Beranda / Lain / Bukan Menantu Impian / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Bukan Menantu Impian : Bab 21 - Bab 30

50 Bab

perubahan sikap emak

Dua Minggu lagi di rumah emak akan di adakan acara pernikahan Resti. Aku tambah sering datang ke rumah itu, membantu apa saja yang ku bisa ku kerjakan di rumah itu. Terkadang juga kami di minta emak untuk menginap, ku merasa ada perubahan dari sikap emak. Emak sedikit lebih baik kepadaku dan anak-anak, entahlah aku tak mau menanggapi terlalu senang, aku takut nanti kecewa. Bisa saja emak bersikap demikian karena memang saat sekarang lagi membutuhkan tenagaku. Ya Tuhan mengapa aku berpikiran buruk kepada orang tuaku sendiri. Lebih baik aku berdoa saja, mudah-mudahan perlakuan emak benar-benar berubah lebih baik kepada kami.Airin sudah kembali ke kotanya, katanya ia mau menemani mamanya, sekaligus pergi mengunjungi papanya di lapas. Kasus papanya sudah di putuskan, papanya terbukti bersalah menggelapkan uang perusahaan. Aku tak tahu vonisnya berapa lama, karena Airin memang tak pernah memberi tahu pada kami di sini. Setiap di tanya siapa pun tentang kasus papanya, raut wajah Airin beru
Baca selengkapnya

Panen bersama

Senyum sumringah emak tak henti-hentinya tercipta di wajah keriputnya itu, dia terlihat begitu bahagia bersenda gurau bersama cucu-cucunya, kebetulan Raffa juga ikut bersamanya tadi. Tangannya pun tak henti-hentinya memilah-milah timun yang baru saja kami panen. Ya, emak emang sengaja kami minta hanya di pondok saja, cuaca hari ini panas sebab itu kami tak izinkan ia ikut memanen di kebun."Banyak juga ya, Ti," ucapnya padaku saat aku mengantarkan sekeranjang kangkung yang baru di panen. Kebetulan hari ini kami panen mengajak beberapa orang tetangga di sekeliling rumahku, sehingga sebentar saja panen bisa dapat banyak."Iya, Mak," sahutku pula. Memang lahan ini cukup luas, wajar saja suamiku bisa menanam bermacam-macam sayuran secara bersamaan. Bang Rozi juga tak menggarap lahan ini sendiri, ada suami kak Minah yang membantunya setiap hari.Selain cukup luas untuk bertani, tanah ini juga cocok juga untuk membangun rumah karena terletak di pinggir jalan dan juga sudah beberapa rumah wa
Baca selengkapnya

Menantu kesayangan ibu

"Ya Tuhan...ini gaun apaan sih, bahannya juga bikin gerah," ucap Airin seraya mendengus kesal. Ya, hari ini baju seragam keluarga yang nantinya akan kami pakai di acara sakral Resti dan Ferdi sudah jadi dan di antar oleh penjahit ke rumah emak. Waktu kami akan membuat baju seragam itu memang Airin lagi tak ada di sini. Jadi, ukuran dan mode untuk Airin Rido yang menentukan. Sedangkan waktu akan di hubungi no ponsel Airin tak aktif. Memang no ponsel Airin jarang aktif saat ia pergi kemarin. "Apa yang salah, Dek. Ini bagus kok," sahut Rido pula. Rido terlihat sungkan karena penjahit itu saja belum pergi dari rumah ini."Rendahan banget selera Kalian," gerutu Airin. Semua orang kaget mendengarnya, termasuk emak. Mata emak melotot tajam melihat Airin."Apa Mak, ini jelek 'kan. Emak sih, nggak tanya Airin dulu kemarin," ucap Airin seolah menyadari kalau emak memperhatikannya dari tadi."Kau tak suka dengan gaunnya, Rin?" tanya emak lembut."Nah, emakku tahu," ucap Airin seraya tersenyum,
Baca selengkapnya

Hadiah untuk kak Yati (POV Resti)

