiap pergi karena kesal. Pipinya yang tadi sempat merona kini tampak sedikit muram. “Bisa kulihat Adik Junior Chen adalah orang yang pelit kata,” sindir Shen Xixi, merasa tersinggung dan tidak dihormati. Ekspresi kekecewaan dan kemarahan Shen Xixi membuat Wei Quan sedikit panik. Dia sampai melotot ke arah Luo Tan yang terkesan dingin dan tidak memberi tanggapan sesuai dengan posisinya sekarang. Kalau tatapan bisa berbicara, Wei Quan pasti sedang berte
Setelah hari pemeriksaan elemen, hari pertama menghadiri kelas pun tiba. Luo Tan tengah mempersiapkan diri saat sebuah suara bercicit di kepalanya, “Aku ingin ikut!”Luo Tan mengernyitkan alisnya. Diliriknya ayam kecil berwarna kuning di sudut kamar, entah bagaimana caranya tetapi Luo Tan dapat memahami si ayam kecil tengah merajuk.“Apa yang ingin kamu lakukan di sana?” balasnya dingin seraya mengenakan sabuk sebagai pelengkap akhir seragam dari perguruan Merpati Putih.“Aku bosan meringkuk seharian di kamar sedangkan kamu bisa bersenang-senang di luar sana.”Luo Tan memutar bola matanya tanpa memberi tanggapan berarti.“Luo Tan, aku akan tetap mengikutimu walau kamu tidak mau membawaku!” Sayap Zha Ji yang berwarna kuning mengepak-ngepak penuh semangat. Bayangan akan menghirup udara segar membuatnya tidak sabar lagi segera keluar kamar“Terserah.”Sayap Zha Ji berhenti berkepak. Kepalanya yang mungil miring ke kiri lalu dia bertanya, “Kamu mengizinkanku keluar?”“Tentu.” Luo Tan mema
“Semuanya tenang!” Ma Yong mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk memenangkan para murid muda. Seruannya segera dituruti, mereka semua diam dan menunggu kalimat selanjutnya dari sang guru.Ma Yong tersenyum puas, sebelah tangannya mengusap dagu dengan rasa bangga. Dia senang karena semua murid baru tahun ini tampak begitu bersemangat.“Agar kalian lebih bersemangat, aku memutuskan untuk memberikan misi pertama pada kalian. Seharusnya misi pertama ini diberikan minggu depan tetapi melihat kalian yang penuh antusias rasanya lebih baik jika kuberikan hari ini saja.” Dia menyeringai senang lalu menunggu sorakan selanjutnya.Namun, tempat itu sunyi senyap. Hanya ada lirikan satu sama lain di antara kepala yang merunduk ke bawah.“Kenapa diam? Jangan katakan kalian takut menerima misi ini?!” Mata Ma Yong berkilat jenaka. Dia sudah ratusan kali menghadapi situasi serupa ketika murid-murid yang awalnya dipenuhi semangat mendadak menciut saat diberi misi pertama.“Mana yang tadi berteriak pa
Suasana di Gunung Awan tampak suram meski matahari sudah bersinar terang. Kabut mulai menebal ketika Luo Tan mendaki semakin tinggi.Dia berjalan santai tanpa menoleh ke arah manapun. Keadaan sepi seperti sekarang membuatnya merasa lebih tenang. Setidaknya dia aman dari Wei Quan yang terus merecokinya, telinga Luo Tan juga lebih nyaman karena tidak mendengar ocehan Zha Ji.Gunung Awan merupakan tempat yang unik. Ada hutan lebat dengan pepohonan menjulang tinggi sehingga menciptakan kesan mistis. Sedang di bagian lain hanya ada hamparan rumput dan bunga liar yang memanjakan mata.‘Monster jiwa seperti apa lagi yang akan kutemukan di sini?’ batin Luo Tan ketika mulai memasuki hutan lebat.“Apa pun monster jiwa yang Tuanku temui, tidak akan ada yang bisa mengalahkan kemampuanku!”Langkah Luo Tan langsung terhenti ketika mendengar suara melengking khas anak-anak itu. “Aku sudah meninggalkanmu di kamar!” desisnya.Meski ayam kecil itu tidak terlihat di depan mata Luo Tan tetapi dia bisa me
