Home / Pernikahan / WARISAN YANG DIRAMPAS / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of WARISAN YANG DIRAMPAS : Chapter 21 - Chapter 30

82 Chapters

21. KUA

Satu jam kemudian aku sudah menyelesaikan pekerjaan di dapur dan mencuci. Lalu beralih ke lantai atas untuk membersihkannya. Ketika melintasi ruang tengah di mana tangga berada, aku mendengar Mbak Ira sedang asyik menelepon. Entah dengan siapa, yang jelas sesekali tawanya terdengar sangat keras. Ini kesempatan bagiku untuk menggeledah kamar Mba Ira.Tanpa membuang waktu aku pun segera masuk kamarnya. Perlahan mulai mencari surat itu di tempat yang aku perkirakan menjadi penyimpanan benda itu. Pertama kali aku memeriksa lemari Mbak Ira yang terdiri dari lima pintu. Ini memang mungkin makan waktu cukup lama, maka aku hanya membuka laci, dimana biasanya orang-orang menyimpan surat berharga. Namun tak juga ketemu temukan, lalu beralih pada dua buah nakas yang berada di samping tempat tidur, di situ pun nihil. Hingga mataku tertuju pada meja rias, ada tiga buah laci di sana dan mungkin mereka menyimpan surat-surat itu di dalam laci meja rias.Namun sayangnya hanya satu laci saja yang bisa
last updateLast Updated : 2023-06-21
Read more

22. Amplop

"Ini kejadiannya sudah lama. Datanya mungkin sudah tidak ada di sini." Seorang pria berkacamata tebal membolak-balik poto yang kuberikan.Aku terdiam lalu saling tatap dengan Mas Fikri. Pernyataan yang barusan diucapkan oleh petugas KUA membuat harapanku memudar."Namanya sudah jelas, Nuning dan Rahman." Aku tak mau tinggal diam.Aku yakin petugas KUA ini bukan kesulitan mencari data pernikahan tersebut, namun sepertinya dia malas. Meskipun di zaman itu segalanya belum serba digital, tapi aku yakin ada arsip yang tersimpan."Alamat ini benar 'kan?" Aku menunjuk kota kecamatan yang tertulis dibalik poto itu."Benar. Ini alamat kantor KUA di sini.""Tolonglah Pak, saya sedang mencari keberadaan Ibu saya," pintaku sekali lagi."Baiklah, nanti kalian datang lagi setelah jam istirahat. Karena data yang tersimpan di dalam internet kami adalah beberapa tahun setelah tanggal pernikahan ini. Jadi kami harus mencarinya secara manual." Baru mendengar kesanggupan petugas KUA itu aku sudah bahagi
last updateLast Updated : 2023-06-21
Read more

23. Tawuran

"Dari beberapa motor yang diupload dan mengalami kerusakan, bahkan ada yang dibakar. Itu salah satunya milik Reno, Mas hapal betul plat nomornya.""Mudah-mudahan hanya motornya saja yang rusak.""Coba lihat ini, banyak yang upload di status WA." Mas Fikri menyodorkan ponselnya.Tanpa membuang waktu aku pun menerima lalu membuka aplikasi WA di ponsel Mas Fikri. Langsung membuka status WA temen-temen suamiku itu. Benar saja, berbagai video tentang kerusuhan tawuran di dekat pasar itu terekam jelas dan salah satu motor yang terbakar aku yakin itu punya Reno.Dan setelah kubuka, status lainnya menampilkan banyak korban yang sedang dirawat di rumah sakit. Salah satunya aku yakin adalah Reno, terlihat dari gelang yang dipakainya."Aku juga yakin kalau ini adalah Reno. Ya ampun, tapi kenapa Bang Usman dan Mbak Ira tidak menghubungiku? Malah Rendi sendiri yang menelepon?""Mungkin mereka sedang sibuk."Melihat musibah itu seharusnya Aku senang, lantaran ini bisa saja karena hukuman yang diber
last updateLast Updated : 2023-06-21
Read more

