Semua Bab Aku dan Ayahku Super Tajir Melintir: Bab 21 - Bab 30

107 Bab

Permintaan Aneh Anggara

Pen masih bergetar. Bagaimana bisa, dia lupa jika tubuhnya berwujud Ana. Anggara malah menepuk-nepuk wajahnya berkali-kali. Dia menarik pipi wajah Ana, seakan ingin menarik kulitnya."Aww, perih!" teriak Pen. "Udah, hehe," lanjutnya meringis. Pen berusaha membuat kemarahan Anggara mereda. Mungkin dengan cara yang melintas di pikirannya saat ini bisa dia lakukan. "Ana, atau siapa kau. Setan, kunti, dedemit? Argh, cepat akui saja!" bentak Anggara. Namun, dia mengernyit saat melihat wajah Ana. Pen memasang wajah memelas. Mulutnya ke bawah seperti badut saat menangis."Jangan berpura-pura. Kau tidak bisa mengelabuiku. Ayolah, aku tidak bisa melihat wajah itu." Anggara semakin memegang kepalanya ketika Pen mulai sesenggukan. Dia tidak bisa melihat wanita menangis. Apalagi anaknya sendiri.Sebelum bertemu dengan Pen, Anggara sosok yang sangat dingin dan super jutek. Semua orang dianggapnya rendah. Bahkan saat berjalan pun, dia tidak pernah memandang semua orang. Tapi, semua berubah sejak d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-23
Baca selengkapnya

JUMPA PERS

Ana masih saja meringis. Dia berusaha mengatasi dirinya. Dia hanya sedikit saja mengetahui masa lalunya. Amara menampik tangan Ana yang masih mencubit pipinya."Jangan menyentuhku, wanita sialan," umpat Amara."Ah, Tante. Kenapa seperti itu dengan keponakan sendiri?""Keponakan? Kau salah besar!" Amara menyodorkan kertas berisi tes DNA. "Kau bukan anak kandung kakakku. Makanya aku membuangmu. Kau bukan siapa-siapa.""Sudahlah!" Nyai berdiri di antara mereka. "Aku sudah menduganya. Dia menyerahkan dirinya begitu saja kepada lelaki tidak dikenal. Dan, anakku korbannya--""Ibu!" teriak Anggara. Dia menarik Ana dan berdiri di hadapan ibunya. "Aku yang salah. Saat itu aku masuk dan melakukannya. Jika aku lelaki baik-baik, aku tidak akan melakukan hal biadab itu. Aku yang bersalah, Ibu.""Cukup!" Nyai berteriak. Dia mendekati Anggara dan memegang kedua pundak anaknya. "Untung saja ada adikmu. Kalau tidak, kau malah akan terjebak."Ana mengepalkan kedua tangannya. Dia tidak akan terima sang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-30
Baca selengkapnya

Akhirnya Berpisah Sementara

Ana dan Pen saling menatap. Anggara keluar mobil dan membuka pintu belakang. "Keluar!" bentak Anggara. Kedua wanita di hadapannya itu keluar dalam keadaan cemas. Apalagi Pen tidak pernah melihat Anggara sangat marah seperti itu."Jangan berbelit. Katakan siapa Pen, trus Ana. Kalian sangat membingungkan!" Anggara mendekati Ana dan menatapnya tajam. Lalu, bergantian dengan Pen."Kalian memang sangat berubah. Tidak seperti biasanya. Aku yakin kau bukan Pen!" tunjuknya ke arah Ana. "Dan kau bukan Ana!" tunjuknya ke arah Pen.Ana dan Pen saling menatap. Kedua mata Ana mengeryip, memberikan kode kepada Pen. Sementara, Pen mengedipkan salah satu matanya ke arah Ana. Anggara yang melihatnya menjambak rambutnya sendiri karena frustasi. "Argh!" teriaknya lalu berdiri di antara mereka. "Ini benar-benar sangat membuatku gila."Mereka terkejut mobil Nyai dan Joko tiba-tiba datang. Wanita tua itu ditemani Amara dan Gracia mendekati Ana dan menampar keras. Namun, tamparan itu tidak sampai ke sasar
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-31
Baca selengkapnya

