Semua Bab Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa: Bab 11 - Bab 20

334 Bab

Tidak Mudah Tunduk

“Halo?” Ruby menjawab dengan takut-takut. Pria tua itu tampak ramah dan lemah awaknya, tapi itu tipuan. Ruby tidak akan lupa tamparan yang diberikan pria itu kemarin.“Kau belum mengacau bukan?” Terdengar pertanyaan bercampur geraman dari Esli.Rasa takut Ruby berkurang jauh seketika. Menyadari kalau geraman itu tidak lebih dari ancaman kosong. Ia tidak perlu takut, Esli tidak bisa menyentuhnya saat ini. kalau hanya omelan, Ruby masih bisa menanggungnya.“Mengacau dalam hal apa?” tanya Ruby dengan sedikit lebih berani. Sikap hormat yang kemarin ditunjukkan Ruby karena menganggap Esli pria yang tengah bersedih akibat anaknya mengalami kecelakaan dan koma, tidak lagi ada. Baginya, Esli tidak lebih dari penipu yang memanfaatkannya.“Kau jangan macam-macam!” Esli terdengar semakin marah.“Aku tidak mengacau.” Ruby tidak ingin membuatnya marah lebih jauh. Teringat ibunya masih ada bersama Esli. Kalau tahu wajah asli Esli adalah penipu, Ruby tidak akan membiarkan Esli membawanya. “Kalau
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-11
Baca selengkapnya

Tidak Akan Mudah

“Tidak akan terjadi! Kau tidak akan menikah dengannya.” Esli menghela napas sambil menghempaskan tubuh ke kursi. Lelah dengan tiba-tiba.“Oh, syukurlah.” Liz lega ayahnya tidak ingkar janji.“Tapi kau pergilah! Ke Paris atau kemana terserah. Jauhi negara ini. Jangan pulang sebelum aku minta,” kata Esli dengan tegas.“BENARKAH?!” Liz memekik girang dan langsung menghambur memeluk ayahnya. Liburan mendadak selalu terdengar menyenangkan.“Jangan sampai bertemu dengan teman-teman yang mengenalmu tapi.” “Hah? Kenapa begitu?” Liz merajuk dengan menghentakkan kaki. Apa gunanya berlibur kalau tidak bisa bersama teman-temannya?“Kau pergi saja dan jangan menghubungi siapapun dari sini! Aku akan mengawasimu!” Esli tidak mendengar protes itu dan menyuruh dengan lebih tegas.“Tapi…”“BERANGKAT SEKARANG!”Liz tersentak dan menatap ayahnya dengan mata memerah. Ini pertama kali ia mendengar ayahnya membentak. Liz menyambar vas yang ada di atas meja lalu membantingnya ke lantai. Ungkapan emosi sebag
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-11
Baca selengkapnya

Sengaja Tidak Mendengar

“Kau tahu aku sibuk,” kata Ed, sambil memijat keningnya. Nyeri itu masih ada. Obat itu sepertinya tidak berguna.”“Dan kenapa kau bertanya?” Ed bertanya, tapi sudah tahu apa jawabannya.“Kau punya istri sekarang. Tanggung jawabmu adalah untuk pulang.”Tebakan Ed tidak salah. Javier membahas hal yang tidak ingin didengarnya.“Kau terlalu peduli dengannya!” desis Ed.“Dia istrimu sekarang. Tentu aku peduli. Kau seharusnya datang dan mencoba untuk dekat dengannya. Meminta maaf paling tidak. Kau menyakitinya.” Javier mengomel.“Haruskah? Aku tidak memaksa…”“Entah kau memaksa atau tidak, kau membuatnya menangis! Kau ingat menangis? Hal yang terjadi saat ada yang merasa sakit, terluka atau sedih, marah juga.” Javier tentu hanya tengah bersikap sarkastik. Menyindir Ed—menyebutnya tidak berperasaan karena tidak mengerti emosi.“Aku tidak sangat bodoh!” gerutu Ed.“Tapi sekarang terlihat seperti itu! Pulang dan urus dia!” Javier kini tidak menyarankan lagi, tapi menyuruh.“Nanti!” Ed tidak me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-12
Baca selengkapnya

