Home / Romansa / Kusesali Usai Istriku Pergi / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Kusesali Usai Istriku Pergi: Chapter 31 - Chapter 40

110 Chapters

31. Kejutan Dari Rio

Kejutan Dari Rio***"Mas, apakah benar yang dikatakan ibumu tadi kalau Alya akan tinggal di sini lagi?" tanya Sania ketika ibu dan Hanna sudah masuk kamar. Wajahnya yang tadi sempat terlihat bahagia, kini menjadi cemas."Iya, dia hanya mampir Sania. Kamu kan, dengar sendiri tadi." Aku mencoba menjelaskan.Sania mendengkus, melipat kedua tangannya di depan dada sambil menyandarkan punggungnya ke dinding. Dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Hal itu terlihat jelas dari raut wajahnya, dahinya berkerut serta dia beberapa kali menarik napas dalam."Sania ... terima kasih," kataku, hingga membuat wanita itu mengalihkan pandangan ke arahku."Untuk apa, Mas?" tanyanya sambil mengernyitkan dahi, lalu kedua bola matanya membulat penuh."Karena kamu sudah berusaha dengan baik hari ini, kamu juga sudah membuatkan kopi untukku. Kurasa, kamu berhak mendapatkan apresiasi dan ucapan terima kasih dariku," jawabku lirih, aku mencoba mengulas senyum untuknya, meskipun senyum itu kurasa sedikit kak
Read more

32. Menjadi Makcomblang

Menjadi Makcomblang***Aku masih mendengar cerita Rio tentang Alya, bagaimana dia yang saat itu merasa salut dan kagum kepada gadis itu, karena rela menyisihkan waktu luangnya untuk menjaga keponakannya. Juga saat dia melihat Alya begitu telaten merawat Laila ketika sakit.Ingin sekali aku menghentikan Rio agar tidak lagi meneruskan cerita tentang Laila, namun di sisi lain, aku juga ingin tahu apa saja yang dialami Laila di rumah sementara aku sebagai suaminya tidak menyadari apa yang saat itu terjadi pada Laila, karena mengabaikannya dan memilih untuk mengejar kesenangan di luar bersama Sania."Andra, aku pernah mengantar Laila ke klinik. Dia terjatuh di kamar mandi saat itu. Saat aku bertanya padanya, kenapa dia bisa sampai terjatuh, Laila mengatakan kalau saat itu dia sedang mengganti bola lampu yang mati. Kursi tempat dia berpijak jatuh hingga membuat nya jatuh dan kepalanya membentur dinding. Alya menelepon dan memintaku untuk mengantarnya ke klinik, saat itu dia tidak bisa perg
Read more

33. Sania Cemburu

Sania Cemburu*****"Sudah berapa lama kamu mengenal Rio?" tanyaku penasaran, aku ingin tahu apakah jawaban Alya sama seperti yang diceritakan Rio padaku."Sudah lama, mamanya langganan katering ibu. Kenapa Mas Andra bertanya tentang hal itu?" selidiknya, sebelah alisnya naik hingga membuat keningnya sedikit berkerut."Ah ... tidak, hanya sekedar ingin tahu saja," jawabku sekenanya.Suasana kembali hening setelahnya. Alya lebih memilih menyibukkan diri dengan ponselnya, dan aku tidak ingin mengganggunya. Padahal ingin sekali aku mengatakan padanya kalau dia terlihat anggun saat mengenakan kerudung dibanding sebelumnya, namun kalimat itu hanya kubiarkan mengambang begitu saja. "Tante bilang, mbak Suci sekarang sudah bisa masak, ya, Mas?" Alya bertanya tentang Suci. Sepertinya ibu juga sudah memberitahu pada padanya tentang perubahan Sania, dan bukan tidak mungkin, ibu juga menceritakan banyak hal tentang Sania pada Alya.Ah ... kenapa aku harus sibuk memikirkan apa yang mereka bicara
Read more