24. Dekat dengan Orang Lain

Tak kuhiraukan suara Bang Usman yang memanggilku. "Nur!" Namun langkahku terhenti ketika Bang Usman meraih dan mencekal lenganku. "Jangan dengarkan ucapan Mbakmu. Abang yang memanggilmu ke sini karena dari tadi Reno terus memanggilmu." Runtuh keegoisanku mendengar Bang Usman berkata seperti itu. Masuk di akal jika Reno lebih membutuhkan aku dari pada Ibunya. Anak itu lahir ketika aku masih duduk di bangku SMP. Sejak bayi Reno sering dititipkan pada Ibu, yang otomatis aku pun ikut mengurusnya. Maka tidak heran jika Reno dekat denganku. Hanya saja kalau masalah didikan, Mbak Ira memang dominan. "Begitu dia sadar dari kritisnya, kata pertama yang Reno ucapkan adalah namamu, Nur. Bukan Abang ataupun Mamanya."Karena aku masih terdiam, Bang Usman melanjutkan kalimatnya."Tinggallah, Dek. Biar Mas pulang bersama anak-anak. Tidak baik jika mereka berlama-lama di rumah sakit." Mas Fikri menghampiri lalu memberikan sejumlah uang padaku, katanya untuk bekal selama aku di rumah sakit. Aku i
last updateLast Updated : 2023-06-22
Read more

25. Anak Siapa

Selama 8 hari aku menemani Reno di rumah sakit, itu pun hanya dua malam saja aku minta izin pada Bang Usman untuk menginap di rumah. Kasihan anak-anak jika terus menerus aku tinggalkan. Selain itu, sebagai istri aku punya kewajiban untuk suamiku. Aku juga harus membujuk Reno dengan susah payah ketika aku izin pulang dulu. Anak itu benar-benar tidak mau jauh dariku, membuatku bingung harus bagaimana mengambil sikap. Aku kasihan pada Reno, tapi aku juga punya tanggung jawab pada keluargaku. Selama delapan hari itu pula aku harus menunda pencarian Bu Nuning. Padahal aku ingin segera kembali ke Cirebon untuk mendatangi KUA dan bertanya pada Ibu pemilik warung."Reno tidak mau aku tinggal, Mas. Bahkan dia memintaku untuk tinggal di rumah Bang Usman selama dia belum sembuh." Aku mengadukan hal itu pada Mas Fikri. Selain minta pendapat juga minta izin. "Ikut saja, Dek. Bawa Nisa sekalian. Biar Naya Mas yang urus di sini." Tak kusangka Mas Fikri mengizinkan aku."Tapi ... ""Mas tidak apa-a
last updateLast Updated : 2023-06-22
Read more

26. Tamu Sombong

"Reno?!"Aku dan Reno sontak menoleh ke arah pintu kamar secara bersamaan. Akan tetapi tidak ada siapa-siapa di sana. Padahal barusan aku mendengar seseorang memanggil nama Reno dan ku yakin itu adalah suara Mbak Ira."Ren!" Terdengar sekali lagi suara Mbak Ira, rupanya dia belum sampai pintu kamar ini, namun karena melengking jadi terdengar dekat. Akhirnya aku dapat bernafas dengan lega karena semula merasa khawatir Mbak Ira mendengar obrolanku dengan Reno. Bahaya!"Ya, Ma. Kenapa teriak-teriak, sih." Reno menggerutu dengan suara agak keras supaya terdengar oleh Mbak Ira yang masih berada di luar kamar."Mama mau ketemu temen dulu. Kamu enggak apa-apa 'kan sama Bi Nurma aja di rumah?" lanjut Mbak Ira sambil berdiri di pintu. Wanita itu sudah rapi dengan pakaian ala sosialitanya lengkap dengan sepatu dan tas bermerek yang ditenteng. "Nggak apa-apa, itu sebabnya aku meminta Bi Nurma tinggal di sini untuk sementara. Karena aku tahu bakalan nggak ada temennya. Mama mana mau menemani a
last updateLast Updated : 2023-06-22
Read more

27. Tahu Isi Cabe

"Ya enggak bisa, hanya mengandalkan doa itu sama aja bohong!"Mbak Diah spontan menoleh ke arahku sambil melotot. Aku hanya bisa geleng-geleng. Sombong sekali jika seorang manusia menolak untuk berdoa bahkan meremehkan kekuatan doa. Tapi untuk mendebatnya percuma juga orang seperti Mbak Diah ini tidak akan kalah dalam perdebatan. Yang dibahas pun pasti akan kemana-mana yang penting rame. "Mbak Diah mau minum hangat atau dingin?" tanyaku mengalihkan pembicaraan."Aduh, Nur. Pertanyaan kamu itu sepertinya kurang tepat. Ini 'kan sudah mulai siang, masa sih, aku minum yang hangat-hangat gitu? Pastinya dingin dan manis, dong."Setelah itu aku pun pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman dingin untuk Mbak Diah. Daripada terus bersamanya di kamar dan mendengarkan ucapan yang tidak berguna. Baru saja selesai membuat minuman tiba-tiba Fitri menghubungi."Ya. Ada apa, Fit?""Barusan ada Ibu-ibu mampir ke sini. Kalau tidak salah yang dulu pernah ke datang juga. Dia belanja lagi, gak banyak sih,
last updateLast Updated : 2023-06-23
Read more

