Home / Romansa / WANITA KEDUA / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of WANITA KEDUA: Chapter 71 - Chapter 80

86 Chapters

BAB 41 A

WANITA KEDUA 41 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Cinta mungkin memang tidak hanya memberi tawa bahagia. Bisa saja ada luka paling perih yang tersembunyi di dalamnya. Apalagi jika semesta tidak memberikan restu dalam sebuah jalinan. Tentunya kenyataan itu akan banyak menggoreskan luka di setiap sudut hati. Bahkan, kepercayaan untuk cinta bisa menghilang dalam sekejap. Wanita yang tidak beruntung pada kisah asmaranya sendiri menatap sahabatnya kedua kali. Ia tidak yakin jika hatinya mampu terbuka lagi setelah tusukan belati bersarang di sana. "Apa menurutmu masih ada pria yang mau melihatku, La? Jika ada pun, mungkin aku sendiri yang sudah tidak ingin percaya. Meski memang ini sudah menjadi skenario yang harus aku perankan, tapi aku ingin lebih membentengi diri sendiri agar tidak mudah terluka lagi karena cinta yang kumiliki," ujar Athifa yang masih merasa tidak berdaya melawan asanya binasa dalam hitungan detik. "Kamu kenapa bicara seperti itu? Tentang hidup, mati, jodoh, dan reze
Read more

BAB 41 B

WANITA KEDUA 41 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Serena terus melihat punggung pria yang begitu ia cintai sejak awal hingga menghilang dari pintu restoran. Entah kenapa hanya dirinya yang sangat antusias menjadi istri seorang Aksa Gautama. Meskipun sekarang mengetahui di hati prianya tidak ada tempat untuknya, ia tetap tidak bisa melepas pernikahannya. Ya, ia masih berharap suatu saat nanti Aksa mau menerima setengah hatinya. "Meski kamu selalu menganggap pernikahan kita sebagai perjanjian dari orang tua, aku akan pastikan isi perjanjian itu berisi kebahagiaan. Aku percaya apa yang dilakukan orang tua kita bukanlah hal sia-sia. Tapi, mungkin saat ini belum waktunya untuk kita bisa saling menerima dan bahagia," gumamnya dalam hati, lalu kembali pada kesibukan restoran. Sementara pria yang ingin meringankan beban pikirannya terus menyusuri jalanan hingga sampai di depan Swalayan Melati. Meskipun sebelumnya sudah meminta kekuatan pada sang pemilik takdir melalui tiga rakaatnya, tetap
Read more

BAB 42 A

WANITA KEDUA 42 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mengetahui seseorang yang cukup memiliki tempat di hati masih merasa terluka karena diri sendiri pasti membuat pikiran tidak tenang. Apalagi jika berhasil lebih dulu berdamai dan menerima takdir sang penguasa alam. Bukan tidak ingin menjalani hidup sesuai kenyataan, hanya saja perasaan bersalah terlalu kuat bersarang dalam dada. Oleh karena itu, rasanya tidak adil jika melanjutkan langkah bersama cengkeraman ingatan akan seseorang yang mungkin lukanya belum sembuh atau justru malah bertambah parah. Aksa mencoba menarik napasnya begitu dalam dan mengembuskan pelan. Ia juga memberanikan diri menatap pria yang menurutnya sudah lulus menjalani ujian hidupnya. Sedangkan dirinya masih tahap berusaha untuk memulai. "Kamu lebih baik pikirkan lagi apa yang sudah kalian lewati saat bisa bertahan dalam pernikahan sampai sejauh ini. Meskipun katamu berawal dari perjanjian, mungkin tanpa sadar kamu juga merasa bertanggung jawab karena menjaga Se
Read more

