Home / Pernikahan / Luka di Balik Senyum Istriku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Luka di Balik Senyum Istriku: Chapter 21 - Chapter 30

112 Chapters

21. Kecewanya Seorang Ibu

Sebisa mungkin Najma menahan air matanya agar tak jatuh. Sungguh, perkataan adik madunya sangat menyakitkan hatinya."Mbak, ku harap kau bisa mengerti akan setiap perkataanku. Aku tahu, aku hanya istri kedua, tapi apa salah jika aku ingin menjalani pernikahan seperti pernikahan pada umumnya?"Salwa kembali membuka suaranya setelah terjadi keheningan yang cukup lama tercipta di antara mereka. Kata-kata itu semakin membuat Najma merasakan sesak pada dadanya."Menjalankan pernikahan pada umumnya? Maksud kamu yang setiap hari bisa selalu bersama mas Hamdan? Bisa menguasai dia sepenuhnya dan memusatkan perhatian dia sepenuhnya padamu, begitu? Apa kamu ingin aku mundur, Salwa? Apa kamu ingin aku menyerah dan kamu jadi satu-satunya istri seperti pernikahan orang-orang pada umumnya yang hanya ada satu istri dan satu suami?""Bukan itu maksudku, Mbak! Aku hanya ingin merasakan indahnya awal pernikahan dengan berbulan madu bersama mas Hamdan tanpa mas Hamdan yang merasa berat buat meninggalkanm
Read more

22. Koper di Pojok Kamar

"Ingat, Hamdan bukan tak mau membawamu berbulan madu, tapi dia menunggu waktu yang tepat untuk membawamu bulan madu. Jika kalian pergi sekarang, bukan tidak mungkin kalian tak akan bahagia karena fikiran Hamdan selalu tertuju pada istri pertamanya yang sedang tidak baik-baik saja kandungannya."Salwa mencerna perkataan sang ibu, hatinya membenarkan apa yang diucapkan ibunya, bahwa tak mungkin Hamdan akan fokus pada bulan madu mereka karena memikirkan istri satunya yang sedang mengandung dan kondisi janin yang lemah."Cobalah petik hikmah di balik kejadian ini, jangan pikirkan sakitnya, tapi dampak setelahnya.""Terimakasih, Bu. Terimakasih sudah menjadi orang tua terhebat buat Salwa, maaf Salwa belum bisa bahagiakan ibu, maaf Salwa selalu buat ibu kecewa. Maaf Salwa tak pernah mendengarkan nasihat ibu. Salwa janji akan menjadi istri yang Sholehah buat suami Salwa dan juga adik yang baik buat madu Salwa.""Kamu putri ibu, Nak. Kamu satu-satunya yang ibu mi
Read more

23. Honeymoon

"Abah, terimakasih sudah membawa ummi ke tempat yang begitu indah ini," Salwa duduk bersandar di bahu Hamdan sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa tubuh mereka. duduk di sebuah kursi panjang di halaman penginapan sambil menikmati indahnya laut yang berwarna biru membuat mata enggan melepas pandangan. "Semoga ummi bahagia," "Ummi sangat bahagia, Abah." "Mau berenang?" tawar Hamdan kepada istri yang saat ini tengah berada dalam pelukannya. "Nggak Abah, gini ajah." Hamdan sudah berusaha sekeras mungkin menolak permintaan Najma untuk membawa Salwa berbulan madu, bukan tak mau membawa, tapi Hamdan menundanya karena khawatir akan kondisi kandungan Najma yang lemah. Najma dengan gigih memaksa Hamdan untuk tetap pergi, dan terus mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Karena paksaan dari istri pertamanya, akhirnya Hamdan mau berangkat membawa Salwa bulan madu. Namun, meskipun begitu Hamdan tak mau seperti orang yang terpaksa menjalani bulan madu ini. Ia tak mau membuat istri k
Read more

