Semua Bab Wanita yang Mencintai Suamiku: Bab 71 - Bab 80

91 Bab

Bab 71. Ke Mana Mas Abyan?

"Kenapa aku harus menikahimu?"Aku bisa melihat dengan jelas raut wajah Mas Abyan. Siapa pun akan terkejut saat diminta untuk menikah, padahal sudah memiliki anak dan istri."Tetap pakai kamera belakang ya, awas beralih. Aku penasaran!" pintaku dengan intonasi suara sangat pelan.Dua orang dewasa yang saling berhadapan itu masih tetap diam. Andai saja tidak merasa nyeri pada jalan lahir, aku akan mengemudi mobil dengan kecepatan tinggi demi bisa sampai, kemudian menangkap basah mereka.Mas Abyan harusnya tidak bertanya alasan, melainkan langsung memberi penolakan. Dia seorang lelaki, patutnya bersikap tegas daripada terus diancam-ancam.Kalau pun dilapor sama polisi, bukankah ada surat perjanjian? Lantas, sampai kapan Mas Abyan akan membiayai hidup mereka? Setelah keluar satu sampai lima milyar?No, itu namanya pemerasan. Mas Abyan tidak boleh terus memakai hati nurani. Urusan Kenzo yang butuh nafkah bukan kewajiban Mas Abyan. Ayahnya yang meninggal pasti masih memiliki sanak keluarga
Baca selengkapnya

Bab 72. Pernikahan Siri

POV AUTHOR ___________________ "Tidak, Bu. Mas Abyan tidak kecelakaan, aku hanya khawatir kalau misal terjadi sesuatu." "Nak, katakan. Ibu takut terjadi sesuatu sama Abyan." Olivia menghela napas panjang. Bagaimana bisa dia menceritakan tentang semua yang dilihatnya pada ibu mertua? Kalau penyakitnya kambuh bagaimana, sementara hanya ada mereka berdua di sana selain Bi Inem dan Bi Surti. Namun, jika terus menyimpan rahasia itu sendirian, lantas terjadi sesuatu, apa dia akan disalahkan atau dianggap melakukan kerjasama dengan Nadin? "Abyan kenapa? Dia di mana?" desak Ibu Namira lagi membuat Olivia semakin bingung. Dia dilema bahkan sangat dilema. "Katakan, Nak. Ibu tidak masalah. Berbagilah cerita, anggap ibu ini teman kamu. Kalau terjadi sesuatu pada Abyan, ibu akan selalu mendoakannya. Doa ibu untuk anak, doa istri untuk suami itu insya Allah sama-sama makbul. Ceritakan, Nak, ibu tidak akan marah. Justru ibu bisa semakin penasaran." Olivia menghela napas panjang lagi. Dia mem
Baca selengkapnya

Bab 73. Perempuan Licik

Olivia : Kenapa kamu gak angkat telepon dariku, Mas? Kamu lagi sibuk banget, ya, kerjanya?Pesan Whats-App dari Olivia membuat Abyan mengusap wajah gusar. Dia membacanya dari luar, jadi masih aman apalagi menyembunyikan status kalau akun itu sedang online.Ponsel dia simpan di saku celana, kemudian melajukan kendaraan roda empatnya dengan kecepatan tinggi menuju lokasi kerja.Ada perasaan khawatir ketahuan sama Wani lagi. Meskipun Olivia tetap di rumah karena kondisi yang tidak memungkinkan, tetap saja bisa menemukan jawaban atas segala teka-teki yang bersarang dalam benaknya karena memiliki sahabat paling setia dalam segala hal.Abyan terus membelah jalan dengan perasaan sedih. Bibirnya terangkat tipis lantas bergumam, "maafkan aku, Olivia."Sementara rumah yang baru saja dia tinggal kembali sepi dari penghulu dan kedua saksi. Hanya tersisa tiga orang hitam tadi di sana. Mereka tersenyum menerima sebuah amplop tebal dari Nadin."Kalau Bu Nadin perlu bantuan, kami akan segera datang.
Baca selengkapnya

