Home / Lainnya / Wanita Hamil di Restoran Suamiku / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Wanita Hamil di Restoran Suamiku: Chapter 101 - Chapter 110

120 Chapters

Bab 101 - Firasat Buruk

"Daddy-nya Dareen berhasil ditangkap di Bandara Inggris."Allisya tersenyum haru bersamaan dengan air mata yang mengalir di pipinya. Rasa syukur begitu menggebu. Betapa baiknya Sang Maha Pemberi Hidup, telah memudahkan jalannya sejauh ini."Alhamdulillah," lirih Allisya, terdengar juga oleh kakak angkatnya. Keduanya kemudian bersamaan mengusap wajah sebagai tanda kelegaan."Kalau begitu, kita ke kantor polisi sekarang. Sebagai pelapor, kita wajib ada di sana sekarang ini." Khiara mengajak sang adik, namun Allisya tampak meragu. Ia masih terduduk resah di atas kursi restorannya."Ziya, bagaimana?" tanya Allisya. Keraguannya mendasar. Ada Ziya yang saat ini sedang menjadi tanggung jawabnya.Khiara tampak berpikir beberapa saat sembari berdiri menoleh ke kanan dan kiri. "Ah, iya! Titip waiters saja," usulnya kemudian.Allisya menggeleng cepat. "Nggak bisa gitu, Kak. Kasihan dia, kalau harus dititip ke waiters." Kerut halus di dahinya, menjelaskan betapa ia menolak dengan keras."Ya ... g
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

Bab 102 - Sakitnya Bu Aniyah Semakin Parah

"Hmm! Modus juga, tuh, laki. Ya, udah. Kamu ke rumah sakit aja. Urusin, tuh, masa depan kamu. Biar aku yang urus masa lalu orang-orang ja-hat itu. Gimana?" Khiara memberikan tawaran baik, namun tetap saja ucapannya berhasil membuat Allisya merasa minder. Menganggap Azka sebagai masa depan, benar-benar jauh di bayangan Allisya. Rasa tak berbalas saja, ia hanya bisa diam tanpa ingin memaksa.Gadis berhijab warna mocca itu masih saja diam, bimbang harus memilih jalan mana. Belum dihadapkan dengan pilihan sulit saja, ia sudah bingung melangkah."Dek," panggil Khiara, mengingatkan bahwa waktu terus berjalan dan semakin sore."Oke. Maaf ya, Kak, aku nggak bisa bantu banyak masalah laporan itu. Aku janji, kalau ibunya Pak Azka sudah sembuh, aku bakal ada terus nemenin kakak." Allisya tampak menyesali situasi saat ini. Bagaimana lagi? Ia tidak bisa memilih urusan lain selain anak kecil yang begitu disayanginya."Nggak tahu, nih. Padahal, awalnya yang menggebu-gebu pengin laporin mereka itu ka
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

Bab 103 - Serangan Mendadak

Pria berkemeja hitam dengan tangan baju dililit sampai siku, berdiri mondar-mandir di ruang CT-scan. Beberapa kali tangannya mengusap wajah gusar. Melongok ke dalam, berharap salah seorang tenaga medis segera membuka pintu dan memberitahukan kondisi ibunya.Sementara itu, Allisya terus memeluk gadis kecil bernama Ziya yang tak henti-hentinya menangis.Apa yang sebetulnya tengah Engkau siapkan untukku, ya, Allah ... sungguh, jika kematian orang terdekatku, rasanya aku belum sanggup. Hati dan pikiran Azka terus meracau. Di dalam relung jiwanya, ia tengah menangis memohon keadilan. Belum genap 4 tahun peristiwa yang merenggut nyawa istrinya, haruskah kini ia kehilangan sang ibu yang sejauh ini telah menjadi penguatnya?"Sabar ya, Sayang ... lebih baik kita doakan nenek," ucap Allisya sangat pelan. Tangannya tak pernah ia lepaskan dari kepala dan punggung Ziya."Gimana kalau nenek meninggal seperti bunda?" tanya Ziya dengan suara lirih, berbarengan dengan derasnya air mata yang tak mampu
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

