บททั้งหมดของ Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa: บทที่ 51 - บทที่ 60

334

Tidak Akan Membencimu

“Hm?” Ruby mengalihkan mata dari layar, menatap Ed kembali.“Apa?” Ed bertanya balik.“Kau tadi mengatakan sesuatu.” Ruby mendengar tapi tidak jelas.“Benarkah? Aku tidak mengatakan apapun” Ed menggeleng—membantah.Ed baru menyadari kalau ia mengucapkannya dengan keras. Ia tadi bermaksud menyebutnya dalam hati saja. “Oh, oke.” Ruby ragu, karena yakin ia mendengar sesuatu. Tapi tidak mungkin berkeras kalau Ed sendiri tidak merasa menyebut sesuatu.“Kau dua puluh empat,” kata Ed, tiba-tiba.Ruby kembali berpaling. “Umur? Ya. Aku dua puluh empat.” Hal yang sangat jelas, dan Ruby tidak perlu berpikir saat menjawab, karena usianya dan Liz sama. Dan seharusnya Ed juga tahu itu.“Kau tidak terlihat seperti dua puluh empat.”Ruby akhirnya menurunkan ponsel. Gilirannya untuk sedikit tersinggung. Ia tidak mengerti kenapa Ed membahas umur dengan tiba-tiba, tapi pernyataan ‘tidak seperti 24’ menyengat juga. Seharusnya wajahnya tidak setua itu. Apalagi membahas umur adalah hal sensitif bagi wan
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-08-23
อ่านเพิ่มเติม

Tidak Perlu Pilihan

Kata itu serupa mantra, menumbuhkan keajaiban. Ruby merasa tubuhnya meluncur ke dalam air sejuk, mengambang pelan, diliputi kenyamanan yang sunyi. Singkat, padat, tapi tidak sederhana Ruby tahu ia tidak salah mendengar, karena melihat mata hijau itu menatapnya. Tidak berkedip maupun terlihat ragu. Mata itu lembut. “Atas semua yang terjadi—atas apa yang menyakitimu. Maaf, dan aku tidak akan melakukannya lagi.” Rasa hangat mengumpul di wajah Ruby. Menumpuk menjadi air mata. Ruby tidak tahu kalau dirinya akan memerlukannya. Ruby tidak akan pernah berani meminta maupun menuntut permintaan maaf pada Ed. Ruby sudah bersiap untuk menyesuaikan diri bahkan sebelum Ed meminta maaf. “Kau tidak seharusnya menerima semua kekasaran itu, atau pun luka. Aku mengakui semuanya sebagai kebodohan.” Ed mengulurkan satu tangannya, karena melihat kilau air mata Ruby menuruni pipi. Tapi tidak langsung mengusap. Ed menunggu sebelum menyentuh, melihat apakah Ruby bergeser atau tersentak. Tapi Ruby di
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-08-23
อ่านเพิ่มเติม

Tidak Lagi Menyakitkan

Detik tidak pernah berjalan begitu lambat untuk Ruby. Atom waktu seakan beredar lebih pelan, memberi jangka lebih panjang bagi Ruby untuk mencerna apa yang di sekitarnya.Matanya masih gelap, tangan Ed masih menutupi, tapi Ruby sama sekali tidak merasa buta. Indera yang lain mengambil alih, memberi stimulasi kuat, menegaskan segala gelitik dalam perutnya, maupun ke ujung syaraf di seluruh tubuhnya.Ed menangkup dan menahan kepala Ruby, saat merasakan kepalanya menjauh. Bukan menghindar, Ed tahu. Ruby tidak takut, hanya lemas.Dan Ed tidak membiarkannya menjauh. Tidak saat bibir mungil itu terasa begitu manis untuknya. Ed menginginkan setiap jengkal darinya, dan seluruh reaksi Ruby bagaikan api yang menyulut tubuhnya.Ruby tidak membalas dengan benar, tapi secara insting bibirnya membuka, mengundang—mengizinkan Ed untuk menjelajah.Ed memagut bibir polos yang lembut, mengusap dan memberi gigitan gemas di sudut bibirnya. Mengendus dan menghirup keharuman feeromon yang menguar hangat itu
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-08-24
อ่านเพิ่มเติม