“Tuanku, kamu tidak apa-apa?” Zha Ji yang cerewet semakin cemas karena merasakan majikannya sudah terluka. “Diam.” Luo Tan bangkit dengan sedikit susah payah. “Kalau kamu berbicara sekali lagi, aku akan benar-benar membuatmu menjadi ayam goreng.”Lyo Tan tidak sempat mendengar sahutan Zha Ji karena dia harus berkelit dari serangan serigala perak yang mengamuk hebat. Tampaknya monster jiwa itu murka karena salah satu cakarnya telah terpotong. Mata Luo Tan yang tadinya sudah waspada kini terlihat berbeda. Pupil matanya mengecil sementara dia berusaha mengatur napas. Diamnya Luo Tan membuat serigala perak merasa mendapat kesempatan bagus. Dia melolong panjang sekali lagi lalu melompat dengan memamerkan taring panjangnya. Taring tajam itu dapat mengoyak daging manusia dengan mudah. Namun, Luo Tan tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Tangan kanan Luo Tan menggenggam Pedang Roh Pusaka kian erat. Ketika taring serigala perak hanya berjarak beberapa jengkal dari kepala Luo Tan, baru l
Luo Tan lebih menyukai alam terbuka ketika bermeditasi. Akan tetapi saat ini dia tidak bisa memilih tempat yang cocok untuknya.Walau kamar yang sekarang ditempatinya memang kurang cocok, Luo Tan memutuskan untuk menerima apa yang diberikan padanya.Mata Luo Tan terpejam, tarikan napasnya melambat ketika dia berhasil memisahkan diri dari kesibukan yang terjadi di sekitar perguruan.Wajahnya melembut seiring jiwanya mulai mengembara melintasi pegunungan yang hijau, hutan lebat tak berpenghuni dan sungai yang mengalir deras.Dia bisa merasakan sejuknya mata air, tenangnya pemandangan Gunung Awan, bebas dari semua emosi yang menjeratnya selama ini.Luo Tan menyatu sempurna dengan alam. Meridian dalam tubuh yang tersumbat perlahan-lahan terbukaKolam Qi dalam dirinya terasa meluap-luap dan menjadi lebih luas. Sehingga Luo Tan merasa tubuhnya juga menjadi lebih ringan.“Tuan sudah berada di tingkat delapan. Biasanya orang lain akan membutuhkan waktu bertahun-tahun agar bisa naik satu tingk
Pelajaran hari itu berjalan dengan damai dan lancar. Setidaknya di permukaan tidak ada gejolak yang berarti.Lin Hua mengajar dengan tenang, sementara murid-murid tingkat satu belajar tekun di bawah pengawasannya mengenai teknik mantra.Selesai pelajaran Luo Tan bergegas pulang ke kamarnya. Tentunya setelah mengantarkan Wei Quan yang terus menggerutu karena tubuhnya terasa nyeri.Pakaian putihnya sudah berganti menjadi pakaian warna hitam. Kalau bukan karena aturan perguruan Merpati Putih yang mengharuskan semua murid baru berpakaian putih, Luo Tan tidak akan mau mengenakannya dengan suka rela.“Anda sudah kembali, Tuan.” Zha Ji berciap girang menyambut kedatangan Luo Tan.Monster jiwa berbulu kuning itu bertengger di atas meja teh. Satu set teh telah terhidang di sana dengan uap tipis yang bergerak di udara.“Zha Ji sudah menyiapkan teh untuk Tuan,” ucap Zha Ji dengan nada bangga. Seperti biasa, sayapnya yang mungil selalu berkepak cepat tiap kali merasa senang.Luo Tan duduk di deka
