Semua Bab Pengkhianatan Istriku: Bab 61 - Bab 70
93 Bab
Bab 61. Masa Lalu
Bab 61. Masa LaluSiang itu, mendung turun menjelaga di atas langit. Perlahan rintik-rintik hujan jatuh membasahi bumi. Kutatap tubuh Sakira yang terbaring lemah di atas bangsal. Jodi hanya menangis di samping ibunya. Meratap sambil sesekali memeluk Sakira.Sudah dua hari Sakira dirawat di rumah sakit. Kondisinya semakin lemah dan tak berdaya. Mungkin karena kanker paru-paru yang sudah di deritanya. Telah menggerogoti ke seluruh tubuh. Menurut informasi dari dokter; menderita kanker stadium empat. Semua sel-sel bibit penyakit sudah menyebar ke seluruh tubuh."Mama, bangun, Ma! Jodi janji tidak akan nakal lagi. Jodi akan nurut semua ucapan Mama," ucap Jodi memeluk tubuh Sakira. Wanita kurus itu, masih bergeming di tempatnya.Sudah beberapa hari Sakira terus memejamkan mata. Dia masih belum sadarkan diri. Dokter sudah berusaha untuk melakukan pengobatan terbaik. Akan tetapi, Sakira masih belum membuka matanya."Mama, kalau Mama pergi Jodi sama siapa? Papa sudah punya Adik baru. Jodi gak
Baca selengkapnya
Bab 62. Musuh Dalam Selimut
Bab 62. Musuh Dalam Selimut"Danu, ada masalah dengan pengiriman barang ke pelabuhan. Semua barang dikembalikan karena kualitasnya dianggap jelek. Tidak memenuhi standar SNI," ucap Arga meletakkan berkas di atas meja.Kuraih berkas di atas meja. Memeriksa semua data yang dikirim dua hari yang lalu. Semua barang yang dikemas kualitas standar. Akan tetapi, mereka menganggap apa yang kami kirimkan tidak sesuai. Membuatku harus turun tangan untuk menyelidiki kasus ini."Siapa yang sudah mengirimkan barang itu ke pelabuhan?""Pak Dani.""Dani?""Iya.""Panggilkan dia ke sini. Aku ingin berbicara dengan Pak Dani berdua saja.""Baiklah, akan ku panggilkan Pak Dani ke sini untuk berbicara denganmu."Aku mengangguk tanpa menjawab. Memeriksa berkas yang tadi dikirim oleh bagian gudang. Perusahaan yang berada di distrik Selatan beroperasi memproduksi kain kualitas tinggi. Semua bahan akan dikirim ke Malaysia. Banyaknya permintaan pedagang negeri Jiran, membuat perusahaan harus bekerja keras.Par
Baca selengkapnya
Bab 63. Demi Kemanusian
Bab 63. Demi KemanusianAku masih menyelidiki kasus Pak Dani kenapa sampai berubah menjadi penghianat. Sudah dua Minggu belum juga menemukan titik terang.Arga juga sudah kuminta untuk mencari info. Namun, belum juga membuahkan hasil. Otakku merasa buntu karena tidak menemukan jawaban."Danu, anak buahku menemukan bukti baru. Kalau semua barang yang dikembalikan konsumen telah digantikan milik Tanaka.""Benarkah?""Iya, ini adalah salah satu konsumen setia yang membeli barang dari Tanaka. Mereka bilang Tanaka memasukkan semua kain untuk dijual ke pedagang Malaysia. Tapi kualitas bahannya kurang baik.""Itu berarti Tanaka ada di balik semua insiden penukaran barang itu.""Mungkin saja. Tapi Pak Dani masih bungkam. Tidak mau berterus terang siapa dalang di balik layar.""Kita harus segera menghentikan Tanaka. Agar kerugian tidak semakin bertambah parah.""Aku sudah memberi diskon pada pelanggan. Untuk meningkatkan kepercayaan mereka.""Bagus kalau begitu. Aku akan segera mencari bukti.