Menjadi detektif

"Ya Allah, Ana. Kamu itu mau ngapain? Masa aku masuk ke dalam kamarmu seperti ini, dan kamu itu wujudnya Ibu Pen. Kan aku jadi tidak enak lihatnya. Rasanya seperti melihat Ibuku sendiri. Gimana sih kamu ini?" Bambang kemudian menuju ke kursi mengambil keripik lalu membukanya dan segera memakan.Ana sangat kesal melihat sahabatnya seperti itu. Dia segera mendekat, kemudian merebut keripiknya. Bambang terkejut kemudian bersedekap menatap Ana dengan sangat kesal."Kamu itu tidak perlu seperti itu. Sudahlah. Sekarang kamu harus menolong aku untuk menyelesaikan masalah ini. Kita malam ini harus menjadi detektif dan kau harus ikut. Siapa lagi aku meminta bantuan kalau nggak sama kamu. Gimana sih?" Bambang kemudian meluruskan tangannya, lalu mendekati sang sahabat yang duduk di pinggir ranjang sambil mengurut pelipisnya. Dia sangat paham dengan kondisi Ana saat ini. Tapi untuk menjadi detektif dan mengikuti Amara, tante Pen yang sangat jahat itu, mana bisa? Dan semuanya pasti akan dipertaru
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-05
Baca selengkapnya

Akhirnya Mengakui

Pen semakin menatap Joko. Dia melotot tajam. Glek!Joko mengingat Pen ketika marah. Tidak ada ampun baginya."Katakan kepadaku, Joko!" bentak Pen keras."Saya mana tahu. Mereka pergi begitu saja.""Pen, Ana ... Ah, aku bingung. Kita sebaiknya mengikuti mereka saja. Ayo!" sela Mawar."Edi bagus," balas Joko."Edi?" tanya Mawar memegang kepalanya. "Maksudnya ide?" lanjutnya menunjuk Joko yang meringis menganggukkan kepalanya."Argh! Aku bisa gila!" teriak Mawar keras. Sementara Pen hanya menepuk jidatnya sebelum masuk mobil Joko."Kita ke mana?" tanya Mawar duduk di depan kursi kemudi."Mawar, kenapa kamu yang nyetir?" Pen menepuk pundak Mawar dari kursi belakang.Sang sahabat semakin frustasi. Dia tanpa sadar malah duduk di kursi kemudi. Joko segera keluar dan menuju pintu Mawar saat Pen semakin melotot."Mau aku hajar!" teriak Mawar sebelum memutari mobil lalu duduk di kursi samping kemudi."Saya tadi kan mau bilang--" ucap Joko berhenti saat Pen semakin melotot ke arahnya. Dia seger
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-05
Baca selengkapnya

Berusaha Mengerti

Anggara berjalan monfar-mandir. Dia masih berusaha menjernihkan kepalanya. Dia akan sangat malu sekali jika hal itu terjadi. "Ayah ...," panggil Ana pelan."Ra-den ...," ucap Bambang mengikutinya sangat pelan.Anggara tidak menghiraukan mereka. Dia masih berjalan mondar-mandir."Sudah aku bilang. Ayahmu pasti akan baik-baik saja," bisik Bambang semakin mendekati Pen.Anggara spontan menghentikan langkah. Walaupun wanita di hadapannya adalah Ana, dia masih cemburu saat lelaki lain mendekati. Spontan dia menarik Bambang agar menjauh dari tubuh Pen."Jangan menyenyuhnya, anak kecil!" bentak Anggara."Saya bukan anak kecil, Raden. Tubuh saya saja sangat besar. Masak, anak kecil," balas Bambang sewot. Tapi, dia segera menunduk saat Ana semakin melotot."Maksud aku umurmu itu. Kau itu gendut, tapi masih SMA. Argh! Aku semakin gila." Anggara mendekati Ana dan menariknya. Kembali mengawasi dari atas sampai bawah. Dia ingin membuktikan jika memang wanita yang di hadapannya memang bukan Pen, m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-05
Baca selengkapnya

