Sesil masuk dan duduk sesuai perintah Gifar. Laela ikut duduk dengan wajahnya yang ditekuk. Begitu pula Gifar, wajahnya datar dan tampak sedang banyak pikiran.“Kamu ke sini mau mendengar kata talak dari Gifar kan?” Laela berucap tanpa pikir panjang. Ia yang dulu begitu membangga-banggakan Sesil, sekarang tak seperti itu lagi. Bahkan, rasa benci diumbar dengan sangat jelas.“Aku nggak mau cerai dari Mas Gifar, Bu. Kondisiku yang sekarang harus dipertanggungjawabkan oleh Mas Gifar,” jawab Sesil dengan raut wajah memelas.“Apa maksudmu? Gifar sudah bertanggung jawab mengenai pengobatanmu! Cukup bagi anakku melakukan semua itu. Tidak boleh lebih!” hardik Laela tentu sangat tidak setuju dengan ucapan yang Sesil lontarkan.“Semua itu masih kurang, Bu! Mas Gifar harus menerima kondisiku sebab perbuatannya! Aku nggak mau cerai dari Mas Gifar!” tolak Sesil. Ia tak mau kalah.“Kondisi apa maksudmu? Bukankah kamu ke sini karena memang sudah sembuh dan sehat seperti sedia kala? Kamu juga tahu, k
“Memangnya ada apa, Sil?” tanya Riko. Kata-kata itu terlontar dengan nada yang datar.“Ko, aku kangen kamu, Ko. Maafkan aku kemarin. Aku nggak bermaksud berkata seperti itu. Aku terpaksa melakukannya demi kedamaianku, Ko. Kamu bisa memaafkanku kan, Ko?”“Apa maumu, Sil?” Dengan nada yang tetap datar dan terdengar tidak suka, Riko menanyakan langsung tujuan dari Sesil sesungguhnya.“Ko, aku tahu kalau kamu marah dan kecewa sama aku. Tapi, aku mohon, pahamilah kondisiku waktu itu. Aku terpaksa, Ko. Aku salah waktu itu. Aku membuatmu sakit hati. Tolong, maafkan aku, Ko.”“Setelah semuanya terjadi, baru sekarang kamu mengemis seperti ini, Sil? Kamu baru sadar kalau kamu salah? Kenapa terlambat begini? Apa maumu sebenarnya? Kamu mau memanfaatkanku lagi kan? Aku muak dengan semua kata-kata manismu yang hanya sebuah kemunafikan saja, Sil.”Bicaranya Riko sekarang sudah menunjukkan perbedaan. Ia berbicara dengan penekanan dan dibumbui oleh emosional. Tentu demikian, karena Riko masih menginga
“Khuma, ingat ya. Setelah ini, kamu harus membuang semua kenanganmu bersama dengan Gifar. Jangan mau berhubungan lagi sama dia. Apa pun bentuk koneksi yang bisa membawamu berurusan lagi dengan dia harus dibuang. Aku mengatakan semua ini hanya demi kamu bahagia untuk ke depannya. Maafkan kalau masmu ini terlalu ikut campur. Tapi, sekali lagi, aku nggak mau melihatmu bersedih hanya gara-gara lelaki yang sama, Khuma.”Di dalam mobil sambil menyetir, Haikal menasihati Khumaira walau terkesan memaksakan kehendak. Nada bicaranya penuh penekanan sebab memang dia sangat mencemaskan Khumaira. Ia juga marah kepada Gifar yang seolah tersakiti begitu dalam setelah kata talak terlontar dengan mudahnya hanya gara-gara mempercayai fitnah yang dibuat orang lain. Penyesalan memang datang terlambat.“Iya, Mas. Aku sudah tahu kok. Aku sudah memblokir semua yang berhubungan sama Mas Gifar. Walau nggak tahu hasilnya bagaimana nanti berhubung aku berbisnis di media sosial juga kan? Aku harus tetap mengguna
Pisau yang digunakan untuk menusuk Laela kembali disimpan ke dalam tas. Napas yang terengah karena takut ketahuan membawa Sesil melangkah dengan cepat tanpa arah. Yang ada di pikirannya hanya ingin kabur dari tempat itu. Hanya ingin selamat dari sergapan orang-orang yang mungkin mengetahui aksi kejahatannya.“Syukurin kamu, Laela! Syukurin!” gumamnya.Sesil tak pernah menoleh ke belakang agar tidak dicurigai orang-orang. Ia berjalan terus dengan keyakinan kalau dirinya akan lolos dari perbuatannya itu.“Baguslah. Nggak ada orang yang mengikutiku. Untung Laela menyebalkan itu langsung pingsan setelah aku hantam pakai batu. Di taman juga lagi sepi. Teriakannya jadi nggak kedengaran sama orang-orang. Aku selamat. Tapi, aku nggak mungkin pulang ke kosan. Aku harus bersembunyi di tempat yang nggak banyak diketahui orang.”Sambil terus melangkah, Sesil berbicara pada dirinya sendiri tanpa henti. Langkahnya itu sampai membawanya ke suatu rumah yang sudah lama tidak ditinggalkan. Terlihat dar