24. Permintaan Maaf Salwa

"Maafkan, aku Mbak. Maafkan atas semua ucapanku yang menyakiti hatimu, Mbak. Aku janji, aku akan berubah menjadi lebih baik lagi. Aku akan berusaha menjadi adik yang baik untukmu. Mohon, maafkan aku, Mbak." Salwa menunduk dengan bahu bergetar dengan kedua tangan menggenggam erat tangan Najma yang masih terlihat kebingungan pasalnya datang-datang Salwa langsung menangis dan meminta maaf padanya.Saat ini Salwa sudah berada di rumah Najma untuk meminta maaf secara tulus kepada kakak madunya tersebut. Sehabis dari bandara, dia langsung menuju rumah kakak madunya tanpa pulang terlebih dahulu. Tadi malam, setelah selesai mengemasi pakaian untuk esok harinya, Salwa sudah mengatakan yang sejujurnya tentang apa yang ia katakan pada Najma kepada sang suami."Abah, boleh ummi minta waktunya sebentar?" tanya Salwa menghampiri Hamdan dan duduk di damping lelaki itu, saat Hamdan sedang mengecek beberapa email yang dikirimkan oleh sekretarisnya."Boleh," jawab Hamdan sambil mematikan ponselnya, "Ad
Read more

25. Kabar Dari Ibu Salwa

Umma, atas nama Salwa Abah benar-benar minta maaf atas segala sikap dan perkataannya." Hamdan membuka percakapan setelah sekian menit terjadi keheningan pasca mereka melepaskan rindu satu sama lainnya."Umma sudah memaafkan Salwa, Abah." Jawab Najma sambil mengeratkan pelukannya mencari kenyamanan dalam pelukan sang suami.Saat ini mereka tengah berada di kamar mereka. Saling mencurahkan rasa rindu karena tidak berjumpa selama dua pekan."Sayang, kapan jadwal untuk periksakan kandunganmu?" tanya Hamdan sambil memeluk sang istri dan mengusap perut yang terlihat sudah sedikit membuncit."Biasanya kemaren Abah, tapi Umma nunggu Abah dulu buat periksa anak kita." jawaban Najma berhasil menyentil hati Hamdan membuat lelaki itu merasa nyeri pada hatinya karena lagi-lagi dia belum bisa menjadi suami yang siaga."Benarkah Umma? Kalau begitu kapan kita ke rumah sakitnya, sekarang?""Jangan sekarang, Abah pasti lelah habis dari perjalanan jauh, besok saja." tolak Najma karena dirinya pun sedang
Read more

26. Periksa Seorang Diri

"Ya Allah! Baik, Bu, Hamdan akan segera ke sana."Melihat raut wajah Hamdan yang terlihat khawatir, membuat Najma juga ketularan khawatir entah pada siapa."Ada apa, Bah?""Salwa tak sadarkan diri, Umma. Kita harus ke sana dulu, baru kita barengan berangkat ke rumah sakit. Tak apa 'kan, Umma?""Iya, Abah. Tak apa."Akhirnya kini mereka berangkat menuju rumah sakit bersama. Salwa di letakkan di jok belakang dengan kepala di letakkan di pangkuan sang ibu. Sedangkan Najma tetap pada posisinya duduk di samping kemudi."Umma ambil antrian saja dulu, nanti Abah nyusul setelah membawa ummi Salwa ke ruang UGD," pinta Hamdan mereka sudah tiba di rumah sakit.Tanpa berpikir panjang, Najma mengiyakan usulan sang suami."Baiklah, Abah. Kalau begitu Umma ke poli kandungan dulu, semoga dik Salwa tidak apa-apa,""Iya, Umma. Umma hati-hati," pesannya sebelum membawa Salwa menuju ruang IGD untuk diperiksa."Iya, Abah."Najm
Read more

27. Tragedi Koridor RS

Mendengar itu, tanpa terasa air mata Najma menetes haru mendengar bahwa kandungannya sudah sehat, tidak lagi lemah. Namun, lagi hatinya terluka saat tak mendapati suaminya ada di sisinya. Namun, ia paksakan tersenyum saat dokter menatapnya dengan sendu. Bagaimana tidak di tatap demikian, wajah yang awalnya berbinar berubah menjadi sayu setelah di perdengarkan detak jantung sang bayi yang berdetak dengan sangat normal."Anda baik-baik saja?" tanya dokter khawatir."Saya tak apa, dokter. Saya baik-baik saja. Saya hanya terharu karena janin saya sudah sehat,"Setelah diperiksa dan mendapatkan foto hasil USG, Najma langsung berpamitan kepada dokter. Setelah keluar dari ruangan dokter Arini, Najma menuju apotek untuk menebus obat yang telah diresepkan.Selesai menebus obat, Najma kembali melanjutkan langkahnya menyusuri koridor rumah sakit untuk menemui suaminya yang mungkin masih berada di UGD. Buku KIA yang di dalamnya terdapat foto hasil USG terbaru dari ja
Read more

