Home / Lain / Bukan Menantu Impian / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Bukan Menantu Impian : Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Airin kembali

Aku dan Rido pun pamit pada Santi. Di sepanjang perjalanan Rido hanya terdiam dan fokus mengendarai sepeda motornya saja. Berbeda dengan sebelum kami pergi tadi, duda keren itu tadi terlihat sangat gelisah."Oi...Om, jangan seperti orang bingung gitu dong, kalau belum siap. Ya sudah nggak usah di paksakan," ucapku saat kami baru saja sampai di rumah emak."Bukan begitu, Kak...""Terus kenapa?" tanyaku kepada adik iparku itu."Aku hanya tak menyangka tanggapan Santi seperti itu," jawab Rido pelan dan terlihat masih seperti orang kebingungan.Aku terkekeh, "Yang harus dilakukan sekarang adalah tunjukkan keseriusan Om, kalau Om itu benar-benar nggak main-main...""Aku serius, Kak. Tapi...""Apa?...kalau memang serius, ayo buruan di lamar. Ntar keduluan orang lain, nyesal lagi.""Iya...Kak, iyaaa... tapi, bantuin ngomong sama emak ya," ucap Rido dengan raut wajah memelas.Aku mengacungkan jempolku seraya tersenyum."Ada yang mau lamar-lamaran nih?"Baru saja kami hendak masuk rumah, kami
Read more

POV Airin

Gunawan namanya, aku memanggilnya om Gun. Dia adalah teman lama papaku yang berprofesi sebagai seorang pengacara. Aku mengenalnya sudah lama, tapi aku mulai dekat dengannya saat om Gun mendampingi papaku dalam menghadapi kasus hukum yang tengah di jalaninya.Om Gun begitu baik, dia tak mau di bayar sepeserpun. Dalam artian dia hanya membantu papaku secara cuma-cuma. Bahkan saat itu kami yang sedang terpuruk dibantu secara finansial oleh om Gun.Tapi, ada yang aneh. Om Gun lebih suka dipanggil dengan sebutan mas olehku, katanya biar lebih akrab. Sebagai wanita dewasa, aku cukup memahami kalau Om Gun berharap lebih dariku, ya om Gun tertarik padaku. Tentu saja aku tak menanggapinya secara serius, karena aku masih punya suami dan aku yakin suamiku masih mampu menafkahi aku, Raffa dan mama. Tapi, mama seakan merestui hubungan terlarang antara aku dan om Gun tersebut. Bahkan mama tak segan-segan meminta uang pada om Gun. Hingga suatu hari, aku lebih memilih pulang ke rumah mertuaku. Mas R
Read more

Sandiwara Airin (POV Emak)

Hari ini, setelah maksud kedatangan kami di sambut dengan baik oleh si empunya rumah. Aku pun menyematkan cincin ke jari gadis pilihan anakku. Senyum bahagia membias di wajah tampan anakku. Moga gadis pemilik senyuman manis ini pilihan yang tepat. Dan tak ada lagi kegagalan dalam hidup anakku kelak."Kamu cantik sekali," bisikku setelah menyematkan cincin di jari manis Santi. Aku pun mencium keningnya, entah mengapa aku begitu menyukai gadis ini, wajahnya yang teduh membuatku jatuh hati."Terima kasih, Bu," sahut Santi pelan dan tertunduk. "Panggil saja emak, seperti yang lain," ucapku seraya mengangkat dagu gadis itu.Santi mengangguk, tapi tetap tak menatap mataku. Ya Tuhan, kesantunan gadis ini benar-benar membuatku jatuh hati.____________________________Kami pulang dari rumah calon besanku dengan perasaan bahagia. Semua telah di putuskan, akad nikah akan di laksanakan sebulan kemudian. Yang lebih membuatku kagum adalah, Santi hanya meminta mahar seperangkat alat sholat dan sebu
Read more

