All Chapters of Menjadi Pelayan di Pernikahan Kedua Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50

71 Chapters

Bab 10.

“Aku antar dulu minuman ini ke depan, ya, Amah,” pamitku mencoba menghindari obrolan seputar Mas Danang dan istri barunya. Aku belum bisa memberitahukan semuanya kepada Amah dan Abah sekarang. Akan kujelaskan nanti kepada mereka kalau Mas Azzam sudah tak ada dan ketika waktu yang tepat. Bagaimana pun, aku tak mungkin menyembunyikan masalah ini lebih lama, suatu saat, lambat laun pasti orang tuaku pun akan tahu tanpa dijelaskan mengingat di acara pernikahanku dan Mas Azzam nanti, bisa saja Nindy dan mantan suamiku itu akan ikut hadir.“Iya. Sekalian camilannya. Amah sengaja bawa oleh-oleh buat kamu dari kampung. Pasti Azzam suka sama dodol bikinan Amah,” ujarnya sambil menyodorkan sebungkus plastik berisi dodol. Lalu, kupindah camilan tersebut ke dalam toples.Aku membawa minuman dan makanan tersebut ke ruang tamu, lalu menyajikannya di atas meja.“Tik. Barusan Abah sama Azzam ngobrol. Katanya dia mau bikin pabrik jahit di kampung, terus Abah yang dipercaya buat ngelolanya,” ucap Aba
last updateLast Updated : 2023-09-22
Read more

Bab 11.

POV Danang“Sial*n, bisa-bisanya Papi menamparku hanya gara-gara membela wanita kampungan itu!” Nindy menghempaskan tubuhnya di sofa dengan raut wajah yang terus saja ditekuk. Ada apa lagi sih dia? Setiap hari ada saja hal yang membuatnya uring-uringan. Alhasil, akulah yang akan menjadi tempat pelampiasan istriku ini dari rasa kesalnya.“Ada apa sih, Sayang? Datang-datang marah-marah. Terus kenapa cepat sekali kembali? Bukannya kamu disuruh Papi buat ketemu sama klien?” Kulihat Nindy merebahkan badan, lalu memijat kepalanya sambil memejamkan mata tak menghiraukan pertanyaan dariku. Tampak pula pipi putih istri baruku itu memerah, seperti bekas tamparan.Oh, jadi benar, Papi mertua ternyata sudah berani menampar Nindy? Putri kandungnya sendiri?Tunggu! Apa yang kudengar barusan? Nindy ditampar Papi mertua gara-gara membela Kartika? Boleh juga mantan istriku itu. Ternyata, dia sudah bisa mengendalikan Papi Azzam, tetapi ini sama sekali tak bagus bagiku. Kalau dia dan mertuaku berhas
last updateLast Updated : 2023-09-23
Read more

Bab 12.

“Jangan bergerak. Tetap diam di situ!” teriakku dengan suara bergetar. Aku takut, Mas Danang melakukan yang tidak-tidak terhadapku. Semakin dia maju, aku mundur beberapa langkah. “Bagaimana kabarmu ... mantan istriku?” Mas Danang tersenyum menyeringai dengan mata menatap tajam. Aku kembali menormalkan detak jantung dengan mengembuskan napas teratur beberapa kali, tak ingin terlihat gentar serta lemah di mata mantan suamiku ini. “Untuk apa kamu di sini?” Aku kembali bertanya dengan ketus. Namun, bukannya menjawab Mas Danang malah tergelak mendengar pertanyaan dariku?“Jangan galak-galak kepadaku, Tik. Aku tahu kamu masih menyimpan cinta untukku bukan? Bukankah ini waktu yang tepat untuk kembali bernostalgia bersama? Menghabiskan malam-malammu yang dingin dengan kehangatan. Mas yakin, kamu akan terbuai seperti dulu,” ucapnya mulai melantur.“Jangan kurang ajar kamu, Mas! Berani berbuat macam-macam akan kupanggilkan security untuk menyeretmu pergi. Dan ingat, aku bisa saja melaporka
last updateLast Updated : 2023-09-24
Read more

Bab 13.

