Home / Romansa / Dijodohin Bocil / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Dijodohin Bocil: Chapter 1 - Chapter 10

33 Chapters

Bab 1

Hari ini Melati mendapat pesanana karangan bunga yang cukup besar, oleh karena itu Melati harus menggunakan motor roda tiga untuk mengantarnya. Melati bersiap-siap memakai helem dan melajukan motornya dengan pelan menuju gedung yang diminta.Sesampainya di gedung acara Melati melihat banyak selaki orang yang datang, Melati melihat banyak baner acara yang dipasang di pintu masum gedung dan lobi hotel. Melati melihat foto orang yang ada di baner dan terpesona oleh tampangnya."Astagah, ganteng banget nih cowok. Mau deh jodoh seganteng dia"Setelah puas melihat lihat, Melati kemudian menurunkan karangan bunga dari motor. Akan tetapi karena cukup besar Melati merasa kesulitan, karen ketika menaikkannya tadi dia dibantu oleh karyawannya."Astagah beratnya ini karangan, seharusnya tadi aku mengajak Rini"Karena kesulitan menurunkannya Melati meminta bantuan satoam yang sedang berjaga didalam tepat di depan pintu masuk."Permisi Pak, boleh minta bantuannya?""Iya, apa yang bisa saya bantu?""
Read more

Bab 2

Hari ini Melati pulang lebih awal karena ada Rendi yang tidak mungkin tetap di toko sampai toko tutup pada jam sembilan, sehingga Melati meminta Rini untuk menutup toko sendirian nanti."Ayo Rendi kita pulang""Ayo Kak"Melati membawa Rendi pulang dengan sepeda listrinya, Rendi duduk di belakang dan memegang erat tubuh Melati agar tidak terjatuh. Rumah Melati tidak jauh dari toko miliknya, hanya berjarak 1.5 Km saja. Oleh sebab itu Melati pergi ke toko dengan sepeda listriknya agar lebih hemat.Rumah melati bukan rumah yang mewah, hanya rumah kecil tapi tertata dengan rapi. Bannyak bunga yang ditanam di halaman depan rumahnya, Melati juga menanan pohon buah di belakang rumahnya.Rumah yang ditempati Melati sekarang adalah rumah peninggalan Kakek dan Neneknya, dan toko yang ditempati Melati juga peninggalan Kakek dan Neneknya. Dulunya toko itu merupakan toko sembako yang kemudian diubah oleh Melati mejadi toko bunga. Kedua orang tua Melati berada di kampung, mereka seorang petani sayur
Read more

Bab 3

Saat Ayah Rendi menarik Melati untuk pergi keluar, Rendi menarik baju Ayahnya dengan tangan yang penuh dengan minyak dan saus hingga mengotori baju Ayahnya."Jangan bawa Kak Melati Pergi, aku yang mau ikut Kak Melati""Rendi, jangan ikut -ikutan""Tapi Yah, memang Rendi yang sudah menipu Kak Melati. Rendi cuma mau main dan ikut Kak Melati, Ayah selalu sibuk dengan pekerjaan. Aku hanya bisa bermain dengan pegawai Ayah, dan mereka gak seru mainnya. Mereka terlalu mematuhi aturan Ayah"Ayah Rendi langsung melespaskan tangan Melati dan berjongkok untuk mendengarkan Rendi, "Jadi Yah, jangan salahin Kak Melati"Ayah Rendi memeluk Rendi dengan pelan, "Maafin Ayah ya, Ayah terlalu sibuk bekerja sampai membuat anak ayah ini menjadi kesepian"Melati merasa terharu dengan percakapan Ayah dan Anak itu, dan Melati merasa lega karen Rendi sudah menjelaskan permasalahannya."Sekarang anda tau kan, kalau bukan saya yang menculiknya. Rendi yang berbohong kepada saya, dan saya juga tidak menyakiti Rend
Read more