TIdak Perlu Tergesa

“Aku bukan ingin kejam, tapi sepertinya hal itu tidak mungkin. Ia tidak tampak mencintaimu.” Javier dengan jujur memberi pendapat, sambil tersenyum menyesal. “Kalau benar ia ketakutan padamu, aku rasa kecil kemungkinan ia menyukamu.” Javier menandaskan. Ed melirik sejenak. Penegasan itu sedikit menyengat, tapi ia tahu Javier hanya jujur.“Well, aku sudah menawarkan padanya untuk pergi, tapi ia mengatakan akan tinggal dengan cepat. Dan tidak menolakku lagi.” Javier mengerutkan kening, mencoba mencari konteks yang dimaksud. “Oh, kalian tidur bersama lagi.” Javier terkekeh, sambil menepuk paha kakaknya. Tertawa geli. “Apa karena itu kau menyebut tentang mencintai?” Javier tertawa lagi. “Stop!” Ed mendesis. Jengkel karena dilihat bagaimana pun, tawa itu ejekan. "Hermano…” (Saudaraku) Javier menahan tawa dan meletakkan cangkirnya. Tidak lagi mengejek. “Aku rasa kau sudah tahu kalau nafsu dan cinta tidak harus selalu ada bersamaan. Tidur bersama—Wait! Kau memaksanya lagi?!” Javier
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-08-24
อ่านเพิ่มเติม

Tidak Berhasil

“Tidak ada bagaimana? Mati?”Ed baru saja duduk dan Otiz telah memberinya kabar tidak menyenangkan—tentang Carlos.“Sepertinya tidak mati, tapi ada orang yang membantunya kabur.”Ed langsung mengerutkan kening. “Kau sepertinya terlalu sering mengecewakanku akhir-akhir ini. Kau yakin masih ingin hidup?”“Maafkan saya, Don Rosas!” Otiz menunduk. Tidak berani mengangkat kepala. Tidak pula membela diri, karena tahu kesalahannya besar.“Bagaimana bisa terjadi?” tanya Ed.“Dokter memerintahkan agar dilakukan CT Scan ulang karena sejak kemarin malam Carlos mengeluh sakit kepala—dikhawatirkan ada retak selain rahang. Sudah ada orang yang mengikuti saat ia melakukan CT Scan, tapi ternyata ia tidak kembali. Sepertinya ada yang menunggu di dalam ruang itu dan membawanya kabur dari jendela.” Otiz tetap menjelaskan sedetail mungkin. Sangat jujur meski akibatnya buruk.“Kemampuanmu memang sepertinya sudah berkarat. Apa aku perlu menggantimu dengan yang lain?” tanya Ed, sambil menopang kepalanya. N
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-08-24
อ่านเพิ่มเติม

Serupa yang Tidak Sama

“Ada apa?” Lori heran karena Ruby tiba-tiba berhenti berjalan.“Tidak ada. Ayo, kita ke pantai saja.”Ruby mendorong Lori keluar dari pintu gerbang samping, dan Lori sudah tidak curiga lagi.Ruby sama sekali belum pernah ke pantai yang ada di dekat rumah itu, jadi ia hanya mengikuti Lori yang terus membicarakan pakaian.Tapi Ruby sama sekali tidak mendengar karena sibuk memikirkan apa yang disebut oleh Lori tadi.“Oh, aku ingin bertanya tentang yang ini. Mumpung aku ingat. Kau mendapatkannya di mana?”Lori berbalik dan mengacungkan ponselnya. Menunjukkan foto di media sosial.Ruby nyaris saja tersedak karena terlalu kaget. Ruby langsung merasa tengah menjadi bagian dari film horor yang buruk, karena menatap orang yang seharusnya dirinya, tapi tahu benar kalau itu bukan dirinya. Foto itu memperlihatkan wanita yang nyaris tidak berbeda dengan dirinya. Lizeth Ramos yang asli. Rambut, mata, apapun itu—semuanya sama. Sedikit pembeda hanya lah rambut. Sedikit ikal, tapi panjangnya pun sama
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-08-24
อ่านเพิ่มเติม

Tidak Puas dengan Keadaan

Esli membaca pesan dan mengernyit. Pesan itu dari Ruby. Tidak biasanya ia mengirim pesan terlebih dulu. Isi pesan itu memintanya untuk menghubungi.“Berani sekal. Mirip sekali dengan ibunya memang.” Esli menekan tombol panggil setelah itu. “Apa yang kau inginkan?”“Minta Liz untuk berhenti mengunggah foto!” Ruby langsung berteriak dan panik.“Kau itu bicara apa?” Esli tidak paham.“Foto! Liz mengunggah foto entah dari mana di media sosial. Ed akan melihatnya! Dia akan bertanya-tanya bagaimana aku ada di dua tempat berbeda!”“Sialan!” Esli memaki. Ia langsung menyambar laptop dan membuka media sosial. Hal yang tidak pernah dilakukannya, dan tidak pernah terpikirkan. “Kau harus meminta Liz untuk menghapus semuanya.” Ruby mengulang.Esli mengeluh. Ia sudah sulir mengatur Liz. Tapi Ruby benar, Esli sudah melihat foto-foto unggahan Liz..“Kau lakukan pekerjaanmu dengan benar dan datang ke sini tepat waktu besok.” Esli mengkhiri panggilan dengan pesan, lalu dengan bergegas menghubungi Liz
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-08-25
อ่านเพิ่มเติม