28. Keguguran

Maaf, kami tak bisa menyelamatkan kandungan Mbak Najma. Beliau keguguran, dan sebentar lagi akan dilakukan kuretasi agar darah benar-benar bersih dari rahimnya."Pernyataan dokter Arini membuat seluruh tubuh Hamdan terkulai lemas. Bayi yang selama enam tahun dia dan istrinya harapkan harus pergi terlebih dahulu sebelum dirinya melihat rupanya. Haruskah dia mengatakan bahwa dunia begitu kejam? Kenapa harus diambil sebelum dia dan Najma melihat rupanya? Belum cukupkah kesabarannya dan kesabaran sang istri selama enam tahun menantikan buah hati? Kenapa harus menunggu lagi?Jangankan Hamdan, dokter Arini saja merasa tak percaya akan apa yang terjadi pada Najma hari ini. Padahal tadi dia melihat Najma begitu bahagia karena kandungannya tak lagi lemah. Bayinya sehat dan tumbuh dengan sangat baik, tapi sungguh takdir tak dapat di tebak. Hanya berselang beberapa menit, janin itu sudah pergi menghadap Sang Pencipta."Ya Allah, aku percaya Engkau tak akan menguji hamba-Mu di luar batas kemampua
Read more

29. Marahnya Wanita Penyabar

Assalamualaikum,"Ucapan salam dari arah pintu membuat ketiga orang yang tengah terdiam di dalam ruang rawat Najma itu menolehkan suaranya ke asal suara. Bingung? Tentu saja. Mereka tak tahu siapa orang-orang itu yang kini tengah berdiri di ambang pintu, tapi tak urung mereka menjawab salam dan mempersilahkan mereka masuk."Begini, kedatangan kami kesini mau meminta maaf kepada keluarga mbak yang kini tengah terbaring di brankar ini." kata ibu Risfan memulai obrolan."Maksudnya gimana ya, Bu?" tanya Salwa sambil beranjak dari tempat duduknya."Maafkan saya, Mbak. Saya yang nggak sengaja nabrak mbak ini hingga membuat beliau keguguran. Saya benar-benar minta maaf, saja janji saya akan tanggung semua biaya rumah sakit."Mendengar itu, Hamdan langsung saja melayangkan pukulannya ke wajah Risfan membuat lelaki tersebut tersungkur.****"Astagfirullah, Abah." Salwa memegangi tangan Hamdan yang hendak maju untuk kembali memukul lelaki yang
Read more

30. Ratapan Luka Najma

"Yang kuat ya, Mbak. Ikhlaskan! Insyaallah Allah punya rencana yang terindah untuk mbak Najma."Dokter Arini berusaha menguatkan Najma yang sedari tadi hanya diam dengan pandangan kosong, tapi air matanya tak berhenti mengalir. Bahkan saat dilakukan kuretasi, Najma mengikuti semua instruksi dengan hanya diam tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya.Wanita yang panda menyembunyikan lukanya dibalik senyuman yang selalu ia umbar, wanita yang terlihat tak pernah sedih, wanita yang begitu pandai untuk terlihat selalu baik-baik saja, kini tak lagi bisa menyembunyikan lukanya. Senyumnya kini telah sirna terhapus air mata yang tiada hentinya mengalir. Tatapannya kosong. Luka yang selama ini disembunyikannya rapat-rapat, kini telah muncul ke permukaan terlihat dari kedua matanya yang begitu tergambar jelas bahwa wanita pemilik manik hitam legam itu begitu terluka. Luka yang selama ini menumpuk dan terbungkus rapi, kini keluar sudah semuanya.Najma menolehkan kepalanya kepada dokter Arini ya
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status