Bab 104 - Aaaah ... Meleleh

Sementara itu, Allisya tercengang. Gerimis di hatinya, bukan karena duka mendalam lagi. Ada bahagia yang menyapa, namun ia pun masih tak mengerti, mengapa ia sampai sebahagia ini. Padahal, mungkin saja ucapan Azka itu hanya didasari rasa kasihan. Atau ... hanya ingin mengabulkan permintaan ibunya saja."Bu Allisya berhak menentukan jawaban atas pilihan Ibu sendiri. Sedikitpun, jangan pernah mengasihani kami," sambung Azka, semakin membuat Allisya tak mengerti."Maksud, Pak Azka?""Bu Allisya sudah tahu bagaimana ibu sangat menginginkan ini. Ibu juga tahu, sesayang dan sedekat apa Ziya terhadap Ibu. Tetapi saya mohon, jangan terima saya jika alasannya hanya kasihan pada Ziya juga ibu saya." Azka menjelaskan. Sejatinya, ia mengucapkan itu karena tak ingin Allisya terjebak dalam hubungan tanpa cinta.Sekaligus, Azka juga ingin tahu apakah ada sedikit rasa di hati Allisya untuk dirinya."Tapi, Pak ... apa saya tidak sedang bermimpi?" tanya Allisya."Tentu saja tidak, Bu. Saya bermimpi ter
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

Bab 105 - Persiapan

Bu Aniyah sudah diperbolehkan pulang, sejak dirawat lagi pasca pemeriksaan CT-scan 4 hari lalu. Hasil pemeriksaan menyatakan, ada peradangan parah pada lapisan lambung. Penyebabnya masih terus diselidiki, sebab, Bu Aniyah bukan orang yang abai akan kesehatan.Allisya, Khiara dan Azka sudah beberapa kali dipanggil ke kantor polisi untuk memberikan keterangan perihal laporan terhadap Dareen dan papanya. Tak hanya ketiga orang itu saja. Irwan yang masih berada di sel tahanan, tak luput dari wawancara polisi mengenai kesaksiannya terhadap kasus-kasus papa Dareen.Sementara itu, Nadia dan suaminya hanya bisa memantau dari rumah. Semua kasus itu dirasa tidak ada kaitan dengannya. Akan tetapi, bukan berarti Nadia dan Emir hanya bersantai di rumah. Kedua sejoli itu tengah sibuk mempersiapkan pernikahan anak semata wayangnya yang akan digelar 4 hari lagi.Seperti yang Azka minta malam itu, ia ingin segera menikahi Allisya agar keduanya merasa tenang menjalani hubungan. Pria dewa-sa itu pun tan
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

Bab 106 - Akad Nikah

"Dih, ngambek. Ya, udah. Mama sama Ayah saja yang lanjutin. Ziya ngantuk banget," ucap gadis kecil itu sembari menguap. Tanpa menunggu jawaban, gadis itu naik ke atas kasur empuknya dan mencoba memejamkan mata. Hanya dalam hitungan menit, dia benar-benar terlelap. Hari sudah siang, memang sudah waktunya Ziya tidur siang.Azka memegang sebuah dres milik Ziya, melirik ke sisi kanan dan kiri almari yang terbuka. Bingung, mau ditaruh di mana karena sudah pasti kaum perempuan sangat tertata dan tidak boleh menaruh sembarangan."Di sini, Pak," ucap Allisya, menyadari kebingungan calon suaminya."Ah, iya." Azka tersenyum, tak ragu lagi menatap wajah cantik calon istrinya. "Maafkan saya, Bu, tidak bisa memberikan kehidupan yang lebih baik. Rumah ini ... jauh dari kata layak dibanding rumah Bu Allisya.""Bukan tidak bisa, hanya belum saja. Saya yakin, calon suami saya ini seorang pekerja keras yang tidak akan diam saja jika keluarganya menderita. Tapi, Pak, apa rumah segini akan membuat kami m
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

Bab 107 - SAH

"Alhamdulillah ..." lirih Nadia, sembari mengusap wajahnya. Lelehan bening tak mampu ditahannya, bahkan tubuhnya nyaris ambruk saking terharu. Beruntung Emir selalu berada di sampingnya dengan siaga. Sudah lama Nadia mengharapkan sang putri dipinang oleh lelaki pilihannya. Meski sempat meragukan Azka Hamam, namun kini Nadia paham betapa cinta tak bisa memilih akan status seseorang. Sudah bagus sang putri tidak pernah mencintai laki-laki berstatus suami orang. Acara berlangsung dengan sangat sakral dan mengharu biru. Kedua mempelai dipersilakan duduk di atas pelaminan usai melakukan sungkeman kepada kedua belah pihak orang tua. Prosesi demi prosesi berjalan sesuai perencanaan, tanpa ada yang terlewat maupun terlihat cacat. Semua berjalan lancar dan nyaris sempurna. Para tamu undangan pun menikmati acara dengan sangat mengesankan. Begitu pula dengan jamuan yang memuaskan, karena dihadirkan dari restoran ternama yang sudah puluhan tahun Nadia kelola dari hasil sumbangsih sang papa.
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Bab 108 - Malam Pertama

