Season 2 part 1Kediaman mewah yang berbasis di tanah seluas beberapa hektar dengan pohon-pohon besar serta bunga-bunga cantik yang menaungi setiap sudut perkarangannya yang dilapisi rumput taman yang menghijau.Rumah atau lebih tepatnya mansion megah bernuansa Victoria dengan pilar-pilar yang menggambarkan kejayaan sang pemilik. Jejak desain arsitek kelas atas terdapat di setiap sudut ruangan maupun setiap jengkal bangunannya.Seorang lelaki bertubuh tegap berdiri di balkon, menatap dengan penuh semangat ke arah perkarangan yang di sana terdapat tenda-tenda serta wahana permainan anak-anak. Matanya yang tajam tidak lepas mengitari kegiatan para sang buah hati yang sedang asyik bereksplorasi dengan segala syorga permainan yang di sediakan ayah mereka.Berkali-kali lelaki berusia matang dengan ketampanan yang semakin pari purna itu, menghela napas lega yang begitu lepas. Secarik senyum terkembang di bibir tipisnya, hatinya bergejolak bahagia. Ia merasa sekarang hidupnya telah begitu se
Season 2 part 2Nirmala Pov"Berhenti menggandeng tangan Daddyku, wanita jalang!"Mungkin seharusnya aku tidak perlu terkejut mendengar seruan gadis remaja tidak sopan itu, yang datang tiba-tiba ke kediamanku, berteriak dengan lantang, memanggil ayah dari anak-anakku dengan sebutan Daddy, mengacau di pesta syukuran tujuh bulan kehamilanku. Tetapi, entah kenapa hatiku seakan dicubit dengan sangat keras, perasaanku mengatakan kalau kedatangan gadis yang tengah berjalan menujuku membelah seenaknya keramaian para tamu, bukan pertanda baik untuk hidupku ke depan."Mr ..." Aku mendesis cemas dengan tubuh menegang, tangan memegang kuat lengan suamiku."Tenanglah ... kita lihat apa maunya gadis kecil ini." Mr. Giantara seperti biasa selalu bersikap tenang dalam situasi apapun. Sementara puluhan mata dengan mulut y
Season 2 part 3.Mr. Giantara POVOtakku tidak bisa berpikir ketika membaca kata demi kata yang tertera di kertas ini. sungguh ini sebuah pukulan telak di sudut hati terdalamku.Joanna ... wanita itu ...Aku menoleh ke arah gadis kecil yang menatap dengan penuh harap. Mata segera memindai wajahnya tanpa di perintah ...'Kau mungkin tidak akan percaya, G. Namun perhatikan saja, wajahnya denganmu bak pinang di belah dua'Aku tidak akan pernah mempercayai kalimat-kalimat yang di tulis itu, tapi sayangnya sepeninggal kata yang di tulis di sana memang benar.Gadis kecil ini, dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh, rautnya memang sangat mirip denganku.Lalu apa yang aku harus lakukan
"Semuanya tidak seperti yang kau pikirkan sayang. Tidak ada yang akan berubah, kejadian tiba-tiba ini, tidak akan ada pengaruhnya bagi kita."Aku mengusap mata yang terasa masih basah. Sungguh, aku tidak ingin memperlihatkan ketidak inginan hati di depannya. Aku sudah berusaha sebisa mungkin, tapi tetap saja aku tidak bisa ber-akting dengan sempurna."Aku tidak berpikir apa-apa. Hanya saja aku sangat terkejut kalau suamiku ternyata mempunyai buah cinta dari wanita lain ..."Aku menggigit bibir agar tangis ini tidak pecah di ujung kalimat."Aku juga tidak menduga." Ia berucap pelan, sambil terus mendekapku."Tentu saja, entah berapa banyak wanita yang menjadi persinggahanmu di masa lalu. Itu bisa dimengerti, kau bukan lelaki biasa. Kau tampan dan punya banyak uang. Semuanya akan takhluk padamu." Sekarang aku benar-benar terisak."Tetapi sebagai seorang istri, hatiku hancur dengan kenyataan ini. Tiba-tiba kehidupan kita yang bahagia harus terusik oleh orang dari masa lalumu. Kau membawa