Bab 74. Keputusan Ada di Tanganmu

"Bener juga, sih, Mas. Kalau ada Tante Lisa sama Om Herman, khawatir kamu dipaksa pisah sama anaknya. Bagaimana pun, mereka pasti gak mau Olivia terluka. Senang atau tidak, tetap saja kamu mengucapkan ijab qabul di depan penghulu dan dua saksi.""Tapi kan nikahannya gak sah karena Nadin masih dalam masa iddah, Wan," sela Yasin merasa tidak terima.Dia memang tidak kenal dengan Olivia. Namun, tentu memiliki rasa simpati. Bagi mereka yang berakal tentu merasakan hal serupa dengan Yasin. Belum genap seminggu melahirkan, kemudian suami menikah lagi apakah pantas?No, sangat tidak wajar."Benar juga, sih. Kalau menurut aku lebih baik beritahu sekarang, gak peduli ada mertua atau sudah pulang. Mereka pasti bantu bahkan bisa melapor ke polisi dengan banyak pertimbangan. Hari itu kamu tidak sengaja menabrak mereka, kan, Mas? Cuman ya tetap salah karena menyalip kendaraan. Meski begitu, tetap akan ada pertimbangan karena kami sudah ngasih cukup banyak uang ganti rugi, kan, Mas?"Abyan mengangg
Baca selengkapnya

Bab 75. Pergi dari Hidupmu

Bab 75. Pergi dari Hidupmu"Olivia, kamu nampar aku?!""Iya, aku nampar kamu. Kenapa?!" Emosi Olivia semakin memuncak bahkan tanpa sadar telah meninggikan suara.Ibu Namira bergerak cepat membawa cucunya keluar dari kamar karena terkejut, lalu menangis. Di dalam kamar, Wani menitikkan air mata. Dia sudah berusaha membantu sebisa mungkin, tetapi justru mendapat masalah serta menjadi korban."Aku nggak nyangka kalau kamu itu pengkhianat!" bentak Olivia lagi, amarahnya memuncak sampai ke ubun-ubun. Sekarang dia merogoh tas selempang yang dipakai, kemudian melempar kartu ATM ke lantai dengan kasar. "Noh, ambil punya kamu. Jangan titip ke aku. Nanti duit kamu aku ganti, baru ambil lima puluh ribu kok buat beli bensin. Ini juga gara-gara ngikutin suami kamu!""Kamu ngikutin aku?" Abyan menyela."Iya, karena disuruh sama istri kamu yang super duper baik itu. Aku janji bakal ganti." Setelah itu, melangkah cepat ke luar kamar tanpa mengindahkan omelan dari Olivia.Sekarang dia tidak lagi pedul
Baca selengkapnya

Bab 76. Cerita tentang Abyan

Begitu tiba di rumah kemarin, Olivia langsung merebahkan diri di dalam kamar yang sudah lama dia tinggalkan. Sejak dia menikah, Olivia tidak pernah menginap di rumahnya lagi karena tidak tega meninggalkan Ibu Namira.Lagi pula Bu Lisa sering keluar rumah, jalan-jalan dengan banyak teman. Berbeda dengan sang mertua yang lebih sering menghabiskan waktu di rumah. Menemani Olivia bercerita saat suami sedang bekerja dan sebagainya.Orang tua Olivia pun sering berkunjung. Jadi, untuk apa ke sana, terutama karena Abyan terlalu sibuk bekerja. Sekarang setelah tiga tahun berlalu, akhirnya Olivia bisa merebahkan diri dalam kamar nuansa merah muda itu.Di dalamnya ada banyak boneka hello kitty dan juga foto bersama keluarga, Wani dan beberapa teman lainnya terpajang indah di dinding. Dalam kamar tersedia perpustakaan mini karena dulu, Olivia sangat suka membaca buku.Foto berdua dengan Rayan sudah dia keluarkan dari kamar semenjak resmi menjadi istri seorang Abyan. Bukan Olivia sendiri melainkan
Baca selengkapnya

Bab 77. Terlalu Menyakitkan

Bab 77. Terlalu Menyakitkan"Ini aku bakal bicara sejujur mungkin, Tan. Semua akan aku cerita dengan detail. Untuk saat ini aku tidak memihak siapa pun. Aku cerita, Tante pertimbangkan sendiri apakah pantas Abyan untuk Olivia atau tidak. Semuanya sejak awal, mungkin Tante belum kenal sosok Kamila.""Kamila? Siapa dia?""Jadi, sebenarnya Olivia itu sudah digandrungi banyak masalah, Tan. Ada perempuan bernama Kamila yang cinta banget sama Mas Aby sampai berlaku curang. Dia mengirim pelet supaya Mas Aby balas mencintainya, pakai kiriman langsung dan juga cincin permata hitam. Dia berubah, selingkuh selama enam bulan dan untungnya tidak pernah berhubungan suami istri. Saat Olivia tahu, dia minta Mas Aby buat memilih dan katanya sulit. Olivia marah, minta dicerai. Talak satu jatuh, Olivia nginap di rumah aku.Setelah itu, Mas Aby datang membujuknya karena Tante Namira nangis pengen Olivia kembali. Olivia kembali, dirujuk juga. Perlahan kami menyusun rencana buat merusak cincin itu. Setelah
Baca selengkapnya