Airin menginap di rumah Emak

"Rin, Airin Kau kenapa?"Aku menepuk-nepuk pipi putih mulus itu, karena tiba-tiba saja ia terkulai lemah di sisiku. Airin pingsan? Tanpa menunggu lama aku pun segera memangkunya."Alah... palingan cuma akting itu, Kak," ucap Resti santai. Aku menggelengkan kepala, memang terlihat wajah Airin begitu pucat."Ini benerin, Res," ucapku pada Resti, "Rido, tolong angkat Resti ke dalam," pintaku pada Rido."Kakak yakin, kalau Airin ini nggak lagi akting saja," sahut Rido tak kalah santainya seperti Resti tadi."Kalian punya hati nggak sih, ada orang pingsan kok Kalian masih saja santai," ucapku dengan lantang, karena tak seorang pun yang berniat membantu Airin. Iya, aku tahu Airin jahat dan licik, tapi apa iya kita tega membiarkannya tergeletak pingsan seperti ini."Pa, tolong mama..." rengek Raffa, bocah tampan itu terlihat khawatir melihat keadaan mamanya."Rido, Rozi...ayo angkat Airin ke dalam. Kita ini punya hati, tak mungkin membiarkan ada orang pingsan begitu saja di teras rumah kita,
Read more

Pilihan Raffa

"Rin, Rin...bangun " terdengar suara emak pelan membangunkan Airin. Seusai solat subuh tadi, aku memang langsung berkutat dengan urusan dapur. Resti pun sudah bangun, ia lagi mencuci baju seraya mengajak si kecil Abella bermain, sedangkan para lelaki di rumah ini belum pulang dari mushola. Kecuali Rido, adik iparku itu belum pulang dari rumahku."Ah...ganggu orang tidur saja..." ucap Airin, ya memang begitulah Airin tak pernah bisa untuk bangun pagi."Dasar pemalas," gerutu Resti. Aku tersenyum, rupanya Resti juga ikut mendengar suara emak yang membangunkan Airin "Heh! Airin bangun, ini sudah pagi... di sini tak ada orang yang bangun kesiangan," ucap emak lagi dengan lantang, "Bangun, Rin... Kau harus pergi secepatnya dari sini, tak enak di lihat tetangga, Kau bukan istri Rido lagi tak patut menginap di sini.""Iya, Mak...iyaaa. Bawel banget sih!" seru Airin pula."Kak, mas Rido belum pulang?" tanya Airin tiba-tiba muncul di dapur. "Ngapain Kau nanya-nanya abangku," sewot Resti pul
Read more

Akad nikah Rido dan Santi

Airin akhirnya menyerah, ia lebih memilih pergi saat itu juga. Sebenarnya, ada rasa tak tega melihat Airin mendapatkan penolakan dari Raffa. Tapi, itulah kehidupan, apa yang kita tanam itu yang kita tuai. Tapi sebelum pergi, Airin seperti membisikkan sesuatu pada Rido."Awas kalau Kau berani lakukan itu!" bentak Rido dengan raut wajah memerah menahan amarah. Entah apa yang di bisikin Airin sehingga Rido jadi tersulut emosinya."Kita lihat saja nanti," ucap Airin seraya hendak melenggang pergi."Kau mengancamku Airin!" Rido menarik tangan Airin dan memelintirnya ke belakang. Tapi, Airin tak meringis kesakitan sedikit pun, malah dia tersenyum sinis.Beruntung anak-anak sudah di bawa Resti ke dalam rumah untuk menonton kartun, sehingga mereka tak sempat melihat adegan itu. Apalagi Raffa, betapa terpukulnya hati anak itu kalau sampai melihat percekcokan antara papa dan mamanya ini.Airin bergeming, ia masih dengan senyuman angkuhnya, karena telah mampu menyulut emosi Rido."Apa-apaan ini
Read more

kebahagiaan emak

"Kau menipu kami lagi ya, Airin!" teriak emak saat kami sampai di klinik yang katanya tempat Airin di rawat. Bukan rumah sakit besar seperti yang ku pikirkan, hanya klinik kecil yang hanya mempunyai beberapa kamar. Klinik ini juga sepi, mungkin di sini lebih banyak orang-orang berobat rawat jalan saja. Tak ada juga tanda-tanda kalau Airin baru saja mengalami kecelakaan, hanya ada luka-luka lecet di bagian tangannya, itupun sudah mengering, sepertinya luka-luka itu sudah berhari-hari.Airin tersenyum penuh kemenangan, "Mana mas Rido? Pasti dia khawatir banget mendapatkan kabar kalau aku kecelakaan.""Nggak ada," sahut emak cepat."Mana mas Rido, Bang?" tanya Airin pada bang Rozi. Ya, selain aku ada juga bang Rozi yang menemani emak ke ruangan yang katanya tempat Airin di rawat. Sedangkan yang lain menunggu di mobil. Belum lagi bang Rozi menjawab, Airin sudah beralih dan berbicara kepadaku."Jangan katakan kalau suamiku sudah menikahi wanita gatal itu. Kak Yati, ini pasti ulahmu, sebe
Read more

