Home / Romansa / Menjadi Janda di Malam Pertama / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Menjadi Janda di Malam Pertama: Chapter 41 - Chapter 50

139 Chapters

Bab 26 MJDMP A

Bab 26 MJDMP"Ahmad?" sapa seorang wanita berparas cantik khas orang arab pada dr. Ahmad.dr. Ahmad dan Anjani menoleh bersamaan ke arah sang pemilik suara, seorang wanita cantik dengan tipe sejenis dr. Ahmad, mata lebar dengan bulu mata lentiknya, kulit putih dan hidung mancung sebagai anggota tubuh paling khas dari bangsa mereka."Najwa?" balas dr. Ahmad dengan raut wajah terkejut sekaligus tak menyangka."Ya salam, nggak nyangka ketemu ente di sini, kef bkher, ya?" tanya perempuan dengan nama Najwa tersebut dengan gaya bahasa khas orang jamaah (dzurriyat Rasul)."Alhamdulillah, Kher. Ente sendiri, kef? Bkher, ya? Sama siapa di Bangil?" tanya dr. Ahmad balik dengan gaya bahasa yang sama, gaya bahasa yang baru didengar oleh Anjani."Alhamdulillah, kher. Ana di Bangil sama—," Najwa menjeda ucapannya, kemudian menoleh ke belakang, menunjuk seorang lelaki berparas sebelas dua belas dengan Najwa dan dr. Ahmad yang tengah berjalan dari sebuah mobil."Siapa dia? Hawi ente? Apa calon?" tany
last updateLast Updated : 2023-05-26
Read more

Bab 26 MJDMP B

"Cara Habib berkomunikasi dengan Kak Najwa terlihat akrab dengan logat khas arabnya. Saya baru lihat Habib versi itu," jelas Anjani membuat dr. Ahmad tersenyum."Tapi saya versi yang asli ya seperti ini, An. Seperti yang setiap hari kamu lihat bagaimana saya berkomunikasi dengan keluarga di rumah. Sebab walaupun Abah dan Ummi sama-sama arab, mereka tak pernah mengajarkan saya untuk lebih mengedepankan budaya arab. Sebab saya bangsa Indonesia, lahir, besar dan hidup di Indonesia, sehingga budaya dan bahasa saya pun Indonesia.Abah selalu mengajarkan, untuk menghidupkan sikap nasionalis dalam jiwa, sebab mencintai tanah air adalah bagian dari iman. Tentang budaya arab, kami hanya sekedar tau dan menjaganya sebagai budaya nenek moyang.Hanya saja, saya memang mempelajari banyak cara berkomunikasi, sebab saya akan menyesuaikan cara bicara saya dengan lawan bicara. Saya lakukan itu dengan tujuan supaya orang bisa merasa nyaman saat berbincang dengan saya," tutur dr. Ahmad menjelaskan alasa
last updateLast Updated : 2023-05-26
Read more

Bab 27 MJDMP

Bab 27 MJDMP"Jujur, An, penolakan Zahira tak pernah membuat saya menyesal seperti saya menyesali penolakan kamu," jawab dr. Ahmad pendek, akan tetapi sarat akan makna."Sebab saya ditolak sebelum saya berharap, berbeda dengan saat kamu menolak saya, rasanya ada sesal saat sebuah harapan yang sangat kuat itu ternyata terhalang untuk terwujud. Tapi kamu tenang saja, hal itu tak lantas membuat saya putus asa, justru saya merasa tertantang, untuk menaklukkan hati kamu, An," lanjut dr. Ahmad lagi.Anjani kembali tertegun mendengar penuturan dr. Ahmad, merasa bersalah telah menangguhkan harapan lelaki sebaik dr. Ahmad. Tapi, memaksa menjawab iya pun tak kan merubah keadaan menjadi lebih baik. Justru semuanya akan semakin runyam sebab ketidaksiapannya."Maaf, Bib." lagi-lagi, hanya kata maaf yang bisa terucap dari bibir Anjani."Nggak apa-apa, An. Jadi kamu butuh belanja apa ini?" tanya dr. Ahmad berusaha mengalihkan pembahasan."Saya butuh ke toko bahan kue saja sih, Bib.""Ya sudah, kita
last updateLast Updated : 2023-05-26
Read more