Pukul 21.00 rumah sudah mulai sepi. Sebagian keluarga sudah pulang, sebagian lain menginap di hotel terdekat sebelum pulang ke luar kota. Ziya sudah kembali ditidurkan di kamar tamu, lalu ditemani oleh neneknya--Bu Aniyah. Sementara Azka tampak malu-malu memasuki kamar istrinya. Bagaimana tidak, ini adalah pertama kalinya ia masuk ke kamar seorang perempuan yang kini menjadi istrinya."Assalamu'alaikum," ucap Azka sangat pelan. Ia pikir, Allisya sudah tidur karena kelelahan. Setelah dirinya masuk, ternyata tidak ada siapa pun di dalam kamar dan hanya terlihat pintu kamar mandi yang tertutup.Oh, sepertinya Allisya sedang mandi, batinnya. Duduk perlahan di atas kasur yang telah dipenuhi kelopak bunga mawar merah, putih dan pink. Perasaannya campur aduk. Gugup, kaku, bahkan tak sabar ingin melihat kecantikan istrinya secara utuh.Ceklek!Allisya keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk kimono selutut menutupi tubuhnya, serta handuk melilit di kepalanya. Ia terkejut, ketika tiba-tiba
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Bab 109 - Pindah Rumah

Sore ini, Allisya memandangi rumah baru yang akan menjadi tempat tinggal barunya. Sebuah rumah berukuran kecil baginya, namun hasil perjuangan suaminya. Sebagai seorang istri, ia akan menghargai itu. Meninggalkan hunian mewah yang mamanya sajikan sejak ia kecil dulu."Masuk, yuk," ajak Azka kepada sang istri. Beberapa karyawan sudah selesai memasukan barang-barang Allisya ke dalam rumah. Ziya dan Bu Aniyah bahkan sudah masuk lebih dulu, ingin membantu menata barang-barang Allisya seperti yang Allisya lakukan minggu lalu saat mereka baru pindah."Iya, Pak. Sebentar, saya mau telepon mama." Allisya mengeluarkan ponsel di dalam tas kecil yang melingkari bahunya. Belum sempat menekan nomor sang mama, Azka sudah meraih ponsel itu."Sayang ... maaf, saya menahanmu untuk telepon mama. Bukan maksud melarang, hanya saja ... coba Bu Allisya pikirkan bagaimana perasaan mama saat ini. Kasihan, baru saja mencoba tegar melepaskan putrinya, eh, sudah dihubungi dan dibuat kesulitan lagi melepaskanmu
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

Bab 110 - Malam Kedua

Selesai makan malam, Allisya dan Azka menemani Ziya tidur di kamarnya. Membacakan sebuah dongeng sampai Ziya terlelap. Setelah memastikan gadis kecil itu benar-benar lelap, mereka pun perlahan keluar dan mematikan lampu kamar Ziya.Tak lupa keduanya melongok kamar Bu Aniyah, memastikan sang ibu sudah tidur dan semua baik-baik saja.Tiba di kamar utama, keduanya kembali merasakan sedikit kecanggungan. Meski bukan pertama kalinya, tetap saja mereka belum begitu terbiasa."Sini, Sayang," pinta Azka, menepuk sisi kasur agar sang istri duduk di sampingnya. Keduanya duduk menghadap cermin meja rias sambil Azka merangkul bahu istrinya."Maaf, ya, kamar ini kecil banget." Azka mengawali pembicaraan."Cukup, kok, Mas. Lagian, aku tidurnya nggak lari-larian di kamar, 'kan?" Allisya mencoba mencairkan suasana dengan guyonan ringan, membuat Azka pun terkekeh dan memeluknya kian erat.Tersemat doa di relung hati Azka, ingin bisa membahagiakan Allisya, Ziya dan ibunya."Bisa aja, nih, istriku." Beb
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status