Home / Romansa / SAYUR KENTANG LIMA RIBU / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of SAYUR KENTANG LIMA RIBU: Chapter 31 - Chapter 40

92 Chapters

MUNGKINKAH BERTEMU LAGI?

Seorang wanita berjalan cepat melewati beberapa deret pintu kamar kos yang ia tempati sembari terus menahan bulir bening yang jatuh dari matanya. Ia membanting pintu kamarnya sangat keras sebelum mengambur ke ranjang untuk melepaskan rasa sesak didadanya. Ia tak peduli dengan suara panggilan dari teman-temannya diluar yang mungkin melihatnya masuk dalam keadaan kacau karena yang diinginkan saat ini hanya menangis hingga puas untuk meluapkan amarahnya.“Aghhh,,, sialan kau janda gatal!” geram Sila sembari terus membenamkan wajahnya ke bantal.Ia benar-benar menyesal pernah bermain-main dan menyia-nyiakan Tanto saat mereka masih menjadi sepasang kekasih. Walaupun berkali-kali ia memohon hingga rela menjadi hanya dekat sebagai teman, nyatanya saat ini Sila telah kalah dengan seorang janda beranak dua yang kini benar-benar menguasai seluruh mantan kekasihnya.Awalnya Sila mengira Tanto hanya menikahi Rini karena terpaksa sebagai pelampiasan atas kandasnya hubungan mereka. Karena pada ken
last updateLast Updated : 2023-07-27
Read more

BERTEMU LAGI

Budi mendudukkan bayi mungil yang baru saja menginjak hampir tujuh bulan pangkuannya. Badannya sedikit deman karena perjalanan panjang yang baru saja dilaluinya. Terhitung hampir lebih dari seminggu ia dan Budi habiskan dalam perjalanan pulang baik jalur laut ataupun darat. Setelah lama menunggu Budi akhirnya mendapat kesempatan untuk kembali ke rumah. Dengan menumpang perahu pembawa kayu milik kenalannya akhirnya ia sampai di kampung halamannya dua hari yang lalu.Memandang hiruk pikuk kampung yang sudah lama ia tinggalkan membuat Budi kembali mengingat kenangan masa lalunya saat ia masih berkeluarga dengan Rini. Sekelebat bayangan betapa menderitanya hidup Rini dan keluarganya terlintas saat ia melihat rumah yang dulu ia tempati yang sekarang dibiarkan tak terurus.“Mas, sini Rio biar aku yang pegang, katanya mau bersihkan rumah. Enggak enak kalo terus menumpang di rumah Mbak Farida,” ucap Ningsih mengambil alih bayinya.Tanpa menjawab Budi segera beranjak berjalan ke rumah lama ya
last updateLast Updated : 2023-07-28
Read more

NGERI

“Apa kabar, Rin?” tanya Budi gemetar.“Ba-baik, Mas,” jawab Rini ragu. Sejenak mereka hanya terdiam larut dalam pikiran masing-masing. Kenangan indah juga kejadian buruk yang telah mereka lalui seolah melintas di depan mereka. Kejadian demi kejadian dimulai dari awal bertemu, menjadi sepasang kekasih, menikah hingga kandasnya keluarga mereka seolah di putar kembali.“Boleh aku mau ketemu Ari dan Bagus, Rin?” Suara Budi memecahkan lamunan Rini.“Silakan, Mas. Nanti aku panggilkan. Silakan duduk dulu, Mas.” Rini berbalik meninggalkan Budi dan Bapak di teras.Walaupun ada banyak kata yang telah Rini persiapkan jika bertemu Budi, namun tak ada satupun yang bisa keluar dari mulutnya. Rasa sakit yang selama ini ia pendam untuk dilampiaskan pada lelaki yang telah tega menyakitinya itu perlahan hilang seiring dengan rasa bahagia yang didapatkan dari Tanto. Rini malah ingin berterima kasih pada Budi karena dengan ia selingkuh, kini Rini mendapatkan lelaki yang benar-benar membuatnya bahagia.
last updateLast Updated : 2023-07-29
Read more