Rumah Baru

"Dek, anak-anak sudah semakin besar, sepertinya rumah kita ini terlalu kecil untuk kita tinggali..."Malam ini, seperti biasa aku dan bang Rozi mengobrol sebelum tidur."Jadi, maksud Abang rumah ini kita renovasi gitu?""Iya, Dek. Abang rasa tabungan kita sudah cukuplah. Tapi, kalau mau merenovasi rumah nggak mungkin deh, tanah kita sudah mentok...""Terus... maunya bagaimana, Bang?""Bagaimana kalau kita bangun rumah di tanah pemberian bapak itu, jadi kita bisa lebih leluasa berkebun di sana nantinya...""Tapi, Bang. Apa uang kita cukup kalau untuk membangun rumah dari awal.""Kita jual saja rumah ini, Dek...""Jual?..." tanyaku kaget."Iya, itupun kalau Adek setuju.""Ya sudah, Bang. Aku setuju saja, aku tahu yang Abang lakukan itu pasti yang terbaik untuk keluarga kita.Bang Rozi tersenyum mendengar ucapanku, lalu berbisik, "Terima kasih istriku yang cantik."_____________________"Rozi, Yati. Ini uang, pakailah dulu buat tambahan Kalian membangun rumah," ucap bapak pada kami sore
Read more

Santi hamil

"Bagaimana hasilnya?" tanya emak saat Rido dan Santi baru saja turun dari mobil, mereka berdua baru saja dari klinik untuk memeriksakan Santi."Alhamdulillaah, Mak. Bentar lagi Raffa akan punya adik," jawab Rido dengan antusias."Selamat ya, buat Kalian berdua," ucapku seraya memeluk Santi."Terima kasih, Kak," sahut Santi pelan."Kamu kenapa, San?" tanyaku pula, karena Santi terlihat murung.Santi menggeleng dan menoleh pada Rido."Ada apa, Do?" tanya emak."I-itu, Mak..." "Hai... semua..." Mata kami pun tertuju dengan asal suara, betapa terkejutnya kami melihat Airin turun dari mobil Rido."Apa-apaan ini, Do? Mengapa Kau bawa dia ke sini!" seru emak seraya menunjuk ke arah Airin."Dengarkan dulu, Mak. Tadi, kami tidak sengaja bertemu dengan Airin, dia ingin bertemu dengan Raffa, dan mobil yang di bawanya mogok, jadi nggak ada salahnya dia menumpang dengan kami," jelas Rido."Iya, Mak. Benar yang dikatakan mas Rido, aku hanya ingin bertemu dengan anakku kok, nggak ada maksud lain,"
Read more

POV Airin

Aku tak bisa terima begitu saja, mas Rido menikah dengan wanita lain. Tak akan aku biarkan mereka bahagia, sedangkan aku hancur sendirian.Masih teringat enam bulan yang lalu, aku telah membuat rencana yang matang untuk menggagalkan pernikahan mas Rido. Tapi, orang tua sialan itu mengancamku, seminggu sebelum hari pernikahan mas Rido, bapak meneleponku, dia bilang polisi akan standby di sekitaran rumah Santi. Jadi, kalau aku berani datang dan mengacaukan acara pernikahan anaknya, polisi akan langsung membekukku.Aku marah dong, di ancam seperti itu. Aku berpikir keras mencari ide untuk menggagalkan pernikahan mas Rido. Tapi, seakan-akan otakku buntu, satu ide pun tak muncul di kepalaku.Kalau situasi seperti ini, biasanya aku butuh refreshing untuk menyegarkan pikiran. Ya, satu-satunya refreshing yang tepat buatku adalah shoping. Ku cek saldo di ATM-ku, kemarin aku baru dapat transferan dari sugar Daddy-ku yang baru. Lumayan cukuplah untuk memuaskan hasrat belanjaku.Aku pun berangkat
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status