“Wakil Ketua Yun Xiang masih penasaran padamu.” Wei Quan memulai pembicaraan di antara mereka.Luo Tan melirik ke arah Wei Quan tanpa mengatakan apapun. Dia membimbing Wei Quan yang sesekali terhuyung ke depan.Seharusnya dia belum boleh keluar kamar tetapi Wei Quan bosan hanya berbaring sepanjang hari. Dia membujuk Luo Tan dengan susah payah agar bersedia mengajaknya keluar.“Di mata Wakil Ketua kamu bukan murid biasa. Dan itu memang benar, aku sendiri masih tidak mengerti bagaimana bisa murid lemah sepertimu ternyata memiliki elemen ganda.”Bibir Luo Tan semakin menipis. Sejak tadi dia sudah berusaha menyembunyikan kebenciannya pada Yun Xiang tetapi Wei Quan terus saja menyebut nama perempuan itu.Dada Luo Tan bergemuruh karena kebencian dan amarah yang bergulung menuntut untuk diluapkan. Namun, dia berhasil menahannya karena sadar kemampuan Luo Tan saat ini masih belum sebanding dengan Yun Xiang.Dia hanya akan mati konyol untuk kedua kalinya di tangan pengkhianat itu. Nama baik Lu
Hujan deras turun semalam, tetesan air masih terlihat jelas di atas daun sebelum akhirnya terjatuh ke tanah dan bercampur dengan genangan yang perlahan terserap tanah.Sebuah pembakar dupa berbentuk bunga lotus mengepulkan asap tipis. Aroma dupa yang telah familiar mengisi seluruh kamar Yun Xiang sementara pemiliknya baru saja membuka mata.Shen Xixi berdiri di sisi ranjang Yun Xiang untuk membantu gurunya bangun. Gadis berkulit seluruh salju itu membungkuk ketika Yun Xiang bertanya serak padanya.“Bagaimana?”“Dia terlihat tidak peduli, Wakil Ketua.”Yun Xiang mengerutkan kening. “Tidak ada reaksi darinya?”Shen Xixi kembali menggeleng. Dia bergegas mengambil pakaian yang sudah dipersiapkan olehnya tadi malam.“Wakil Ketua, Anda tidak penasaran dengan nasib Yu Fang?” tanyanya hati-hati seraya membantu Yun Xiang berpakaian.Yun Xiang hanya mendengus sinis. Wajahnya yang cantik tampak kontras dengan tatapannya yang dingin dan kejam.Hanya beberapa orang yang tahu seperti apa sifat Yun
“Sudahlah. Biarkan saja dia beristirahat dulu sampai menjadi lebih tenang.” Hu Lei menepuk pakaiannya dari bubuk ramuan yang tercecer ketika mengobati Wei Quan.“Aku akan menemaninya sebentar,” ujar Luo Tan.Hu Lei segera menyetujui tawaran Luo Tan. Dia melirik ke arah Wei Quan yang masih memandang ke arah junior mereka dengan tampang bodoh.“Jaga dia dengan baik. Jaga temperamennya agar lebih terkendali.”Hu Lei meninggalkan kamar tersebut setelah meninggalkan pesan pada Luo Tan. Dia harus segera melaporkan keadaan Wei Quan pada Lin Hua.“Kepalamu masih sakit, Senior Wei?” Luo Tan bertanya tanpa mendekati Wei Quan.Wei Quan masih memandang Luo Tan. “Aku tahu kamu berbohong.”“Kenapa aku harus berbohong?”“Aku tidak tahu.” Wei Quan mengangkat tangan untuk mengusap pelipisnya yang bengkak. “Ingatanku memang samar-samar tetapi aku ingat di sana ada Yu Fang dan anak buahnya.”“Mungkin Senior hanya bermimpi.”“Mimpi?” Wei Quan tertawa pendek lalu meringis kesakitan. Dia tidak berada dalam
‘Chen Yi tidak mungkin memiliki kemampuan sebesar ini!’ Mata Yu Fang terbelalak lebar ketika menyadari kemungkinan tersebut.Namun, dia tidak memiliki kesempatan untuk berpikir lebih jauh karena Luo Tan kini sudah berada di dekatnya. Gerakan Luo Tan begitu cepat sehingga membuat Yu Fang gelagapan.Sisa-sisa energi Qi di dalam tubuhnya segera ditarik untuk membuat pedang tetapi lagi-lagi Yu Fang gagal melakukannya.“Akh!” Teriakannya tertahan di kerongkongan yang terasa kering. Dua bilah jarum ditusukkan ke saraf pipa suara Yu Fang, jangankan berbicara bahkan dia tidak lagi dapat mengeluh.“Tentu saja aku bukan Chen Yi yang kalian kenal dulu.” Luo Tan menatapnya dengan sorot mata geli. “Apa kalian tidak bisa merasakan perbedaannya sama sekali?”Bola mata Yu Fang berputar ke belakang, tubuhnya jatuh ke tanah tanpa sempat memikirkan jawaban atas pertanyaan Luo Tan.***Wei Quan membuka mata pelan-pelan, tusukan sinar matahari membuatnya mengernyit karena silau.“Ini di mana?” Dia mengern
