"Mala ...!" Gifanny masih memanggil -manggil nama wanita itu. Ia sibuk mengecek semua tempat, balkon, kamar mandi bahkan membuka-buka lemari segala. "Dia, sudah pergi, Fanny." ucapku setelah membaca berkali-kali secarik kertas yang terletak di atas nakas. Gifanny mendelik tidak percaya, sebelum mulutnya membuka untuk mengucapkan sesuatu, aku buru-buru menyodorkan kertas itu, padanya. "Ya, Tuhan ... kenapa, harus seperti ini? Susah sekali ya, Nirmala itu. Kalau ia sudah mendengar semuanya, ia tinggal berlari ke pelukanmu dan semua masalah selesai. Kehidupan yang bahagia sudah menanti. Lha, ini, pakai drama kabur segala." Adikku itu, terlihat sangat kesal sekali, tapi, ia malah kembali melihat marah kepadaku. "Ini semua salahmu, G! Se
Last Updated : 2024-02-24 Read more