Dinar yang sudah bangun, perlahan mengambil ponselnya.Baguslah.Senyum tersimpul kala membaca pesan yang ada di aplikasi berwarna hijau.“Sayang, kamu sudah bangun?” tanya Gifar dengan suara parau.Dinar tersentak, lantas menoleh sambil menyunggingkan senyuman walau agak kaku.“Iya, Mas. Bagaimana tidurmu? Nyenyak?” Ponsel yang digenggam, diletakkan kembali di nakas.“Iya, karena ada kamu.”Dinar mendekat. Kemudian, memeluk lelaki yang kini sudah menjadi suaminya.“Pagi-pagi sudah lihat HP? Ada informasi apa?” tanya Gifar lagi seraya memeluk istri barunya.“Nggak ada. Hanya iseng. Kamu juga sudah melihat isi HP-ku kan, Sayang?”Bola matanya bergulir menatap lelaki itu.“Iya, aku percaya kok. Tanpa harus membuka HP-mu aku juga nggak masalah. Tapi, kamu sendiri yang menyodorkannya terus-terusan.”“Biar hubungan kita langgeng, Mas. Nggak ada yang ditutup-tutupi.”Gifar tak menjawab. Ia mendaratkan beberapa kali kecupan ke wajah Dinar.Waktu itu, semua jejak digital sudah kupindah ke tem
Read more