MATRE

“Hay, teman enggak ada akhlak, kamu beneran enggak mau main ke rumahku? Kebangetan banget kamu, ya? Pokoknya hari ini kamu harus ke rumahku, aku udah masak banyak, udah nyiapin jajan juga, kalo kamu enggak datang hari ini, kita putus!”Rini tertawa mendengarkan ocehan Wulan di telepon yang panjang bak kereta api. Awalnya ia menelepon untuk mengabarkan jika ia akan datang hari ini, eh belum sempat ngomong udah kena semprot duluan.“Iya, iya tuan putri, nanti aku ke situ kok. Siapin makanan yang enak-enak, soalnya aku sampai sore di situ,” jawab Rini santai.“Wah, bagus, dong! Kita nanti bisa ke kang mie ayam langganan kiya yang di pasar dulu.”“Iya, iya, ya udah aku siap-siap dulu, ya?” Rini menutup teleponnya.Sejak semalam, Rini memang sudah berniat mengunjungi rumah Wulan hari ini. Ia harus menyempatkan diri berkunjung sebelum kembali ke kota beberapa hari lagi. “Ayok, Rin! Nanti kita kesiangan. Temanku udah nunggu soalnya,” ajak Tanto yang melihat istrinya sudah rapi.“Iya, Mas.”
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more

KELUARGA

Sudah hampir satu jam seorang pemuda belasan tahun duduk gelisah di teras rumah bercat biru langit itu. Sesekali ia melirik ke arah jalan, berharap teman perempuan yang ia tunggu segera datang. Tiga hari lagi libur sekolah telah usai, dan ia harus kembali ke kota esok hari.Berulang kali Ari melihat jam di ponselnya. Sudah hampir tengah hari tapi Juwita tak kunjung pulang. Jika saja ini bukan hari terakhirnya di kampung kakeknya, sudah pasti ia memilih pulang dan kembali lagi esok hari. Namun ini adalah kesempatan terakhirnya untuk menemui teman wanita yang selama ini dirindukannya. Hampir sepuluh hari mudik, ia sama sekali belum menemui Juwita. Bukan tak ingin, tapi ia terlalu malu menampakkan batang hidung di hadapan wanita bergigi kelinci itu.“Cari siapa, ya?” Ari mendongak mendengar suara yang sudah lama ia ingin dengar. Terlalu fokus bermain game membuatnya tak sadar akan kedatangan anak perempuan berjilbab hitam yang baru saja turun dari sepedanya.“Wita...” lirih Ari sembari b
last updateLast Updated : 2023-08-01
Read more

CERITA KELAHIRAN

Rini memindai tubuhnya yang semakin melebar di depan cermin. Ia tersenyum melihat perut buncitnya dibalik daster pink bermotif bunga yang ia kenakan. Kehamilannya yang sudah menginjak sembilan bulan membuat semakin payah dalam bergerak yang membuat wajahnya terlihat pucat karena kelelahan. Ia terkadang heran mengapa sering merasa lelah padahal pekerjaannya sehari-hari tak begitu banyak. Rini setiap hari hanya bertugas memasak karena Tanto memperkerjakan orang untuk mencuci dan bersih-bersih rumah yang akan datang dua hari sekali.Pandangan Rini beralih pada jam dinding yang sudah menunjuk angka sebelas. Ia terus mondar-mandir di dalam rumah karena ia sama sekali belum mengantuk. Seharusnya tubuhnya yang lelah membuatnya cepat memejamkan mata, namun semua itu tak bisa Rini lakukan karena suaminya belum pulang. Ini memang bukan pertama kalinya Tanto pulang larut malam, tapi kali ini Rini merasa sedikit khawatir karena suaminya tak membalas pesan juga tak mengangkat teleponnya sejak emp
last updateLast Updated : 2023-08-02
Read more

PROGRAM KEDUA

Tanto terus memandang bayi merah yang terbaring lemah dalam bok kaca. Hatinya yang tadi dipenuhi rasa bahagia seketika berubah nelangsa saat dokter mengabarkan jika anak yang baru saja di lahirkan memerlukan penanganan khusus karena ada organ dalam yang belum sempurna yang diakibatkan oleh usia kandungan yang belum cukup bulan. Hatinya benar-benar hancur saat melihat beberapa alat yang dipasang pada tubuh bayinya. Tangannya terulur menyentuh dan menempelkan dahinya ke jendela kaca dan tak lagi memedulikan rasa sakit dan perih di wajahnya saat bergesekan dengan benda bening di depannya.“Kuat ya, Sayang. Ayah di sini, Nak,” gumam Tanto dengan bibir bergetar.Orang tua mana yang tak hancur melihat buah hatinya yang baru saja di lahirkan harus berjuang sendiri di tempat berukuran kurang dari satu meter itu. “Mana anak kita, Mas? Kenapa enggak langsung dibawa ke sini?” Pekik Rini saat melihat Tanto datang dengan wajah kacau. Semua kekhawatiran Rini pada suaminya seakan hilang berganti d
last updateLast Updated : 2023-08-04
Read more