Bab 78. Pusara Rayan

Bab 78. Pusara RayanSepuluh menit setelah kepergian Wani, Olivia keluar dengan pakaian serba hitam dan kerudung yang tidak dia pasangi peniti sehingga leher masih kelihatan. Hari ini, dia berencana menghabiskan waktu di luar sekaligus mencari ketenangan dengan mengunjungi pusara Rayan.Bu Lisa yang sedang bermain ponsel di ruang tengah, terusik untuk bertanya, "kamu mau ke mana?""Jalan-jalan, menenangkan pikiran.""Sama siapa?""Sendiri.""Kamu sadar kalau belum sepekan lalu baru melahirkan? Terus sekarang pengen jalan-jalan? Pakai apa?""Kan, ada motor, Bu!""Pintar ya kamu ngomong. Mau pakai motor abis lahiran, berani sekali. Orang-orang dulu, keluar rumah untuk kebutuhan penting pun tidak berani, apalagi kalau sampai jalan-jalan doang. Sebaiknya berpikir dewasalah. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di luar sana, huh?"Olivia melipat bibirnya. Benar, dia lupa kalau dirinya masih dalam masa nifas dan bukan haid semata. Rasa nyeri memang mulai berkurang, tetapi takut kalau jahitan lep
Baca selengkapnya

Bab 79. Bertemu Kamila

Setelah mengambil obat, mereka bertiga menuju pintu keluar dengan Kenzo berada dalam gendongan Abyan. Anak itu memejamkan matanya rapat karena sakit kepala.Selesai membaringkan di kursi belakang, Nadin mengangkat kepala putranya agar berbantalkan paha sang mama. Abyan menghela napas lega, berarti sebentar dia bisa langsung pulang saja.Namun, ketika menutup pintu mobil, Abyan terkejut karena Kamila tiba-tiba berdiri dengan seringai menakutkan. Apa yang diinginkan perempuan itu sekarang?Huh, Abyan harap dia tidak berniat untuk ikut atau mencari masalah lagi. Abyan sudah lelah, bahkan setiap saat berharap tidak pernah bertemu orang-orang yang mencoba menjadi duri dalam rumah tangganya.Entah kenapa, Tuhan belum mengabulkan keinginan lelaki bertubuh tinggi itu. Nadin dan Kamila bertemu Abyan dalam satu waktu.Bagaimana jika Wani melihat, kemudian timbul prasangka buru? Abyan mengusap wajah kasar, hendak masuk mobil untuk segera dia bawa pergi dengan kecepatan tinggi meninggalkan klinik
Baca selengkapnya

Bab 80. Meminta Kunci Rumah

Bab 80. Meminta Kunci RumahSesampainya di rumah saat sore hari, Abyan langsung mandi. Perut keroncongan karena sejak pagi tadi belum makan apa-apa. Sekarang dia keluar dari kamar, aroma sabun menyeruak begitu saja.Muammar tidur bersama neneknya di lantai satu karena Abyan tidak pandai mengurus anak. Dia hanya menggendong bayinya sesekali. Bukan bermaksud tak rindu, tetapi Abyan kerap menangis ketika menatap wajah sang putra."Bu, Muammar mana?""Lagi tidur di kamar. Seharian ini kamu ke mana saja? Kerja?"Mendengar itu, Abyan menggeleng. Bagaimana bisa dia berkata bohong terus-menerus? Kebohongan itu meskipun ditutup rapat akan terkuak juga.Satu kebohongan besar memang mampu menutupi kebohongan kecil. Namun, Abyan tidak mau mengambil resiko. Tangannya bergerak cepat meraih teh."Bi Inem, tolong ambilkan nasi dengan lauk seperti biasa!" teriak Abyan karena rasa lapar semakin mengganggunya."Baik, Pak.""Abis itu, ke mana?""Makam Rayan.""Abis itu?""Jalan-jalan nenangin pikiran."S
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status