Tidak Lagi Berani

Ruby memegang rak penyimpanan piring sambil mengatur napas. Tiba-tiba saja pandangannya gelap tadi, hanya sekilas. “Senora, apa Anda yakin bisa membawanya?” Tita menyerahkan nampan makanan pada Ruby dengan wajah ragu. “Oh, bisa.” Ruby menegakkan tubuh. Ia sudah meminum teh manis tadi, dan tubuhnya sudah cukup segar. Ia membantu Tita sejak tadi tanpa masalah—bersama dua pelayan lain. Makanan itu adalah jatah Pastor Javier. Satu-satunya penghuni rumah yang boleh tidak datang ke meja makan rupanya Javier. Biasanya Tita yang mengantar. Ruby menawarkan diri untuk membawa makanan itu pondok di sebelah chapel yang menjadi tempat tinggal Javier. Bukan karena terlalu rajin, tapi pilihan yang lain adalah menyiapkan makanan di meja. Ruby tidak ingin berada di ruang makan itu. Bisa jadi Pedro akan mendatanginya lagi. Mía mungkin buta sampai tidak bisa melihat kalau pria itu mata keranjang. “Ini tidak berat.” Ruby mengangguk meyakinkan Tita. Nampan itu tidak sangat berat. Ruby biasa membawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-12
Baca selengkapnya

Masih Tidak Ingin Bertemu

“Pingsan? Kenapa memang?” tanya Ed. Javier mendesah sambil mengusap rambutnya. Kakaknya itu tidak terdengar peduli. Ia hanya bertanya sekadarnya karena penasaran. “Tiba-tiba saja begitu.” Javier tidak akan besar mulut dan mengumbar apa yang dilakukan Pedro. Kakaknya tidak memerlukan tambahan beban. Pedro hanya pria bangsat yang pengecut sebenarnya. “Mungkin ia hanya berpura-pura karena ingin lari.” “Tidak. Kau pikir aku tidak bisa membedakan pingsan pura-pura dan asli. Dia benar-benar lemas.” Javier memandang dokter yang saat ini memeriksa Liz dan tidak melihat keanehan. Dokter itu merawat dan tampak memasang infus malah. Tidak mungkin Liz berpura-pura. Javier yang memanggil dokter itu setelah Tita menyusul karena khawatir tadi. Javier meminta Tita untuk diam sementara ini.“Ya sudah kau rawat saja.” Ed tidak terdengar khawatir. “Kau benar tidak akan pulang? Kau harus melihatnya!” Tujuan Javier mengubungi tentu karena menyuruh Ed untuk pulang dan menjenguk Liz. “Untuk apa aku m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-12
Baca selengkapnya

Tidak Kasar Lagi Mempesona

Sebelum benar-benar tidak sadar, Ruby masih mendengar bagaimana Javier menyebut tentang Mía. Tidak dalam konteks buruk. Justru dengan hati-hati. Tentang membiarkan Pedro ada karena Mía. “Mungkin hanya kurang tidur. Aku tidak tidur terlalu nyenyak dua hari ini. Tempat baru.” Ruby memutuskan untuk diam. Kehati-hatian yang sama karena seharusnya ia tidak menimbulkan masalah. Paling tidak sampai dua minggu ini. Ruby tidak akan melawan maupun melakukan apa pun yang mengguncang rumah Rosas untuk dua minggu ini. “Yah, aku juga sama. Sulit untuk menyesuaikan diri di tempat baru.” Javier percaya dan Ruby lega. Alasannya masuk akal. “Tapi kau tidak perlu khawatir sebenarnya. Yah… Pedro memang brengsek. Tapi tidak ada yang berbuat aneh padamu selain dia. Kau bisa tenang di sini.” Kalau bisa, Ruby ingin tertawa tergelak. Javier sepertinya tidak tahu seperti apa Mía bersikap padanya. Entah terlalu buta dan menyayangi bibinya itu, atau memang ia tidak paham sifatnya. “Ini makanlah. Tita tadi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-12
Baca selengkapnya

Tidak Berminat Padanya

“Lebih baik kau istirahat dulu di sini.” Javier bisa melihat keadaan Ruby masih belum pulih.Wajah Ruby menghangat. Tidak ada rasa jijik seperti saat Pedro mendekatinya, atau pun Ed yang membuatnya takut.“Tidak. Aku akan kembali.” Ruby tidak akan gila dan membiarkan dirinya semakin kehilangan arah. Bersama Javier lebih lama lagi akan membuat otaknya sinting karena semakin terpesona.Terpesona pada adik iparnya saja sudah buruk, apalagi adik ipar itu adalah pastor.“Aku antar kalau begitu.”Ruby ingin menggeleng lagi, tapi Javier sudah memapah dan membantunya berjalan. Ruby mengeluh dalam hati, tapi memang membutuhkan bantuan itu. Ruby tahu tubuhnya tidak akan sampai keluar ruangan kalau berjalan sendiri.“Aku mohon kau makan dengan lebih teratur. Tubuhmu sepertinya rapuh.” Javier kembali berkomentar saat membantu Ruby menaiki undakan batu.“Oke.” Ruby tidak membantah meskipun sebenarnya merasa geli. Baru sekali ini ada orang yang mengatakan tubuhnya rapuh. Ruby tidak pernah merasa ra
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-13
Baca selengkapnya