Degupan di dada membuat fokus Akmal memudar. Ia malah terdiam dan tak menjawab pertanyaan yang telah Khumaira lontarkan.“Mas Akmal, kamu nggak mau ya? Maaf ya, Mas. Aku malah nggak sopan menyuruhmu yang hanya ingin main ke sini sebentar,” ujar Khumaira lagi dengan senyuman yang terasa getir.“Oh, maaf, Mbak Khuma. Aku malah jadi kurang fokus. Kata siapa kalau aku nggak mau membantumu?” ucap Akmal seraya tersenyum.“Kamu diam, artinya kamu sungkan untuk menolaknya kan?” Pertanyaan terucap lirih karena takut Akmal menjadi tersinggung.Akmal kembali tersenyum. Kini, senyumnya semakin lebar. Wajahnya yang sudah manis, semakin menawan karena senyuman yang tulus itu terlukis di bibir.“Aku diam gara-gara fokusku tertuju pada senyumanmu, Mbak Khumaira. Maafkan aku. Nggak sepantasnya aku melihatmu sampai melebihi batas begini. Harusnya, aku menundukkan pandanganku. Maafkan aku sekali lagi."Akmal mengalihkan sorot matanya. Ia menyadari perbuatannya belum bisa dibenarkan mengingat hubungan me
Beberapa hari telah berlalu, Laela sudah bisa dibawa pulang dan melakukan rawat jalan. Namun sayangnya, pihak kepolisian belum menemukan keberadaan Sesil. Belum ada petunjuk lain yang bisa mempermudah pencarian.“Apa Sesil belum tertangkap juga, Gi?” tanya Laela yang kini duduk di kursi roda. Ia tak bisa leluasa lagi dalam melakukan kegiatan. Kesehariannya harus dibantu dengan menggunakan alat tersebut.“Belum ada kabar lagi, Bu.”Gifar sudah mulai memperhatikan dirinya lagi. Penampilannya sudah terlihat rapi dari waktu itu. Ia harus menepati janji karena Laela sudah bisa pulang ke rumah dan keadaannya semakin membaik dari sebelumnya.“Bagaimana sih? Kenapa orang kurang ajar itu malah susah ditangkap? Bukankah harusnya gampang mencari Sesil yang hanya seorang perempuan?” gerutu Laela.“Sudahlah, Bu. Ibu jangan terlalu memikirkannya. Pihak kepolisian pasti berusaha semaksimal mungkin, Bu. Ibu masih dalam proses penyembuhan. Ibu nggak boleh banyak pikiran.”Gifar duduk tak jauh dari ibu
“Jasad seorang perempuan berinisial S berusia 28 tahun yang ditemukan di rumah kosong ternyata pelaku penusukan seorang wanita paruh baya bernama Laela. Motif penusukan itu terjadi karena pelaku marah setelah dicerai oleh suaminya yang merupakan anak dari Laela. Pelaku berinisial S tersebut, kemungkinan bersembunyi di rumah kosong agar tidak tertangkap oleh pihak kepolisian. Nahasnya, pelaku meninggal dunia tanpa diketahui orang-orang ketika sedang bersembunyi di rumah kosong tersebut. Dari hasil pemeriksaan, dari tubuh pelaku yang telah meninggal dunia itu, ditemukan bisa dari ular yang kemungkinan telah menggigitnya. Ditemukan pula ada bekas gigitan di bagian lehernya yang ditengarai sebagai gigitan ular berbisa yang menyebabkan pelaku berinisial S tersebut meninggal dunia. Ada kemungkinan besar pula, pelaku tersebut menderita penyakit di sekitar rahim yang makin memperburuk keadaannya. Demikian hasil pemeriksaan yang bisa kami sampaikan. Kurang lebihnya, terima kasih.”Khumaira men
Kecupan lembut mendarat di kening Khumaira yang sedang membuat adonan kue.“Sayang, aku tahu, kamu itu istri yang hebat dan wanita mandiri, tapi lihat tuh, perutmu sudah semakin besar. Tolong, Sayang. Jangan terlalu capek ya,” pinta Akmal. Raut wajahnya penuh harap.Khumaira telah menikah dengan Akmal setelah melalui masa iddah dan mereka mencari waktu yang tepat untuk melangsungkan pernikahan itu. Sekarang, Khumaira sedang mengandung anak pertama mereka. Tentu, tak disangka sama sekali, sebulan setelah menikah, ternyata, Khumaira langsung diamanahi seorang buah hati. Mereka sangat bersyukur dan sangat bahagia. Terlebih Khumaira yang sejak dulu harus berkorban demi Gifar. Untuk saat ini, ia akan berkorban nyawa demi buah hati yang bertumbuh di rahimnya.“Aku kan, hanya duduk begini, Mas. Nggak capek kok. Kalau nggak ngapa-ngapain malah bingung dan bosan, Mas. Nggak apa-apa ya? Aku kan banyak yang bantu. Kalau capek, pasti berhenti kok.”Bisnis kue yang Khumaira kelola, semakin dikenal