28. Rasa Aneh

Aku mengulum senyum mendengar suaranya yang kepedesan. "Iya, sebentar!" Enak saja aku harus buru-buru ke sana. Nikmati saja sensasi cabe rawit itu dulu Mbak. Pedas 'kan? Tapi tidak lebih pedas dari mulutmu itu. "Tante Diah kenapa?" Reno yang juga mendengar teriakan Mbak Diah mungkin heran dan mendongak."Paling juga minta minum. Biarin aja, biar dia ambil sendiri," jawabku tanpa berniat buru-buru menghampiri Mbak Diah. Aku pun berpura-pura membereskan selimut dan ujung tempat tidur Reno lalu beberapa barang yang ada di kamar ini. "Mau nonton televisi?" tanyaku pada Reno yang sudah nyaman berbaring."Iya, deh. Lagian mau ngapain lagi. Paling tidur, dan ini masih sangat pagi," jawab Reno sambil tersenyum miring. Kasihan juga melihatnya. Reno yang sebelumnya energik, kini harus terus berbaring di tempat tidur.Kunyalakan televisi lalu menyimpan remote control-nya di dekat Reno. Supaya kalau anak ini ingin mengganti channel, bisa melakukan sendiri tanpa harus berteriak meminta bantuan
last updateLast Updated : 2023-06-23
Read more

29. Salah Tutup

Baju keduanya sudah basah oleh air satu gelas yang tumpah ke sana ke sini. Jika kupikir lagi, apa maksudnya Mbak Diah merebut gelas yang ada di tangan Mbak Ira. Lebih efektif lagi jika dia membiarkan Mbak Ira meminum air itu lalu dia sendiri mengambil gelas dan minum seperti semestinya. Jadinya mereka tidak perlu membuang waktu dengan memperebutkan gelas tersebut. Oh iya, aku tidak boleh lupa. Keduanya adalah orang licik dan serakah yang sama-sama ingin menang sendiri. Jika selama ini mereka berkolaborasi untuk mengerjaiku, kini saatnya mereka bersitegang satu sama lain. Prang!Aksi keduanya berhenti ketika gelas tersebut jatuh berantakan. Pecahan kacanya kemana-mana hingga keduanya spontan mundur. Mbak Ira yang berada di dekat meja makan, tak sadar melangkah seketika dan membentur meja lalu terjatuh miring hingga kepalanya mengenai kursi. Sementara Mbak Diah yang berdiri di dekat kulkas mundur dan membentur kulkas. Ia pun terjatuh seperti halnya Mbak Ira. Naasnya, pas bunga yang be
last updateLast Updated : 2023-06-24
Read more

30. Imitasi

"Jangan dulu menyalahkan aku, Mbak. Kondisinya tadi Mbak Diah sudah kepedesan, jadi aku buru-buru membuat minuman sehingga tidak aku lihat isinya. Yang kubaca hanya tulisan ditutupnya saja." Meski disengaja, aku harus tetap memberikan alasan yang masuk akal."Sudah, sudah! Tidak ada gunanya terus berdebat. Nurma, sekarang bikinin teh manis yang asli pakai gula, nggak pakai lama!" Mbak Diah melerai perdebatan kami, setelah itu dia pun keluar dari dapur. Sepertinya menuju ruang tengah kembali."Buatkan aku sekalian!" Mbak Ira pun menyusul Mbak Diah, "Jangan lupa bersihkan beling gelas dan air itu," lanjutnya sambil berlalu.Aku menjatuhkan bahu karena ujung-ujungnya aku juga yang kena imbasnya. Segera kubuatkan teh manis dengan gula asli untuk dua kakak iparku. Setelah itu aku membersihkan air dan pecahan gelas yang memenuhi ruang makan. Rencana untuk menggeledah kamar Mbak Ira hari ini gagal lagi lantaran Mbak Diah datang. ***Selepas maghrib, Nisa merajuk minta pulang. Anak itu beral
last updateLast Updated : 2023-06-24
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status