"Mana Airin, Do. Sebentar lagi pasti tamu-tamu pada datang," ucap emak pada bang Rido. Ya, sekarang waktunya sesi foto pengantin dan keluarga. Semua sudah berkumpul di dekat pelaminan, tinggal kak Airin saja yang belum tampak batang hidungnya."Tadi, pas aku tinggal dia masih dandan, Mak," sahut abangku itu."Lama banget, sih," gerutu emak, "Sudah Kau panggil cepat sana," perintah emak pada bang Rido.Bang Rido pun bergegas pergi untuk memanggil istrinya. Jadi penasaran seperti apa sih dandanan tuh nenek sihir, sehingga jam segini belum juga kelar."Kak," panggilku pada kak Yati yang terlihat sedang asyik ngobrol dengan emak sembari menunggu kak Airin datang untuk sesi foto keluarga. Bahagia sekali rasanya melihat kak Yati dan emak bisa seakur itu."Iya, Res," sahutnya dengan cepat. Ku lambaikan tangan mengisyaratkan agar dia mendekat ke pelaminan."Mau apa, Res? mau minum?" tanyanya padaku, sungguh luar biasa, kak Yati bisa tahu apa yang ku mau.Aku mengangguk cepat, memang aku meras
Baca selengkapnya

Airin kabur

"Kak Airin kabur, Kak."Aku terperangah mendengar ucapan Resti, baru saja sampai di rumah emak, aku sudah mendapatkan berita yang tidak mengenakkan."Tadi malam perginya, Kak," lanjut Resti lagi."Emang apa masalahnya, Res?""Nggak tahu. Dia bosan hidup susah kali, Kak," sahut Resti dengan santainya. Aku hanya mengangguk mendengar penjelasan Resti dan tak ingin bertanya lebih lanjut lagi."Emak tak mengizinkan Kau pergi, Rido!" teriak emak dari depan. Aku dan Resti saling berpandangan, seolah penasaran apa yang terjadi."Aku harus cari Airin, Mak," ucap Rido dengan lantang juga."Tak usah repot-repot Kau mencari wanita tak tahu di untung itu," teriak emak tak kalah keras dari tadi."Tapi, Airin itu istriku Mak," ucap Rido terdengar lirih."Baik Kau boleh pergi, tapi emak tak Sudi Kau bawa Airin ke rumah ini lagi," sahut emak dengan tegas."Iya, Mak. Aku hanya ingin tahu di mana keberadaan Airin saja. Agar hatiku tenang.""Lelaki bodoh..."Mataku melotot ke arah Resti, sungguh tak pe
Baca selengkapnya

Menantu durhaka

Sudah satu bulan aku tak ke rumah emak, sesuai dengan keinginan Airin, sekarang dialah yang mengurus semua keperluan di rumah itu. Aku yakin Airin pasti bisa, dan emak kembali bersikap baik padanya. Karena memang dulu emak sudah sangat sayang padanya.Sedangkan Resti ikut Ferdi pindah ke kota, agar Ferdi tak bolak-balik dari kampung ke kota untuk bekerja. Selain itu, Resti juga ingin membantu suaminya. Ferdi itu bekerja di bank dan kebetulan mempunyai usaha sampingan yaitu sebuah konter HP. Jadi, nantinya konter HP itu Resti yang akan mengurusnya.Dan aku, di sinilah aku sekarang, hari-hariku di sibukkan di kebun sayuran ini. Bekerja semampuku di sini, pagi-pagi aku dan si bungsu diantar oleh bang Rozi ke sini dan ia pergi menyadap, sedangkan tiga anakku yang lainnya bersekolah. Baru siangnya nanti bang Rozi kembali ke sini bersama ketiga anakku dan suaminya kak Minah juga. Terkadang kak Minah juga ikut. Sekarang kebun ini selalu ramai setiap hari, bahagia sekali rasanya."Kak Yati! K
Baca selengkapnya

POV Airin

'Drrreettt! Drrrettt!' ponselku bergetar di atas nakas. Baru saja akan rebahan setelah beres-beres rumah mertuaku hari ini. Aku pun bangkit dengan malasnya, ternyata pesan dari mama. Tanpa menunggu lama aku pun membaca pesan itu.[Sayang, kirimin mama uang lagi, dong]Padahal baru saja dua hari yang lalu mama ku kirimkan uang.[Dua hari yang lalu aku kirim uang satu juta, emang sudah habis, Ma?][Sayang uang segitu masih saja di tanyakan] balas mama disertai dengan emoticon menangis.Memang uang segitu tidak ada artinya bagi mama sebelum papa masuk penjara dulu. Apa yang mama inginkan ia tinggal gesek saja. Sebenarnya kasihan juga mama, dia pasti sangat terkejut dengan kehidupannya yang berubah seratus delapan puluh derajat ini.[Iya, Ma. Nanti aku usahakan ya][Iya, Sayang. Mama tunggu ya] balas mama dengan emoticon love berjejer.Aku menarik napas dalam-dalam, berpikir bagaimana caranya aku mendapatkan uang untuk mama. Meminta pada mas Rido pun tak mungkin, dia baru saja memberikan
Baca selengkapnya