MENGUJI KESABARAN

"Kalo kamu yang hamil, aku oke saja. Lagian kamu juga enggak nemenin aku lahiran, ayah macam apa kamu?” Rini memandang tajam pada lelaki yang memasang wajah tak berdosa di sampingnya. Sejak semalam pembahasan mereka tentang menambah anak belum juga selesai.Wajah Tanto yang tadinya semringah sembari memandang wajah bayi yang sama persis dengannya seketika berubah menciut. Rasa bersalah kembali muncul dihatinya karena membiarkan istrinya berjuang sendiri. Ia bahkan sama sekali tak tahu kondisi Rini sebelum memasuki ruang operasi. “Maaf ....”“Tak apa, Mas. Berjanjilah untuk tidak bertindak gegabah lagi. Semua permasalahan pasti mempunyai jalan keluar tanpa harus menggunakan kekerasan.”“Iya, Sayang ...” Tanto mengecup lembut bibir Rini. Ia selalu gemas saat Rini berbicara sok bijak.“Heh, Tahan! Istri baru seminggu lahiran udah nyosor aja,” pekik salah seorang lelaki yang baru saja masuk diikuti beberapa orang di belakangnya.“Siapa yang nyuruh kalian masuk?” Tanto menghampiri beberap
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

RUMIT

Langit masih gelap dan udara benar-benar terasa menusuk tulang saat Rini beserta suami dan anaknya tengah sibuk bersiap pulang kampung. Tengah malam tadi Dwi menelepon jika kondisi Bu Riyati semakin melemah yang membuat mereka berinisiatif pulang saat itu juga. Masih dalam keadaan setengah sadar Ari dan Bagus mengemas pakaian masing-masing ke dalam tas. Begitu juga Rini dan Tanto yang sedang mengemas segala keperluan Rafif. Bepergian membawa bayi memanglah hal yang sangat merepotkan dan nahasnya mereka harus mempersiapkan secara mendadak. Sejak kepulangan Ibu bersama Dwi lebih dari enam bulan yang lalu, Rini memang belum pernah sama sekali membawa Rafif mengunjungi neneknya. Selain karena cuti tahunan Tanto habis, kedua anaknya yang bersekolah juga tak memungkinkan mereka untuk sering bepergian. Apalagi dengan jarak tempuh yang lumayan jauh membuat Rini berpikir ribuan kali untuk membawa bayi yang belum genap berumur setahun itu.Sebenarnya mereka sudah berniat pulang kampung saat l
last updateLast Updated : 2023-08-06
Read more

HANCUR

Tanto menyentuh gundukan tanah merah yang terlihat masih basah dengan banyak taburan bunga yang mulai layu. Tepat seminggu setelah Ibunya tiada Tanto kembali ke tempat pembaringan terakhir wanita terpenting dalam hidupnya. Mungkin setelah ini ia tak bisa sering-sering datang karena esok hari ia dan keluarganya harus kembali ke kota.“Bu, besok Tanto mau berangkat. Tenang disana ya, Bu,” pamitnya sembari mengelus nisan kayu bertulisan Riyati .Memang tak mudah menerima kenyataan jika wanita yang melahirkannya telah berpulang untuk selamanya. Namun kematian adalah hal yang mutlak bagi setiap makhluk yang bernyawa dan jika saat itu datang tak maka tak ada satu pun yang mampu menghindarinya.Tanto berjalan pelan meninggalkan makam Bu Riyati, baru sepuluh langkah ia berhenti dan menoleh sejenak kemudian melayangkan senyum sebagai isyarat jika ia telah mengikhlaskan kepergian Ibunya dan siap menjalani hari-harinya kembali“Sudah siap semuanya, Sayang?” Tanto yang baru saja pulang langsung
last updateLast Updated : 2023-08-08
Read more
PREV
123456
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status