Bab 4

Rendi berusaha memisahkan Melati dan Abisatya yang sedang berdebat tentang kasktus, "Ayah, jangan suruh Kak Melati buang kaktusnya. Kak Melati sudah susah payah merawat mereka semua, sayang kalau dibuang""Rendi, kaktus sangat berbahaya. Jika tidak hati - hati bisa melukai kamu""Aku sudah besar, aku tau kalau duri kaktus itu berbahaya. Pasti aku tidak akan dekat - dekat dengan kaktus""Dengar itu, Rendi saja yang masih kecil faham. Aku sudah bilang juga ke Rendi tadi, dan kaktus kecil ini tidak memiliki duri tajam. Coba saja pegang kalau kamu tidak lercaya dengan perkataanku"Abisatya hanya mendengus dan langsung duduk di sofa, "Kalau sampai anak saya tertusuk duri kaktus, akan saya buang semua kaktus itu"Melati hanya bisa sabar dan pasrah menghadapi sikap Abisatya yang menyebalkan itu.Melati kemudian pergi ke dapur untuk mengambilkan minum untuk Abisatya dan Rendi, karena hanya ada air putih di dapur Melati hanya menyuguhkan air putih. Abisatya hanya diam melihat Melati menaruh ai
Read more

Bab 5

Di pagi hari Melati sudah menyirami bunga di depan rumah sambil menunggu penjual sayur lewat. Rendi terbangun tidak lama setelah Melati duduk di deapn rumah, dia melihat sekeliling dan tidak menemukan keberadaan Melati.Rendi langsung beranjak dari kasur ke kamar mandi untuk cuci muka dan buang air kecil, kemudian Rendi berkeliling di dalam rumah mencari Melati. Tidak menemukan keberadaa Melati di dalam Rumah, Rendi keluar untuk terus mencari Melati.Sesampainya Rendi di pintu depan, dia langsung melihat Melati yang sedang menyiram bunga. Rendi menghampiri Melati untuk ikut membantu menyiram bunga."Kak, aku mau menyiram bunga juga"Melati menyerahkan selang air ke Rendi "Ini, jangan terlalu banyak air dan jangan terlalu sedikit ya. Kalau kebanyakan bunganya bisa mati dan kalau kurang bunganya bisa kering"Rendi hanya mengangguk mendengar perintah Melati, dia merasa merawat bunga ternyata sulit. Terlalu banyak air mati, tapi kalau kekurangan air juga bisa membut bunga kering.Melati k
Read more

Bab 6

Selesai sarapan Melati membawa piring kotor ke dapur untuk dicuci, sedangkan Rendi masih asik menonton TV. Tidak lama setelah Melati ke dapur terdengar ketukan di pintu depan, Rendi langsung berdiri dan membuka pintu.Saat pintu dibuka Rendi melihat Ayahnyalah yang sedang berdiri di depan pintu, "Ayah sudah datang, ayo masuk kedalam"Rendi mengajak Abisatya ke dalam dan memanggil melati untuk memberitahu bahwa Ayahnya sudah datang, "Kak, Ayah sudah datang""Iya sebentar ya, ini kamu bawa air ke depan untuk Ayahmu"Rendi membawa nampan yang berisi air di teko dan gelas, Rendi dengan hati - hati membawa nampan tersebut agar tidak tumpah. Setelah sampai di meja ruang tamu Rendi langsung meletakkan nampan di atas meja."Ayah, ini aku bawakan air. Biar Ayah gak haus""Terima kasih Rendi, nanti akan Ayah minum. Sekarang Rendi sudah pintar membawa nampan air dan tidak jatuh" puji Abisatya ke Rendi sambil mengusap kepalanya.Rendi merasa bahagia karena dipuji oleh Ayahnya, "Tentu saja, Rendi
Read more

Bab 7

Melati sedang berbaring di kasurnya setelah pulang dari toko, Melati berencana membeli tiket kereta ke kampung halamannya di Solo untuk merayakan hari raya Idul Adha tiga hari kemudian. Agar tidak terlambat pulang dan kehabisan tiket, Melati memesan tiket kerangkatan tepat dua hari sebelum Idul adha.Saat sedang memesan tiket melalui aplikasi, Melati mengambil KTP yang ada di dompetnya untuk persyaratan pemesanan tiket kereta. Ketika merogoh dompetnya Melati tidak menemukan KTP miliknya.Melati langsung panik, takutnya KTP miliknya terjaduh di jalan atau di toko ketika Melati mengeluarkan dompetnya. Melati sibuk memcari KTPnya di dalam semua tas miliknya, namun tidak juga menemukannya.Melati pasrah dan terduduk di atas kasur, sambil mengingat terakhir kali dimana dia menaruh KTPnya. Seingatnya, Melati selalu menaruh semua kartu miliknya di dalam dompet termasuk KTPnya.Tidak mungkin jika jatuh karena belakangan ini Melati melakukan pembayaran dengan uang tunai maupun dengan QRIS, seh
Read more