“Wei Quan, kuharap dirimu tidak menyimpan dendam atas kejadian ini.” Senyum culas merusak ketampanan Yu Fang ketika dia berjalan mendekati Wei Quan yang terkapar tidak berdaya. “Ini salahmu sendiri karena lengah menghadapi serangan lawan.”Kaki Yu Fang terangkat tinggi untuk menginjak dada Wei Quan. “Anggap ini sebagai pelajaran berharga untukmu kelak, bahwa serangan kejutan merupakan strategi penting dalam pertarungan sebenarnya.”Seringai di bibir Yu Fang semakin lebar, matanya berkilat penuh kelicikan saat dia menyalurkan elemen Qi melalui tendangannya. “Tapi aku rasa kamu tidak akan pernah menemukan kesempatan bertarung lagi.”DUAGH!!!Yu Fang terlempar keras ke belakang. Jeritan kesakitan lolos dari mulutnya ketika merasakan nyeri teramat hebat di bagian wajahnya.Dia memandang gelagapan ke tempat dirinya berdiri semula lantas meneguk ludah dengan susah payah rasa asin logam memenuhi mulutnya. Dua giginya yang patah nyaris membuat Yu Fang mati tersedak ketika tidak sengaja menela
“Kakak Senior Wei?!” Luo Tan terkejut ketika mengetahui sosok di depannya adalah Wei Quan. Dalam hati dia harus mengakui kemampuan Wei Quan dalam menyembunyikan diri sehingga Luo Tan tak menyadari kehadirannya.“Mundurlah. Biar aku yang menyelesaikan kesalahpahaman ini.” Wei Quan menjawab datar, dia masih tidak memberi celah pada Luo Tan yang ingin bergerak maju.“Ini urusanku, semua bisa kuselesaikan sendiri.”Wei Quan menoleh, celah matanya menyempit menandakan tidak suka dengan jawaban Luo Tan. “Chen Yi, saat ini tubuhmu sedang terluka. Sebaiknya kamu tetap diam di sana dan jangan mencoba membantahku lagi.”Luo Tan mengernyitkan kening, amarahnya yang sempat naik segera mereda. Niatnya semula untuk menghancurkan kawanan Yu Fang terpaksa ditunda karena kedatangan Wei Quan yang di luar dugaan.“Kakak Senior Yu, aku Wei Quan yang ditugaskan guru Lin untuk selalu menjaganya.” Tangan Wei Quan memberi tanda hormat ketika dia mengenalkan diri pada Yu Fang. “Kakak tentu pernah mendengar na
Luo Tan menggeleng lantas mengembalikan pil ke tangan Yu Fang. “Kakak Senior Yu, aku menghargai niat baikmu. Tapi obat ini tidak bisa kuterima, maaf.”“Mengenai tawaran lawan tanding, aku terpaksa menolaknya kembali. Meski kemampuan senior Wei Quan masih jauh dari Kakak Senior Yu tetapi kami sudah memiliki kecocokan.”Mata Yu Fang berkilat oleh rasa tidak senang. Dia sudah menyuruh pengikutnya untuk membawa Luo Tan ke tempat ini, tentu saja dia tak akan melepaskan pemuda itu begitu saja.“Jadi kamu tidak menghargai kebaikanku?”Kening Luo Tan berkerut, dia mulai bosan dengan permainan yang dilakukan oleh Yu Fang dan kedua anteknya. “Bukan begitu maksudku.”“Lalu apa?!” Lengan Luo Tan dicengkeram kembali, kali ini lebih kuat dari cengkeraman semula. Kedua bawahan Yu Fang tidak membiarkannya lolos dengan mudah.“Guru Lin Hua telah memerintahkan secara langsung pada Senior Wei untuk membimbingku. Aku tentu tidak berhak menolak perintah dari guruku sendiri.” Luo Tan melirik ke arah tangan