BAB 42 B

WANITA KEDUA 42 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Aksa bergeming. Ia seolah kehilangan kata untuk menjawab pertanyaan yang jawabannya terlalu sulit untuknya. "Maaf ... aku tidak bisa jawab, Rena. Kalau sudah selesai, lebih baik kita pulang," ajak pria yang sudah menyelesaikan pekerjaannya, lalu keluar restoran lebih dulu untuk mengambil roda dua. Keduanya pun meninggalkan restoran dalam keadaan aman dan terkunci. Namun, berbeda dengan sikap Aksa dan Serena yang saling diam selama perjalanan pulang. Bahkan, hal itu membuat mereka tidak menyadari jika sudah sampai di rumah. Serena langsung memasuki rumah dan menuju kamar untuk membersihkan diri. Sedangkan Aksa memilih duduk sebentar di ruang tamu. Ia sengaja menatap langit-langit rumah yang hanya dihiasi satu lampu. Entah kenapa bayangan pertemuan dengan Athifa di restoran kembali terngiang lagi dan lagi. Bahkan, dadanya pun terasa ikut perih saat bayangan wanita itu menangis di hadapannya. "Semoga kamu baik-baik saja, Thifa. Mun
Read more

BAB 43 A

WANITA KEDUA 43 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Menyembuhkan luka dan mengembalikan kepercayaan yang hilang itu memanglah tidak mudah dan membutuhkan waktu. Sebab setiap manusia memiliki ketahanan yang berbeda untuk hati juga mentalnya. Ada yang ingin memeluk kesakitan itu sendiri dan berdamai dengan keadaan bersama waktu, ada juga yang menggandeng orang baru untuk mendapat pegangan dalam penyembuhan. Wanita yang memilih berdamai dengan lukanya sendiri itu tersenyum getir membaca pesan dari sahabatnya. Entah kenapa rasanya menjadi lucu dan perih sekaligus. "Yula sudah bener enggak kasih nomorku, tapi kenapa malah menawarkan untuk bertemu?" tanya Athifa pada diri sendiri, lalu berusaha menulis pesan balasan sesuai keinginan dan kondisi hati. Athifa [Aku lupa, La. Kamu tahu sendiri selama ini aku enggak pernah kenal dekat sama pria kecuali Mas Aksa. Dan kalau untuk bertemu, mungkin tidak. Aku masih ingin menikmati kenyataan ini sampai terbiasa dengan sakitnya.] Yula [
Read more

BAB 43 B

WANITA KEDUA 43 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira "Enggak. Sekali-kali tampil beda," kekeh Athifa yang berniat memakai hanya untuk hari ini. "Terserah kamu aja kalau gitu. Tapi, emang jadi beda, sih. Jadi tambah terlihat dewasa," puji wanita yang tengah menikmati sarapan paginya. Athifa merekahkan bibirnya menerima pujian dari sahabatnya. "Fokus makan aja. Biar cepat habis. Kalau telat nanti enggak enak sama Pak Lian." Yula yang mengerti langsung diam dan memakan sarapannya hingga suapan terakhir. Setelah sama-sama selesai, keduanya pun membayar dan melanjutkan perjalanan menuju swalayan. Jarak yang memang tidak terlalu jauh membuat mereka cepat sampai dalam waktu beberapa menit. "Parkir di tempat biasa aja, La ...," ujar Athifa saat melewati pintu masuk swalayan. "Oke," jawab Yula singkat, lalu menghentikan roda dua tepat di area sekitar pohon karsen. Ketika Athifa membuka pengait helm, karyawan-karyawan lain yang baru berangkat masih menatapnya dengan senyuman sini
Read more

BAB 44 A

WANITA KEDUA 44 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Melihat seseorang yang dulu pernah meluluhkan hati tentunya membuat gembira. Apalagi setelah waktu berhasil menahannya dengan mimpi. Mimpi di mana ingin berbenah diri dalam kelayakan dari segi mana pun. Meskipun harus melewati siksaan perasaan yang jelas terasa seperti goresan belati. Ya, pria bernama lengkap Ezra Rezky Avilla masih saja menatap wanita yang sedang berbicara dengan temannya dari kejauhan. Ia hampir tidak menyangka bisa bertemu di tempat seperti ini. "Ternyata benar kalau dunia ini tidak selebar daun kelor. Aku bisa melihat kamu di Swalayan Melati. Pasti ini bukan hanya sebuah kebetulan, kan?" gumamnya dalam hati dengan senyuman manis yang melebihi gula. Ketika sedang asyik dengan pemandangan pagi paling istimewa, tiba-tiba satu sapaan membuat Ezra terpaksa mengalihkan pandangan. "Maaf, Mas ... kalau berdiri jangan di tengah jalan. Bukannya tidak boleh, hanya mengganggu mereka yang akan beraktifitas." Lian berkata
Read more