Baca selengkapnya
Bab 64. Balasan Langsung Tunai
Bab 64. Balasan Langsung TunaiRuang pemeriksaan masih tertutup rapat. Aku dan Sakira sudah menunggu Jodi selama satu jam. Namun, dokter belum juga ada tanda-tanda keluar. Sakira mondar-mandir dengan gelisah di depan ruang IGD.Tubuhnya yang ramping terlihat kurus kering. Aku sudah mengusahakan sebatas kemampuanku. Akan tetapi, dia bukan lagi tanggung jawabku sebagai suami. Dunia kami sudah berbeda."Sakira, duduklah! Tenangkan dirimu jangan terlalu banyak pikiran. Pasti Jodi bisa sembuh. Dokter sudah mengusahakan yang terbaik.""Mas Danu, aku minta maaf," ucap Sakira berlutut."Apa yang kau lakukan, Sakira?""Aku memang pantas untuk dihukum, Mas. Semua ini karena kesalahanku yang menikah dengan Tanaka.""Semua sudah terjadi. Untuk apa disesali.""Sebenarnya aku tahu kalau yang meracuni Rafa adalah Tanaka.""Jadi ….""Iya, Mas. Aku tahu rencana Tanaka yang membayar Elma untuk meracuni Rafa agar tidak bisa ikut lomba. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku memang Ibu yang bodoh dan t
Baca selengkapnya
Bab 65. Maaf, Kita Hanya Mantan
Bab 65. Maaf, Kita Hanya MantanMalam semakin larut diiringi suara binatang malam. Menambah suasana menjadi mencekam. Kuantarkan kembali Sakira ke rumah sakit. Mungkin Jodi sudah bangun. Sedang mencari ibunya.Tak ada percakapan sepanjang jalan. Hanya iringan musik syahdu mengantarkan kami hingga sampai di depan rumah sakit."Mas Danu, terima kasih telah mengantar dengan selamat sampai di sini," ucap Sakira datar. Pandangannya kosong menatap kegelapan malam."Iya, tak apa. Lain kali kalau kau butuh uang katakan saja. Mungkin aku bisa membantumu.""Aku malu harus merepotkanmu terus, Mas. Selama ini Mas Danu selalu membantuku.""Selagi aku bisa pasti akan membantumu, Sakira. Masalah finansial tidak usah kamu khawatirkan. Sekarang aku sudah punya segalanya. Bukan bermaksud untuk menyombongkan diri. Tapi aku pernah merasakan berada di posisimu. Pasti sulit karena tidak punya uang. Terlebih lagi ditinggalkan oleh orang yang sangat kita cintai," ucapku sarkas."Iya, Mas benar. Semua bisa di
Baca selengkapnya
Bab 66. Bukan Maksud Menolak
Bab 66. Bukan Maksud MenolakKupandangi gadis berkulit putih itu, lalu membuangnya sembarangan arah. Sadar, kalau dia bukanlah muhrim. Walau Rani mendekatkan kami, namun aku yakin hatinya terluka. Memang bibirnya berkata tidak, tetapi dalam hati siapa tahu.Bukan aku tak berani memandang wajahnya berlama-lama. Akan tetapi, aku takut jatuh cinta. Aisyah gadis baik-baik juga dari keluarga terkenal. Pria mana yang mampu menolak pesonanya. Dia cantik, berpendidikan tinggi. Juga sopan dalam bertutur kata."Mas Danu, tolong temani Mbak Ais ngobrol, ya. Aku mau membuatkan minuman dulu di dapur," ucap Rani melangkah pergi.Siang itu, Aisyah datang ke rumah menjenguk Rani. Setelah pulang dari rumah sakit. Kebetulan jadwal dia sibuk bekerja mengajar di pondok. Jadi, Aisyah baru menjenguk, ketika Rani pulang dari rumah sakit."Tidak usah repot-repot, Dek Rani. Air putih saja," ujar Aisyah mengulas senyum."Ndak apa-apa, Mbak Ais. Silahkan dilanjutkan obrolannya. Aku mau ke belakang sebentar.""T
Baca selengkapnya
Bab 67. PDKT