34. Ketahuan Alya

Ketahuan Alya****"Maaf."Hanya itu kalimat yang keluar dari mulutku, aku berdiri lalu membawa bekas piring makananku menuju tempat cuci piring. Aku berinisiatif untuk membantunya, setidaknya mencuci bekas piringku sendiri.Akan tetapi, yang terjadi sungguh di luar dugaan. Alya justru pergi meninggalkanku dengan setumpuk piring kotor, hal itu membuatku melongo. Apakah dia berpikir kalau aku di sini karena ingin mencuci semua ini? Kuremas spon pencuci piring hingga membuat busanya keluar.Bergegas kuselesaikan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh Sania. Ah ... wanita itu, kenapa dia begitu bebal dan seolah tidak merasa takut pada ibu? Apakah dia sengaja melakukan semuanya agar aku marah? Tapi untuk apa? Aku menggelengkan kepala lemah.Kuusap keringat yang membasahi dahi dengan punggung tangan. Hanya mencuci piring saja, sudah cukup membuat tubuhku dibanjiri keringat.Terdengar seseorang mengaduk gelas dengan ritme cepat, sontak aku menoleh. Alya berdiri di ujung meja sambil menga
Read more

35. Kemarahan Ibu

Kemarahan Ibu****Aku menunggu dengan gusar di luar ruangan saat Hanna yang ditemani ibu dan Alya diperiksa dokter. Untuk mengusir jenuh dan rasa gusar, aku berjalan mondar-mandir sambil sesekali melongok ke dalam ruangan, hingga akhirnya mereka keluar ruangan.Hanna berada di gendongan Alya, wajahnya yang biasa terlihat ceria, kini terlihat kuyu dengan sorot mata redup. Dari sorot matanya, terlihat sekali kalau anakku saat itu sedang menahan rasa sakit di tubuhnya, yang mungkin tidak mampu dia ungkapkan dengan kata-kata."Bagaimana kondisi Hanna, Bu, apa yang dikatakan oleh dokter? Apakah dia baik-baik saja?" Aku mencecar ibu dengan beberapa pertanyaan sesaat setelah beliau keluar dari ruangan dokter."Hanna baik-baik saja, hanya kelelahan saja. Dia juga masuk angin, makanya muntah-muntah juga. Itulah kenapa tubuhnya menjadi lemas, karena perutnya kosong akibat makanan yang selalu keluar setiap kali habis makan."Ibu menjawab pertanyaanku, sementara Alya tetap diam tanpa melihat ke
Read more

36. Karmaku

Karmaku****Brak!!Terdengar suara pintu dibanting dengan keras, aku yakin, itu adalah perbuatan Sania.Ingin sekali aku berlari menemui Sania, namun di sisi lain, aku tidak bisa melakukan itu. Aku tidak mempunyai cukup keberanian, terlebih melihat keadaan ibu yang berusaha susah payah untuk meredam emosinya.Ibu duduk di sofa sambil memukul dadanya berkali-kali, napas nya masih tersengal karena amarah yang baru saja dia luapkan ada Sania."Bu, jangan terlalu terbawa emosi. Tenangkan pikiran ibu," kataku mencoba menenangkan ibu."Pergilah, aku tidak ingin berbicara denganmu." Ibu mengusirku saat aku hendak menenangkannya.Aku berdiri, perlahan meninggalkan ibu yang masih duduk di sofa. Sepertinya ibu masih marah padaku. Saat melewati kamar Hanna, kulihat Alya berdiri di pintu sambil menatapku dengan tatapan yang --- entah.Kupercepat langkahku menuju kamar Sania. Saat aku sampai di sana, dia sudah terlihat rapi. Saat melihatku datang, bibirnya yang merah merona terangkat naik, tersen
Read more

37. Nasehat Yang Menohok

Nasehat Yang Menohok****Aku bergegas masuk ke dalam rumah, setelah mengeringkan rambut dan wajah dengan handuk yang diberikan Alya. Kulihat Alya bergegas ke dapur, setelah itu, aku tidak sempat melihat apa yang dia lakukan di sana. Di sinilah aku sekarang, membiarkan shower mengguyur tubuhku. Entah sudah berapa lama aku berada di bawah guyuran air, namun nyatanya, tetap tidak bisa menghapus kekecewaan atau menghilangkan bayangan Sania dengan pria itu, apalagi mengurangi rasa sakit hatiku pada Sania. Aku mengepalkan tangan, ketika bayangan dirinya yang bergumul dengan lelaki lain kembali memenuhi pikiran. Ternyata rasanya begitu sakit, seperti ditusuk ribuan belati. Seperti inikah yang dirasakan Laila saat dia mengetahui perselingkuhanku dengan Sania waktu itu? Meski dia merasa hatinya sangat sakit, namun Laila mampu bertahan hingga napas terakhirnya. Kenapa dia melakukan itu? Apakah benar yang dikatakan Alya padaku saat itu, kalau kakaknya, Laila bertahan karena dia mencintaiku. A
Read more