BAB 44 B

WANITA KEDUA 44 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lian berpikir sejenak. Sebenarnya ia tidak begitu membutuhkan karyawan baru. Selain itu tabungan Ezra pun pasti masih banyak dan cukup untuk hidup juga membuka usaha."Kamu yakin? Uang kamu sudah habis, kah? Sampai minta bekerja di sini?" goda Lian yang membuat Ezra semakin lucu. "Ayolah, Om ... ini bukan masalah uang. Ini masa depan. Dan sekalian aku juga belajar mengelola swalayan sama Om. Siapa tahu nanti aku buka sendiri dan mengajak bersaing," ujar Ezra berusaha merayu. Lian seketika menarik napasnya dalam dan mengembuskannya kasar. Bagaimanapun hatinya tidak bisa menolak keinginan pria di depannya. Bukan hanya karena urusan ketidaktegaan, tetapi ada persaudaraan yang memang lebih dari segalanya. "Iya sudah. Besok kamu boleh mulai berangkat. Kalau mau, kamu juga boleh tinggal di rumah Om. Biar Mayasha ada teman ngobrol. Soalnya kadang Om pulangnya malam," jawabnya yang terdengar seperti suara malaikat tidak bersayap. "Wah, seriu
Read more

BAB 45 A

WANITA KEDUA 45 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mengobati luka seseorang itu memang bukan hal mudah. Akan ada usaha dan niat yang harus seluas jagad raya. Apalagi jika ada tekad tersembunyi untuk menggantikan posisi tersebut. Tentunya membutuhkan banyak kesabaran dan pengorbanan. Pria yang memiliki tujuan tersebut menatap Yula sekali lagi. Ezra sadar jika jalannya untuk mendapatkan sang pujaan mungkin akan lebih sulit dari sebelumnya. Ya, wajah sahabatnya sudah menjelaskan semua tanpa harus menjawabnya. "Kok, diam, La? Apa kamu juga mengenal yang punya restoran itu?" tanya Ezra kedua kali sembari memancing wanita di depannya untuk bicara. Yula pun tersadar dan menjawab, "Kenal banget sih, enggak. Tapi cukup tahu. Mending jangan tanya soal itu dulu, ya? Aku lagi enggak mau bahas soalnya." "Emang kenapa? Apa karena pria itu ada hubungan dengan Thifa?" Ezra mencoba membuka inti obrolan yang sebenarnya. Kedua mata Yula seketika membulat. Rasanya tidak percaya jika pria di depann
Read more

BAB 45 B

WANITA KEDUA 45 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Aksa yang tiba-tiba bingung langsung mengulangi pertanyaannya. "Mas ... jadi pesan, enggak?" tanyanya sembari mengayunkan telapak tangannya di hadapan pria yang baru kali ini bertemu. Pria yang terjebak lamunannya sendiri pun tersadar. "Aku mau sayur kangkung sama ikan bakar.. "Siap. Sambil menunggu pesanan, Anda bisa duduk manis. Mau melihat pemandangan dari kaca jendela juga bagus," ujar Aksa, kemudian melangkah pergi menuju dapur untuk memberitahu ada pesanan baru. Aksa sendiri masih menatap lekat sampai pria itu menghilang dari pandangan. Ia juga melihat pemandangan sekeliling restoran yang cukup cantik dari segi konsep dan tatanannya. "Keren juga sih, konsep restorannya. Sederhana tapi unik. Apa aku buka restoran aja, ya? Trus bahannya ngambil di swalayannya Om Lian. Kayaknya masuk buat jadi rencana jangka panjang. Tapi aku enggak punya bakat apa pun di bidang kuliner," gumamnya dalam hati. Ketika tengah asyik merencanaka
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status