POV Rido

Hatiku hancur berkeping-keping melihat wanita yang paling ku hormati terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Rasa bersalah selalu menghantui pikiranku, kalau saja aku tak memaksa kehendak ku agar Airin pulang pasti semua ini tak akan terjadi."Do... Rido." serak suara emak memanggilku namaku. Ku lirik jam di tanganku menunjukkan pukul dua dini hari, berati hampir dua belas jam emakku tak sadarkan diri."Iya, Mak. Ini Rido," sahutku seraya memegang tangan wanita yang telah melahirkanku itu. "A...irin, Do..." ucap emak lemah."Iya, Mak. Aku tahu.""Emak sudah sadar, Do?" tanya bang Rozi yang juga terbangun dari tidurnya. Ya, aku tak sendirian di sini, ada bang Rozi dan bapak bersamaku. Mungkin lelah dan kantuk, mereka berdua pun ketiduran."Iya, Bang. Abang di sini dulu bersama emak, aku mau panggilkan suster."Emak sudah di periksa oleh suster jaga, dan sekarang emak pun kembali tertidur. Tinggal besok nunggu diagnosa dokter, mudah-mudahan emak nggak kenapa-napa."Kau istirahat saja,
Baca selengkapnya

Rido menceraikan Airin

Satu Minggu Rido pergi mencari Airin, tak memberi kabar dan tak bisa di hubungi. Semua orang di sini cemas menunggu kepulangannya, apalagi Raffa bocah itu selalu menanyakan keberadaan papa dan mamanya."Rido, Kau kenapa?" tanyaku sesaat setelah Rido turun dari sepeda motor yang ia tumpangi-nya. Aku letakkan sapu lidi di tanganku dan segera menghampiri adik iparku itu. Wajah tampan itu terlihat pucat dan penampilannya pun acak-acakan.Rido tak menjawab ucapanku, dia hanya menyerahkan tas ransel yang tadi di sandangnya kepadaku. Sepertinya Rido lagi tak sehat."Mak... maafkan Rido..." lirih Rido seraya berhamburan memelukku emak."Kau kenapa, Nak?" tanya emak seraya memegang kening Rido."Kau sakit?"Rido menggeleng, "Selama ini aku tak pernah mendengar ucapan Emak. Airin...dia...""Ulah apa lagi yang dibuat oleh istrimu itu.""A-airin selingkuh, Mak," ucap Rido sembari tertunduk."Kurang ajar," ucap emak dengan penuh emosi."Aku sudah menalak Airin, Mak...""Yang Kau lakukan itu sudah
Baca selengkapnya

Gadis sederhana itu (POV Rido)

Dia, tanpa disadari, kesederhanaannya mampu membuatku terkagum-kagum. Tutur katanya yang santun membuat hatiku luluh. Apalagi saat ia tersenyum, seakan meruntuhkan benteng hati yang tak ingin ku buka lagi untuk mahluk yang disebut wanita. Dia, apakah dia tahu segala kesederhanaannya itu, sangat membuatku terpesona.Hatiku girang, hari ini aku mendapatkan nomor ponsel gadis itu. Gadis manis dengan segala kesederhanaannya yang telah mencuri hatiku pada pandangan pertama itu.[Assalamualaikum, Dek Santi][Ini aku Rido, adiknya bang Rozi][Maaf aku menganggu, aku cuma ingin bersilaturahmi saja dengan Dek Santi] malam telah larut tapi mata tak kunjung terpejam. Senyuman yang menampilkan ceruk di pipi gadis sederhana itu selalu menghantui pikiranku. Ku beranikan untuk mengirimkannya pesan melalui aplikasi berwarna hijau itu.Satu jam, dua jam tak kunjung di balas. Berulang kali aku mengecek aplikasi hijau itu, tapi tak jua centangnya berubah berwarna biru. Mungkin sang pemilik senyuman mani
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status