Fitnah Mendadak

Joko sangat terkejut. Kenapa harus dia yang dihubungi pihak sekolah mengenai perihal tentang Ana? Apalagi ada kabar mengatakan jika Ana tertangkap karena menyimpan obat-obat terlarang. Ini memang cukup aneh. Tapi Joko menanggapinya dengan cukup santai. Pasti ada seseorang yang sudah mengatur ini semua."Joko! Kamu itu kenapa sih kok diem aja? Kamu nggak lihat itu Pen sudah menghajar Anggara. Semua pegawai melihat seorang anak berani dengan ayahnya. Mereka tidak akan pernah mengerti kalau itu sebenarnya bukan Ana," ucap Mawar dengan sangat cemas sambil menarik Joko yang hanya menatap sang majikan dengan sangat santai."Nggak usah ribet begitu. Sudah, aku lagi mikir sesuatu. Ini bacalah. Ada pesan yang dikirimkan ke ponselku." Joko menyodorkan ponselnya dan segera dibaca oleh Mawar."Apa?" Dia melotot tidak percaya kalau ternyata Ana menjual obat terlarang. Sedangkan yang berada di dalam tubuh Ana adalah Pen. Mana mungkin sang sahabat melakukan itu? Dan ini benar-benar sangat aneh."Ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-07
Baca selengkapnya

Bertemu Mbah Dukun

Ana dan Bambang sangat kebingungan. Mereka masih ingin bermain di sana. Tempat itu sangat luas dan mereka bisa menguasai arena bermain itu. Namun, ternyata Joko memaksa mereka untuk kembali karena ada sesuatu yang sangat buruk terjadi."Kamu itu tidak tahu orang lagi senang-senang. Ayahku sudah menyewa ini semua. Kenapa aku harus kembali? Bukankah seharusnya aku di sini seharian? Kan udah bayar mahal. Kenapa cuma sebentar aja? Belum ada 1 jam," protes Ana sambil berjalan. Sementara Bambang yang berada di sebelahnya menganggukan kepala dengan wajah yang memelas. Mulutnya saja turun ke bawah seperti badut."Ibu pen itu terkena masalah dan tubuhnya itu ... tubuh kamu. Otomatis kamu yang kena masalah," jawab Joko spontan membuat Ana menghentikan langkah. Padahal dia beberapa langkah lagi sampai di depan pintu mobil. Bambang pun spontan juga menghentikan langkah."Ibuku terkena masalah apa? Maksudnya?" tanya Ana sambil mengangkat kedua tangannya. Bambang menganggukkan kepala dengan cepat k
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-07
Baca selengkapnya

Melakukan Ritual

Ana dan Pen saling berpandangan, melempar senyuman. Mereka sangat bahagia ada jalan keluar yang bisa membuat tubuh mereka akan kembali menjadi normal.Anggara pun juga merasa lega. Dia bisa dengan leluasa akan mendekati Pen. Namun sebelumnya, dia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa sampai Ana di sekolahnya difitnah dengan sangat kejam seperti itu? Siapa yang sudah melakukannya? Namun, sekarang dia akan menahan sampai mereka berdua normal kembali."Bambang, kamu sebaiknya pulang saja. Nanti bapakmu mencari," ucap Ana kemudian keluar dari mobil. Pemuda itu masih saja mengikutinya."Jadi kita tidak jadi main detektif-detektifan?" bisik Bambang membuat Ana teringat kembali dengan rencananya itu. Dia ingin sekali mengikuti wanita itu dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, walaupun Ana tahu itu adalah resiko yang super sulit yang harus dia jalani. Tapi dia harus menerjang semua itu. Semua masa lalu dan misteri yang terjadi antara Amara dengan ibunya, harus Ana Bongka
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-07
Baca selengkapnya

Berdebat Hebat

Mereka berdua berteriak bersama-sama, kemudian sama-sama memegang dada. Mereka menepuk-nepuknya. Ternyata mereka gagal. Ritual yang sudah mereka jalani tadi malam tidak berhasil. Ana sangat kesal."Aku sudah tahu. Pasti Mbah yang sangat menyebalkan itu adalah dukun abal-abal. Tidak bisa membantu kita, Bu. Apakah kita selamanya akan terjebak seperti ini?" Ana kemudian keluar dari kamar mandi menuju kursi sofa dan duduk sambil menyandarkan kepalanya. Pen mengikutinya dari belakang dan duduk tepat di sebelah Ana."Sudahlah, pasti sesuatu yang dimulai akan ada akhirnya. Kalaupun kita harus menjadi seperti ini selamanya, mau bagaimana lagi?" ucap Pen yang membuat Ana terkejut. Dia seketika berdiri kemudian berkacak pinggang di hadapan sang ibu."Andaikan Ibu dari dulu memberitahu aku siapa ayahku yang sesungguhnya, dan kita tidak perlu berdebat seperti itu!" ucapnya dengan membentak. Pen semakin terkejut melihat kelakuan anaknya yang sangat berani seperti itu."Ana, jaga ucapanmu. Hei, kau
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status