Bab 28 MJDMP A

Bab 28 MJDMP"Bib, kok ngebut sangat?" tanya Anjani heran, sebab dr. Ahmad mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata."Hari ini hari sabtu, kan? Saya lupa kalau praktik buka lebih awal. Ini sudah jam setengah lima, jam lima saya sudah harus stand bye," jawab dr. Ahmad dengan pandangan masih fokus ke arah depan.Terlalu asyik bercengkrama bersama Anjani membuat dr. Ahmad melupakan jadwal praktik di rumahnya. Hal yang selama ini hampir tak pernah dilakukan olehnya yang memiliki kepribadian disiplin dalam segala hal."Ya Allah, Bib. Kok bisa lupa? Terus gimana?" sahut Anjani yang malah ikut panik."Ya nggak gimana-gimana, An. Ini mangkanya saya buru-buru pulang. Kamu sudah nggak ada yang perlu dibeli lagi, kan?" tanya dr. Ahmad memastikan semua kebutuhan Anjani telah terpenuhi.Anjani menggelengkan kepalanya cepat, "tidak ada, Bib," jawabnya sambil tertunduk. Merasa bersalah, sebab karena dirinya dr. Ahmad sampai terancam telat memulai jam praktiknya.Melihat Anjani yang h
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 28 MJDMP B

"Berdua saja, Ummi," jawab Anjani sambil tertunduk. Ia paham, feeling seorang ibu sangatlah tajam. Ia yakin pertanyaan demi pertanyaan yang Ummi Fahira tanyakan padanya bertujuan untuk mencari tahu lebih banyak tentang apa yang telah terjadi di antara ia dan putranya.Ummi Fahira kembali tersenyum, "Kamu tahu? Kamu wanita pertama yang diajak makan bersama oleh Ahmad hanya berdua, lho, Anjani," jelas Ummi Fahira membuat Anjani kembali tersipu malu."Tapi, apa kata Ummi? Wanita pertama? Apa maksud Ummi? Masa iya dr. Ahmad tak pernah mengajak mantan istrinya makan berdua? Rasanya tidak mungkin jika mengingat betapa dr. Ahmad begitu mencintainya," batin Anjani yang tak sampai hati untuk menanyakannya langsung pada Ummi."Ummi, itu artinya Daddy suka ya sama Mbak Anjani? Soalnya tadi Daddy bilang mau minta Mbak Anjani untuk jadi Mommy Zahira," celetuk Zahira membuat Ummi Fahira terkejut, begitupun dengan Anjani.Ummi Fahira memang paham jika kepergian putranya bersama Anjani adalah bentuk
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 29 MJDMP A

Bab 29 MJDMP"Maaf ya, tadi, Zahira—,""Tidak apa-apa, Bib. Saya paham kok, namanya juga anak kecil," sahut Anjani seraya tersenyum. Mereka berdua kini sedang berjalan beriringan menuju tempat praktik dr. Ahmad."Nanti saya akan coba kasih pengertian sama Zahira, ya? Sekali lagi, maaf.""Tidak apa-apa, Bib, saya maklum kok." Anjani menjawab sambil tersenyum manis."Ya begitulah anak kecil, ia hanya akan bersikap sesuai hatinya. Tidak ada noda kemunafikan dalam dirinya. Anak kecil memang tidak mengenal penolakan, ya, An? Semoga kamu mempertimbangkan harapan Zahira, An. Setidaknya, jika harapan saya tidak layak untuk kamu pertimbangkan, mungkin kamu bisa mempertimbangkan harapan Zahira," lanjut dr. Ahmad penuh harap.Anjani menghentikan langkahnya sejenak, begitupun dr. Ahmad. Pandangan mereka saling bersirobok, saling menyampaikan isi hati melalui pancaran sorot mata mereka.Posisi mereka yang sudah berada di teras rumah membuat para pasien yang sedang menunggu antrean jadi malah terfo
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 29 MJDMP B

Anjani segera membuka ruangan praktik, lalu memanggil pasien dengan nomor urut pertama.Tak lama kemudian tampak ibu-ibu dengan perut membuncit maksimal memasuki ruangan praktik. "Assalamualaikum, Pak Dokter," sapanya dengan suara cemprengnya. "Terdengar sok akrab, mungkin sudah langganan kali, ya?" batin Anjani."Wa'alaikumsalam, Bu. Sendirian aja nih?" balas dr. Ahmad ramah."Iya, Dok. Biasalah, doi lagi sama daun muda," jawabnya membuat Anjani melotot seketika. Menyadari itu, dr. Ahmad hanya tersenyum penuh makna."Baik, Bu, silakan duduk, bukunya dibawa, ya?" tanya dr. Ahmad seraya membuka sebuah buku data besar."Dibawa dong, Dok. Always," balas ibu-ibu dengan postur tubuh yang menggendut di mana-mana itu dengan bahasa sok akrab. Kemudian ia menyerahkan sebuah buku berwarna pink pada dr. Ahmad."An, sini!" panggil dr. Ahmad pada Anjani yang berdiri di sisi pasien berhadapan dengan dr. Ahmad.Anjani mendekat ke arah dr. Ahmad, "Ya, Dok?""Kamu yang catat, ya, nanti saya pandu."
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 30 MJDMP A