"Cukup, Mr... sekarang aku yang benar-benar tidak mengerti, apakah kau masih Giantara yang mencintaiku?"Aku terisak, tidak menyangka lelaki yang satu tahun ini yang telah memberikan memberikan seluruh hati, cinta dan perhatiannya untukku, kini seperti menarik segalanya kembali.Hampa perlahan menyusupi dada."Kalau kau masih bersikap kekanakan maka kau akan benar-benar melihat kemarahanku." Ia tidak peduli dengan air mataku, tetap saja melontarkan kata yang menikam hati.Ia masih menatap tajam tiada berkedip. Setelah beberapa saat terdengar hempasan nafas kesalnya, lantas ia kembali bergerak ke arah lemari melanjutkan berpakaiannya yang tertunda.Aku duduk di ranjang, mengawasinya dengan air mata yang masih menetes. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa dia seperti
"Jangan suruh kami pergi Daddy, semewah apapun rumah yang telah Daddy sediakan untuk kami tidak akan ada artinya tanpa Daddy."Aku menunggu bagaimana tanggapan Mr. Giantaraku dengan permintaan putrinya itu. Hatiku berdebar sakit melihat adegan mereka yang masih berpelukan, sangat lama. Seakan-akan Suamiku tidak ingin melepas dekapan pada anaknya tersebut.Tetapi, aku segera memakai hati ini, aku tidak boleh cemburu kalau hanya tentang putrinya, yang terpenting aku tidak boleh egois."Daddy akan selalu mengunjungimu..." Aku tercekat mendengar kalimat yang di lontarkan suamiku tepat di puncak kepala putrinya."Benarkah Daddy? Setiap hari?" Gadis remaja itu mengangkat kepala dari dada Daddynya, lalu menatapnya dengan penuh harap."Tentu, kapanpun kamu menginginkan, Daddy akan selalu datang ..."Pahit. Aku menggigit bibir, rasanya sungguh tidak terperikan. Baru kali ini aku merasakan cemburu yang begitu besar, Mr. Giantaraku sepertinya sangat mencintai putrinya.Air rupanya telah jatuh d
Bukan Hasrat Suamiku 66"Aku tahu apa aku pikirkan dan apa yang akan kau lakukan, Mala?" Ia berujar tenang, matanya masih tidak lepas mengawasiku.Aku membuang tatapan dari wajah penuh kebohongan ini, sungguh hal buruk tentangnya yang selama ini hanya menjadi prasangka rasa cemburuku benar-benar nyata."Oh ya?" suaraku terdengar seret, dada berdebar kesal, kesal karena tadi lupa membawa ponsel, kalau benda itu ada di sini sudah kupastikan akan merekam segala ucapannya."Silahkan saja, kau katakan pada G sekarang juga, toh ia tidak akan percaya padamu bukan? Ia akan menganggap kau hanya mengada-ada, karena rasa cemburu yang berlebihan."Bahkan ia sudah menebaknya, bagaimana reaksi Suamiku jika aku langsung mengatakan yang kulihat sekarang, jika tanpa adanya bukti.Ia tertawa kecil, seolah ia telah merengkuh kemenangan, mungkin karena membaca kepasrahan di ekspresi wajahku yang kesal."Seharusnya kau berterimakasih padaku, Mala. Kalau tidak Glarissa akan membuat G menyingkirkanmu dari p
"Mari kita buktikan, Kak. Apa memang yang kau katakan itu benar. Jika iya, dengan suka rela aku akan pergi dari kehidupan Giantaramu itu!"Aku benar-benar tidak tahan hingga melenyapkan segala kesabaran dalam jiwa ini. Aku menyambar lengannya, ingin segera menyeretnya ke dalam kamarku.Tentu saja dia sangat terkejut dengan reaksiku, itu bisa dilihat dari ekspresinya, tatapannya yang tadinya begitu percaya diri menghujaniku kini telah berubah menjadi sorot penuh cemas."Mala, apa-apaan?" Ia menepis cengkramanku di saat langkah kaki kami sudah hampir keluar dari area taman."Kenapa, Kak? Takutkah? Aku hanya ingin membuktikan kebenaran kata-katamu tadi!" jelasku berusaha mempertahankan cengkraman di lenganku."Jangan macam-macam, Mala. Kau hanya akan mempermalukan dirimu sendiri!""Oh ya? Kita lihat saja nanti. Yang jelas aku tidak akan lagi bisa berada di dalam rumah ini sebelum sebuah kejelasan!" tegasku membuat matanya begitu membola."Apa maksudmu?""Seperti yang kau inginkan, Kak.