Tidak Akan Berubah

Ruby mengencangkan tali pada ujung bawah kemeja yang dipakainya, sambil memastikan bikini yang ada di balik kemeja itu tidak terlihat, sekaligus memastikan kain yang menutupi pinggangnya tidak melorot. Pekerjaan yang sulit karena Ruby melakukannya sambil berlari, sampai akhirnya sampai di depan kamar Javier. Ruby mengambil nafas dalam-dalam, dan mengetuk kamar Javier sekuat tenaga.“Javier! Tolong aku!” Ruby berseru sepanik mungkin, dan tentu pintu itu langsung terbuka.“Liz? Ada apa?” Javier lansung ikut panik.“Itu! Lori tenggelam, aku sudah menariknya, tapi tidak bernapas!” Ruby menunjuk ke arah laut. “Dimana?” Javier berlari keluar sambil bertanya.“Di sana!” Ruby menunjuk tubuh di kejauhan. Diam terbaring di pasir, di dekat ombak.Javier langsung berlari menyusuri pantai yang sekarang hampir gelap itu, dengan Ruby di belakangnya.Chapel tempat tinggal Javier memang terpisah dari rumah, tapi masih memiliki garis pantai yang sama.“Lori?!” Begitu sampai, Javier membungkuk dan me
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-08-25
อ่านเพิ่มเติม

Tidak Boleh Berharap

“Kau…” Ruby terbata, tapi sebelum bisa melepaskan diri, tiba-tiba ada yang menarik rambutnya. “AGHH!” Ruby menjerit dan tubuhya terseret menjauh dari Pedro. “Kau memang jalang! Kami baru saja sampai dan kau sudah melempar tubuhmu kepadanya?!” Mia berteriak dan terus menarik Ruby menjauh dari Pedro. Mata Ruby berair oleh rasa sakit di kepalanya. “Mia… sudah, Mia… Jangan…” Pedro membujuk sambil, berusaha melepaskan tangan Mia dari rambut Ruby. “Berani sekali kau menggodanya saaat aku ada! Kau semakin tidak tahu malu rupanya!” Mia mengayunkan tangan, untuk menampar, tapi Ruby menahan tangan itu sambil mengernyit. “Aku tidak menggodanya! Aku tidak melihatnya!” Ruby juga menarik tangan Mia yang masih menjambar rambutnya dengan lebih keras. “Alasan! Sejak awal kau datang memang sudah berniat untuk menggoda bukan? Kau tidak akan diam-diam terus memandang Pedro kalau tidak berniat buruk!” Mia berusaha menyerang lagi. “Memandang apa?!” Ruby menghindar sambil menepis tangan Mia. Tentulah
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-08-25
อ่านเพิ่มเติม

Rasa Sakit yang Tidak Lagi Ada

“Semakin jarangnya rasa sakit Anda rasakan itu Itu berarti keadaan jiwa Anda menjadi lebih stabil. Anda tidak perlu lagi bergantung pada obat.”Psikolog yang ada di depannya tersenyum dan mengangguk dengan wajah puas. Ini kali kedua dalam jarak satu minggu ia bertemu kliennya itu, dan sudah ada peningkatan yang signifikan.“Tolong kalaupun memang tiba-tiba rasa sakit itu kembali datang, jangan langsung meminum obat. Berusahalah untuk menenangkan diri terlebih dahulu, dengan begini Anda tidak terlalu beresiko terpapar candu dari obat. Tubuh Anda akan secara alami meminta kenaikan dosis kalau Anda tidak berhati-hati."Ed hanya mengangguk. Kemarin saat dokter menyarankannya untuk berkonsultasi dengan psikolog atau ahli jiwa, Ed memang skeptis, dan sampai sekarang pun ia masih skeptis.Tentu saja Ed tahu kalau alasan yang membuat keadaannya membaik bukanlah psikolog itu, tapi ia akan tetap meneruskan sesi terapi karena sudah membayarnya paling tidak untuk sepuluh pertemuan lagi.“Satu la
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-08-25
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1
...
45678
...
34
DMCA.com Protection Status