Bab 67. PDKTSiang itu, matahari terasa terik menyengat. Sudah satu Minggu hujan tak lagi turun seperti biasa. Di awal tahun musim panas kembali bersemi. Aku pulang lebih cepat, karena badan sedikit kurang enak. Banyak tugas kantor membuat kepala terasa penat.Sebelum pulang ke rumah aku sengaja mampir di sekolah Rafa. Sambil menjemputnya pulang juga. Sopir yang biasa mengantar Rafa sekolah ada urusan lain. Jadi, kuputuskan saja untuk singgah sekalian.Sampai di depan sekolah mobil segera diparkirkan di pinggir jalan. Kuraih ponsel dalam saku jas. Ingin melihat pesan apakah Rani memberi kabar. Sudah sejak kemarin dia tak pernah mengirimkan pesan. Mungkin masih marah karena aku menolak perjodohan dengan Aisyah.Pesan Whatsapp sepi. Bahkan, tak ada ucapan sekedar basa basi. Mungkin Rani merajuk karena aku tak menggubrisnya. Ah, biarlah pikirku. Nanti juga dia akan baik sendiri. Wanita semakin merajuk susah untuk didekati."Maaf, Tuan. Sedang menunggu siapa?" tanya satpam penjaga. Suara
Baca selengkapnya
Bab 68. Pilihan Sulit
Bab 68. Pilihan SulitSudah lebih tiga jam Rani mengurung diri di kamar. Bahkan, sejak dari kemarin dia tak mau keluar menemuiku. Setelah menyiapkan sarapan dia mengunci diri di kamar. Membiarkanku menyelesaikan sarapan sendirian.Selesai sarapan aku berdiri di depan pintu. Mondar mandir dari tadi. Mungkin sudah satu lebih dari satu jam. Mataku terus saja fokus menatap pintu kamar. Ingin mengetuk pintu, tetapi takut Rani masih ngambek. Kemarin aku ketahuan jalan bareng dengan Aisyah.Tok tok tok!Kuketuk pintu pelan. Mencoba berbicara dengan Rani. Mudah-mudahan saja dia mau keluar. Beruntung jika dia tak ngambek. Jika merajuk alamat aku yang susah."Dek, ayolah keluar! Abang mau bicara sama kamu."Hening. Tak ada jawaban dari Rani. Dia masih saja bersembunyi di dalam kamar. Aku sudah melewatkan waktu untuk bekerja di kantor. Padahal, ada rapat penting untuk membicarakan masalah bisnis. Bisa-bisa kakek menegurku kalau terus-terusan terlambat datang."Dek, Abang minta maaf kalau salah s
Baca selengkapnya
Bab 69. Permintaan Gila
Bab 69. Permintaan GilaAku diam memandangi Rani. Kini, kami bertiga duduk di meja yang sama. Sengaja Rani mengajakku dan juga Aisyah pergi ke sebuah restoran. Sebelum pergi Aisyah menitipkan ayahnya pada Ayuni. Pamit sebentar untuk berbicara dengan Rani.Wajah Aisyah terlihat menunduk. Meremas ujung ijabnya tanpa berani menatapku. Sementara, Rani hanya memperhatikan gadis cantik di depannya dengan tatapan intens."Mbak Ais, aku bisa menyediakan dana yang Mbak butuhkan," ucap Rani memecah keheningan.Untuk sesaat Aisyah menatapku. Walau sedikit heran dengan bantuan yang ditawarkan oleh Rani, tetapi sesaat kemudian, wajah Aisyah berubah semingrah. Seolah baru menang lotre dengan hadiah besar."Benarkah Dek Rani mau membantuku?""Benar, Mbak.""Alhamdulilah, makasih kalau begitu, Dek. Aku tidak akan melupakan budi baikmu. Sudah mau menolong Bapak," ucapnya girang. Bisa kulihat senyum terbit dari bibirnya. Hingga memperlihatkan lesung pipi yang semakin menambah kecantikannya."Tapi denga
Baca selengkapnya
Bab 70. Akad Nikah
Bab 70. Akad NikahLangit malam semakin pekat. Gerimis turun membasahi bumi. Tepat di ruang inap rumah sakit Pak Dahlan berbaring aku, dan Aisyah duduk bersanding. Penghulu hadir sebagai wali hakim. Sekaligus orang yang akan menikahkan kami.Disaksikan oleh kakek, Rafa, Rani dan juga Arga. Aku menikahi Aisyah sesuai hitam di atas putih, yang telah disepakati bersama. Antara Rani dan Aisyah. Tidak ada pesta atau jamuan makan malam. Layaknya menyambut pengantin baru.Juga baju pengantin yang dikenakan Aisyah. Seperti pada gadis yang lain saat pertama kali menikah. Hanya ada air botol mineral sebagai formalitas menyambut para tamu.Rani hanya membeli seperangkat alat salat untuk Aisyah. Juga baju kebaya putih yang sederhana. Sebagai bentuk penghormatan untuk istri muda. Meski usia Rani dan Aisyah hanya bertaut beberapa tahun. Akan tetapi, Aisyah menjadi adik madu.Sampai acara lewat beberapa menit minuman dalam wadah botol plastik itu, masih tetap utuh. Tak ada yang menjamah walau sekeda
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status