Tidak Bisa Lagi Abai

“Maaf, tapi tidak ada apa pun. Semua bagian kepala Anda baik-baik saja.” Dokter yang ada di hadapan Ed menyampaikan dengan takut-takut, karena mata Ed tampak semakin menyipit.“Tapi sakitnya ada!” desis Ed.“Saya mengerti, tapi kami tidak menemukan apapun. Hasil CT scan dan yang lain sangat bersih. Tidak ada retak mau pun kelainan yang bisa kami temukan.”Dokter itu juga sangat tidak nyaman menyampaikan berita itu karena sudah mengulang prosedur ini paling tidak untuk ketiga kalinya. Dan hasilnya selalu sama tidak ada kelainan pada kepala Ed.“Jadi maksudmu aku hanya berhalusinasi dan gila?” Ed sekuat tenaga menahan diri agar tidak membentak. Dokter adalah orang yang ia harap bisa membantunya saat ini. Tapi dokter yang didatanginya malah terlihat menyerah dan tidak tahu.“Bukan gila. Anda salah paham. Ini hanya masalah psikologis.” Dokter itu semakin tidak tenang. Meski Ed mencoba untuk bicara setenang mungkin, tapi ia tahu kalau pasiennya itu menyimpan amarah.“Kau baru saja mengatak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-13
Baca selengkapnya

Penyiksaan yang Tidak Mempan

“Sudah selesai? Astaga, cepat sekali.” Tita dengan kagum melihat deretan panci dan segala peralatan memasak yang telah bersih. Tita tadi meminta pada Ruby agar memulai terlebih dahulu, dan nanti ia akan membantu setelah selesai mengirim makanan—untuk Javier dan pekerja yang memang selalu mendapat jatah makan dari rumah itu. Tapi begitu kembali, Ruby malah sudah menyelesaikan pekerjaan mencuci perabotan kotor itu. Padahal jumlahnya cukup banyak dan hampir semua bernoda berat. "Selesai." Ruby melapor dengan puas. Setelah makan lebih teratur, tentu saja Ruby sekarang berada di dalam keadaan sehat sempurna. Bisa melakukan pekerjaan apapun tanpa beban. Ia menjadi lebih efisien saat membantu Tita. “Ya, Anda hebat sekali.” Tita dengan kebingungan melihat semua hasil kerja Ruby. Terlihat tidak wajar. “Apa Anda pernah mengerjakan hal seperti ini sebelumnya?” Tita mengambil salah satu panci yang kemarin tampak hitam, tapi kini pantatnya kembali berkilau. Ruby menggosoknya sekuat tenaga ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-13
Baca selengkapnya

Tamu Tidak Terduga

“Oke.” Ruby kembali mengangguk sambil tersenyum. Ia tidak akan mundur dan mengeluh.“Anda yakin?” Pekerja itu kaget saat melihat Ruby mengambil alih gerobak sorong dari tangannya.“Ya, tapi bisa aku meminjamnya?” Ruby menunjuk topi jerami lebar yang ada di kepalanya.“Oh, silakan!” Pria setengah baya itu mengulurkan topi kepada Ruby. Topi itu lebar, Ruby memerlukannya untuk melawan terik. Kemarin malam hujan turun lebat tapi hari ini sangat cerah.“Terima kasih. Silakan lanjutkan bekerja lagi.” Ruby menangkan pria itu dengan senyumnya, sembari memakai overall anti air dan meletakkan sekop di atas gerobak, lalu mendekatkannya ke arah tumpukan kotoran bertabur lalat itu. Ruby memasang sarung tangan dan mulai mengayunkan sekop.Pria itu masih memandang Ruby beberapa saat, tapi kemudian meninggalkannya saat Ruby mulai mengangkat tumpukan kotoran kuda itu. Perintah yang diterimanya seperti itu. Tidak ada yang boleh membantu Ruby sampai selesai.“Huk!” Ruby mencoba menguatkan diri, tapi saa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
34
DMCA.com Protection Status