38. Membuka Rahasia

Membuka Rahasia****Malam ini sepertinya akan menjadi lebih panjang dan lama dari malam-malam sebelumnya, terlebih ketika sedang berbicara dengan Alya. Obrolan kami semakin serius, aku sama sekali tidak pernah menyangka jika cara berpikir Alya sangat dewasa. Bahkan aku bisa mengatakan kalau dia jauh lebih dewasa dalam berpikir dibanding Laila, kakaknya."Bagiamana dengan Rio, apakah menurutmu dia adalah lelaki yang baik? Maksudku, apakah dia memenuhi kriteriamu untuk menjadi seorang suami?" Tanyaku tidak mau kalah. Selain itu, aku juga ingin tahu sejauh mana dia menyimpan perasaan untuk Rio.Alya mengernyit, lalu menopang dagunya dengan kedua tangannya. Sementara matanya lekat menatapku."Kenapa mas Andra justru membahas tentang diriku? Sementara mas Andralah yang mempunyai masalah dengan sebuah hubungan." Protesnya."Bukan begitu maksudku Alya, meskipun aku bukan lelaki yang baik, namun aku tidak ingin kamu nantinya juga bernasib sama seperti Laila, menikahi pria sepertiku.""Apakah
Read more

39. Putus Dengan Sania

Putus Dengan Sania***"Kamu bilang apa, Mas?" tanya Sania, wajahnya terlihat syok. Mungkin dia tidak mempercayai dengan ucapanku tadi."Aku ingin mengakhiri hubungan kita. Aku sudah tidak bisa melanjutkan hubungan denganmu lagi, karena semakin ke sini, hubungan kita terasa tidak sehat dan melencenga jauh dari apa yang kita rencanakan semula. Selain itu, aku juga tidak bisa menerima kenyataan kalau selain aku, da pria lain yang menjamah tubuhmu. Membayangkan semua itu, membuatku seperti orang gila. Pergilah Sania."Aku mengulangi kalimatku sekaligus meminta Sania agar dia pergi. Karena inilah saat yang tepat untuk mengakhiri semuanya. Meskipun aku sendiri tidak yakin, apakah mampu menjalani hidup sendiri tanpa kehadiran Sania.Sania melotot seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Dia mendekat, mencoba menggapai tanganku. Namun aku segera menepis dan menghindarinya."Kamu pasti bercanda, kan, Mas?" Sania berkata lirih. Kali ini, wajahnya benar-benar terlihat sedih
Read more

40. Alya Sakit

Alya Sakit***Aku memutar tubuhku dan menjauh dari mereka dan memutuskan untuk pulang. Karena sudah ada Rio di sana dan aku yakin dia akan menjaga Alya. Selain itu, aku tidak ingin kehadiranku di sana akan menggangu momen kebersamaan antara Rio dan Alya.Setidaknya, akhirnya Rio bisa dekat dengan Alya, mungkin, inilah saat yang tepat bagi Rio agar dia bisa mengambil hati gadis itu.Aku masih duduk di belakang setir, sambil menimbang apakah akan langsung pulang ke rumah atau pergi ke suatu tempat untuk menenangkan pikiran.Kukeluarkan ponsel dari saku dan memutuskan untuk mengirim sebuah pesan pada Rio."Bro, titip Alya, ya? Setelah dari klinik, tolong antar dia pulang dan jangan mampir ke mana-mana." Tulisku.Aku tersenyum ketika membaca ulang pesan yang akan kukirimkan pada Rio. Aku yakin dia paham maksudku."Jangan khawatir, aku akan menjaga Alya dan memastikan dia pulang dengan selamat sampai di depan pintu rumah." Tulis Rio dalam pesan balasannya. Pesan Rio membuatku tersenyum le
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status