“Ka, ngapa lo dari tadi pegang-pegang pipi mulu? Sakit gigi?” Pertanyaan dari Bimo membuatku tersadar dan buru-buru menurunkan tangan. “Hah? Nggak ah, pegang pipi apa sih?” “Lo ngga nyadar ya, dari tadi, lo jalan menuju kelas, sampe sekarang, tangan lo tuh di pipi muluk!” tatapan Bimo penuh selidik, jadi berasa terdakwa yang di interogasi polisi deh gue. “Oh gue tau!” Bimo tersenyum. Ia mendekatkan kepalanya, lalu berujar dengan suara yang lebih lirih. “Jangan-jangan, tadi malam lo berbuat tidak senonoh, terus digampar sama bu Yura!” What? Aku melotot dan reflek tanganku mencekik leher Bimo. Pelan kok, ngga kenceng, bukan mau bunuh orang. “Gila lo ya, banyak orang, jangan sebut namanya di sini!” “Wekkk, ampun, ampuuun” jerit Bimo, segera kulepaskan cengkraman tanganku di lehernya. Bimo lalu membenarkan kerah bajunya yang berantakan karena kucekik tadi. “Kalo bukan itu terus apa?” tanyanya. Aku menarik napas sambil mencari alasan yang tepat. “Kepo amat si lo! Ada nyamuk tadi ne
Read more