Bab 8

Selama perjalanan ke Stasiun Kereta Api, tidak ada percakapan antara Melati dan Abisatya. Hanya Rendi yang berbincang dengan Melati, selama perjalanan yang memakan waktu hampir tiga puluh menit.Sesampainya mereka di Stasiun Kereta Api mereka pergi ke area tunggu Stasiun, karena Kereta Api tujuan mereka baru sampai tiga puluh menit lagi. Sambil menunggu, Rendi bertanya ke Melati tentang kampung halamannya."Kak, di kampung Kakak tempatnya seru gak?""Pasti seru, di kampung Kakak masih banyak pohon - pohon besar. Trus ada sungai kecil yang airnya jernih banget, udaranya juga masih bagus. Gak seperti di Jakarta""Wah, pasti seru. Nanti kita jalan - jalan keliling mampung Kakak ya?""Oke, nanti Kakak aja keliling kampung. Nanti juga Kakak ajak ke penjual jajanan langganan Kakak dari kecil""Asik""Kamu jangan memberi anak saya makanan yang aneh - aneh""Jangan kawatir, mana mungkin aku ngasih Rendu makanan yang tidak sehat"Setelah menunggu hampir tiga puluh menit, Kereta yang mereka tun
Read more

Bab 9

Perjalanan dari Stasiun Solo Balapan ke kampung memakan waktu hampir satu jam lebih lama dari biasanya karena terjadi kemacetan di beberapa titik menuju arah kampung Melati.Kampung Melati bernama Desa Manggis karena sejak dulu sampai sekarang banyak pohon manggis di setiap rumah warga. Dulu semua warga di Desa Manggis mempunyai pohon manggis, tapi sekarang sudah ada beberapa pohon yang di tebang karena perluasan lahan untuk pelebaran rumah.Begitu mereka memasuki Desa Manggis, mereka langsung di suguhi pemandangan pohon manggis yang cukup besar di sepanjang jalan. Bahkan di area persawahan juga terdapat pohon manggis.Melati sudah bangun sejak memasuki gerbang desa karena teriakan Rendi yang sangat bersemangat melihat jalan yang dipenuhi pohon manggis yang sudah berbuah.Sesampainya mereka di depan rumah Melati, mereka langsung turun dari taksi dan mengambil koper dan tas mereka dari bagasi. Setelah semua diturunkan Melati membayar ongkos taksi, tapi saat akan membayar Abisatya mence
Read more

Bab 10

Sekitar sepuluh menit mereka menunggu akhirnya orang tua Melati pulang dari rumah Pakde Muklis, Melati menghampiri Orang tuanya dan menyalami mereka."Kok pulang gak ngasih kabar Mak sama Bapak to nduk" Bapak dan Mamak mengulurkan tangan untuk di salami oleh Melati."Iya Mak, mau ngasih kejutan" jawab Melati dengan senyum.Bapak Melati melihat Abisatya dan Rendi yang ada di teras dengan bingun, pasalnya dia belum pernah melihat mereka."Itu siapa Nduk? calonmu?" canda BapakMelati memasang wajah cemberut mendengar candaan Bapak, "Enggak to Pak, itu temen. Anaknya mau ikut aku pulang, jadi mau gak mau Ayahnya juga ikut""Lah Ibunya kemana Nduk? kok malah Ayahnya yang ikut" Bapak heran mendengar hanya Ayahnya yang ikut mendampingi bukan ibunya."Ibunya udah gak ada Mak" Mak dan Bapak hanya mengangguk saja."Ayo Mak, Pak. Tak kenalin sama mereka" Melati dan orang tuanya berjalan menghampiri Rendi dan Abisatya yang sedang duduk di teras."Ini Mak sama Bapak Kak Melati, Rendi ayo perkenala
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status