Bab 30 MJDMPAnjani menutup pintu kembali saat bu Sunarti baru saja keluar dari ruang periksa."Langsung pasien ke-dua, Dok?" tanya Anjani pada dr. Ahmad."Duduk dulu, An, kita minum dulu, baru lanjut lagi," ucap dr. Ahmad seraya membuka kulkas tempat ia menyimpan vaksin, dan mengambil dua botol air mineral yang selalu disediakannya di sana.Ia lalu menyerahkan sebotol air mineral untuk Anjani, dan sebotol lagi untuk dirinya sendiri. "Minum, An," dr. Ahmad mempersilakan Anjani untuk meminum air mineral yang diberikannya."Terima kasih, Dok," jawab Anjani kemudian meneguk air dari botol, hal yang sama juga dilakukan oleh dr. Ahmad."Bu Sunarti itu salah satu pelanggan setia saya, orangnya memang agak sedikit ceriwis, tapi di balik banyaknya dia berbicara dia menyimpan banyak luka," jelas dr. Ahmad setelah meneguk minumannya, membuat Anjani manggut-manggut, paham."Termasuk suami yang menduakannya, ya, Dok? Tadi beliau sempat bercerita." Anjani menyahuti cerita dr. Ahmad."Benar, itu sa
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 30 MJDMP B

Anjani kemudian melakukan apa yang diinstruksikan oleh dokter. Gadis manis itu terlihat sangat bersemangat menjalankan tugasnya, membuat dr. Ahmad turut semakin bersemangat. Bagaimana tidak? Bekerja didampingi oleh yang dipuja memang mood booster tersendiri baginya.Pasien ke-sepuluh telah dipanggil, namun tidak ada tanda-tanda kemunculannya."Bagaimana, Dok?""Kita tunggu lima menit lagi, duduklah, An!" titah dr. Ahmad, yang dituruti oleh Anjani. Gadis yang kini menjadi tambatan hati dr. Ahmad itu kini duduk berhadapan dengannya, ia kembali meneguk air mineral yang masih tersisa.Sedangkan dr. Ahmad seperti biasa, hanya memandangi Anjani lekat, menamatkan setiap detail dari berbagai sisi kepribadian wanita yang dinantikan kebersediaannya menjadi istri."Saya senang lihat semangat kamu, An. Kamu benar-benar power full, dan terlihat mengerjakan segala sesuatu dengan hati, jadi yang melihat pun dapat merasakannya," puji dr. Ahmad membuat Anjani merasa tersanjung."Saya tidak punya alasa
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 31 MJDMP A

Bab 31 MJDMP"Bu Ambar?" cicit Anjani dengan suara tertahan dan mata membola, celingukan ke kanan dan kiri, mencari keberadaan suami Bu Ambar, sosok yang paling ia hindari untuk saat ini.Berbeda dengan Anjani, Bu Ambar terlihat tenang, sama sekali tidak terkejut saat melihat keberadaan Anjani di sana, seolah ia memang telah mengetahui, bahwa memang di sana lah Anjani tinggal saat ini."Anjani," balas Bu Ambar, ramah. Ia tersenyum ke arah Anjani yang masih panik, mengkhawatirkan keberadaan Supeno."Bu Ambar kok bisa di sini? Bu Ambar datang sama siapa?" tanya Anjani masih dengan posisi di ambang pintu. Ekspresi terkejut dan paniknya membuatnya menjadi sorotan banyak orang, tak terkecuali dengan dr. Ahmad."Kamu tenang aja, Anjani, saya datang sendiri kok, hanya dengan Sopir. Kamu tahu sendiri lah, Juragan Supeno mana pernah peduli dengan urusan kehamilan, dia tahunya hanya soal bikin anak, tapi tak mau tahu soal mengurusnya!" balas Bu Ambar sambil terkekeh, namun tetap terdengar pilu.
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status