Bab 13“Apa kau yakin Azzam bisa menjadi suami yang baik untukmu?” tanya Amah setelah terdiam sekian lama merenungi apa yang telah kusampaikan tadi.“Iya. Aku percaya kepada Mas Azzam. Dia sudah menceritakan segalanya. Juga meyakinkanku kalau Mas Azzam benar-benar serius untuk menjadikanku istri. Bahkan, ketika mendapatkan tentangan dari Nindy, dia tetap tak bergeming. Lagi pula, aku juga sudah mencintainya, Amah.”Itulah penjelasan yang terucap untuk meyakinkan ibu kandungku. Memang tak semua kuungkapkan, rencana balas dendamku untuk Mas Danang dan Nindy tak mungkin kubeberkan kepada Amah. Aku hanya perlu membuat beliau yang mulai ragu, kembali mendukung hubunganku dengan Mas Azzam.Amah masih diam sambil berpikir. Menimbang-nimbang apa yang mungkin akan diputuskannya.“Apa Amah percaya dengan pilihanku kali ini? Aku tahu, pernah keliru memilih pasangan seperti Mas Danang. Tapi, Amah. Mas Azzam jauh lebih berbeda dari Mas Danang. Aku yakin, dia pria terbaik yang pernah kupilih,” tera
last updateLast Updated : 2023-09-25
Read more

Bab 14

“Kita tak usah menunggu seminggu lagi untuk menikah. Mas akan menyuruh Robi memanggil Amil dan menikahkan kita hari ini juga.”Ucapan Mas Azzam membuatku seketika membelalakkan mata. “Apa? Mas jangan bercanda!” “Mas enggak bercanda. Kita sudah mendaftarkan semua surat-suratnya di kantor KUA, itu sudah cukup. Hari ini, Mas mau kamu resmi menjadi istri Mas apa pun caranya. Lagi pula, Minggu depan semua rencana masih bisa berlangsung, tapi hanya resepsi saja,” tegasnya tak ingin dibantah.Aku hanya melongo dengan bibir membulat. Masih syok dengan rencana dadakan Mas Azzam. Ada apa dengannya? Kenapa sampai memutuskan hal seperti ini dengan tergesa-gesa?“Mas!”“Mas takkan berubah pikiran, Tik. Sudah diputuskan, kita menikah hari ini. Lagi pula, Abah juga pasti takkan keberatan. Bukankah sama saja, mau seminggu lagi atau pun sekarang, yang penting kita sah menjadi suami istri,” papar calon suamiku ini masih keras kepalanya.Aku tak bisa berbuat apa-apa jika Mas Azzam sudah memutuskan den
last updateLast Updated : 2023-09-26
Read more

Bab 15

“Dasar anak-anak ini, bagaimana mungkin mereka lebih mementingkan orang lain dari pada menghadiri pernikahan papinya,” geram Mas Azzam terlihat begitu murka sekaligus kecewa. Aku tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Mas Azzam ketika anak-anaknya pulang. Dan paling yang kunanti, aku ingin mengetahui reaksi Nindy dan Mas Danang ketika mengetahui aku sudah pindah ke rumah ini dan menyandang nyonya di istana Mas Azzam.**“Sudah, sudah, Mas. Jangan marah-marah begitu,” ucapku mencoba menenangkan meski aku merasa tak sabar menunggu kedatangan Nindy dan Mas Danang juga. Aku ingin melihat bagaimana reaksi keduanya melihatku ada di rumah ini. “Iya, Pi. Lebih baik, Papi masuk ke kamar saja. Pasti Mom Tika sudah ngantuk dan capek. Apalagi, kaki Momi yang cedera belum sembuh,” ucap Riri memperhatikanku. Ya, aku memang sejak tadi berjalan sendiri meski dengan bantuan kruk. Awalnya, Mas Azzam memintaku untuk turun menggunakan kursi roda, tetapi aku tak nyaman dan memilih memakai tongkat penyan
last updateLast Updated : 2023-09-28
Read more

Bab 16

Bab 16. “Itu ehm ... anu ... non Nindy pulang dalam keadaan mabuk berat,” ungkap Bi Sukma. Dan dalam sekejap, Mas Dimas murka. Dia menggebrak meja makan di hadapannya dengan tangan yang mengepal. Aku yakin, dia benar-benar marah karena mendengar kelakuan putri sulungnya tersebut.**“Jadi, di mana dia? Masih tidur sampai sekarang?” “I-iya Tuan,” jawab Bi Sukma. Wanita berusia 55 tahun itu mungkin saja syok melihat kemarahan Mas Dimas. Pasalnya, meskipun suamiku ini orang yang tegas, tetapi dia jarang sekali sampai murka seperti ini. Makanya, semua orang terkejut melihatnya menggebrak meja dengan keras, tak terkecuali putra dan putrinya.Demikian pula Riri, gadis remaja tersebut masih membelalakkan matanya sambil menatap tak berkedip ke arah Mas Dimas. Sedangkan Boby, sepintas dia tersentak meski tak lama kemudian, pemuda itu bisa menguasai diri kembali, bersikap acuh dan tak acuh.“Ya sudah, Mas. Kita lebih baik sarapan duluan. Kasihan Riri dan Boby, mereka pasti sudah hampir kesia
last updateLast Updated : 2023-09-30
Read more

