“Memangnya ada apa, Sil?” tanya Riko. Kata-kata itu terlontar dengan nada yang datar.“Ko, aku kangen kamu, Ko. Maafkan aku kemarin. Aku nggak bermaksud berkata seperti itu. Aku terpaksa melakukannya demi kedamaianku, Ko. Kamu bisa memaafkanku kan, Ko?”“Apa maumu, Sil?” Dengan nada yang tetap datar dan terdengar tidak suka, Riko menanyakan langsung tujuan dari Sesil sesungguhnya.“Ko, aku tahu kalau kamu marah dan kecewa sama aku. Tapi, aku mohon, pahamilah kondisiku waktu itu. Aku terpaksa, Ko. Aku salah waktu itu. Aku membuatmu sakit hati. Tolong, maafkan aku, Ko.”“Setelah semuanya terjadi, baru sekarang kamu mengemis seperti ini, Sil? Kamu baru sadar kalau kamu salah? Kenapa terlambat begini? Apa maumu sebenarnya? Kamu mau memanfaatkanku lagi kan? Aku muak dengan semua kata-kata manismu yang hanya sebuah kemunafikan saja, Sil.”Bicaranya Riko sekarang sudah menunjukkan perbedaan. Ia berbicara dengan penekanan dan dibumbui oleh emosional. Tentu demikian, karena Riko masih menginga
Read more