Bab 17

“Papi bukan mengusir. Kalian akan punya rumah sendiri. Ini keputusan terbaik, lagi pula Papi tak bisa membiarkan Kartika dan Danang satu atap yang sama. Apalagi, suamimu itu berani mengganggu Kartika di apartemen. Papi tak bisa membiarkan itu terjadi kedua kalinya,” lanjut Mas Azzam.Ucapan suamiku barusan membuat Nindy terperangah. Dia menoleh ke arah sang suami yang telah salah tingkah. Dalam hati aku bersorak riang dengan keputusan yang telah Mas Azzam berikan. Aku benar-benar tak menyangka dan sama terkejutnya seperti Nindy dan Danang.“Maksud Papi apa? Jangan fitnah Mas Danang. Mana mungkin Mas Danang menemui wanita ini. kalau bukan karena godaan dari Kartika, benar kan, Mas?” tuding Nindy padaku, sedangkan matanya berulang kali menoleh ke arah suaminya meminta penjelasan.“Katakan, Mas! Kamu digoda kan sama si Kartika ini? Jawab, Mas!” “Panggil ibu sambungmu ini dengan sopan. Dia istri Papi sekarang!” hardik Mas Azzam tak suka mendengarkan panggilan tak sopan putri sulungnya pa
last updateLast Updated : 2023-10-02
Read more

Bab 18.

“Bi, bisa minta tolong buatkan minuman dan camilan untuk aku dan Riri?”“Bisa Nyonya,” jawab Bi Sukma.Aku tersenyum seraya berkata, “Terima kasih, Bi. Nanti tolong antar semuanya ke teras depan, ya, Bi. Ah iya satu lagi. Pak Firman dan Pak Didin mungkin juga mau, buatkan juga untuk mereka,” pintaku kembali.Asisten rumah tangga rumah ini langsung mengangguk serta langsung melakukan yang kuminta. Sedangkan, aku menyusul Riri duduk di teras rumah sembari menikmati langit malam, pun menunggu Mas Azzam pulang. Hari ini, suamiku terpaksa pulang telat karena harus lembur dan rapat bulanan dengan beberapa pemegang saham.Saat keluar, ternyata anak bungsu Mas Azzam sedang tak sendiri. Dia mengobrol dengan beberapa pegawai rumah ini, termasuk sopir dan salah satu pekerja kebun. Aku tak menyangka, anak orang kaya sepertinya cukup akrab dengan rakyat jelata seperti dari kalangan kami.Dari semua anak tiriku, hanya Riri yang berbeda dan memang terlihat supel serta tak pernah tebang pilih. Dia pun
last updateLast Updated : 2023-10-03
Read more

Bab 19

Bab 19.“Mas aku lihat hari ini Boby pulang tak biasa. Apa dia sedang ada masalah?” tanyaku kepada Mas Azzam.Suamiku ini baru saja merebahkan tubuhnya menemaniku di kasur. Tak lama setelah Boby pulang, Mas Azzam pun tiba. Dia terlihat begitu kelelahan, makanya aku segera menyuruhnya untuk mandi air hangat yang telah kusiapkan dan istirahat.Mas Azzam menunduk melihat wajahku karena kali ini posisiku berada di atas dadanya dengan suamiku memeluk dari belakang.“Tak biasa bagaimana maksudnya? Apa dia pulang larut lagi?”Aku mengangguk, “Iya, tapi bukan itu yang membuatku penasaran, Mas. Hari ini, aku melihat Boby pulang dengan keadaan terluka. Apa dia mengalami kecelakaan?” ungkapku sambil menerawang, mengingat-ingat kondisi anak sambungku tadi.Mendengar ucapanku, Mas Azzam hanya berdecap. Dia kembali menganjurkan napas dengan sangat berat.“Anak itu, sekali saja tak membuat masalah dan membuatku kesal. Dia susah sekali diberi tahu. Mas harus berbuat apa agar dia tak menyia-nyiakan wa
last updateLast Updated : 2023-10-05
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status