Home / Romansa / Menjadi Janda di Malam Pertama / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Menjadi Janda di Malam Pertama: Chapter 31 - Chapter 40

139 Chapters

Bab 20 MJDMP A

Bab 20 MJDMP"Rilex aja, An, nggak usah tegang gitu," ucap dr. Ahmad seraya melirik Anjani di tengah mengemudi.Bagaimana tidak tegang? Anjani harus menerima pernyataan demi pernyataan yang terus menghujaninya tanpa henti. Pikirannya kacau, tak bisa mencerna dengan baik apa yang sedang terjadi dalam hidupnya.Rasa gugup yang menyelimuti hatinya membuat tubuhnya bereaksi, telapak tangannya tak berhenti ia remas karena dingin, begitu pun dengan telapak kakinya. Ac yang dingin dari mobil sekelas mercedes benz tak dapat menghentikan keringat dingin yang terus mengucur dari dahinya. Perutnya mendadak mual merasai detak jantungnya yang berlompatan tak karuan."Maaf, Bib. Kita mau ke mana?" akhirnya pertanyaan itu meluncur juga dari mulut Anjani dengan suara bergetar. Hal yang selanjutnya Anjani sesali sebab akhirnya bib Ahmad tahu apa yang tengah terjadi dalam dirinya, melalui suaranya yang bercicit seperti burung kejepit.dr. Ahmad tersenyum, merasa terhibur melihat kegugupan Anjani yang s
last updateLast Updated : 2023-05-23
Read more

Bab 20 MJDMP B

Anjani seolah berhenti bernafas dalam beberapa saat. Kalimat yang baru saja diucapkan oleh bib Ahmad benar-benar membuatnya syok sekaligus bingung.Bagaimana tidak? Pernikahan pertamanya dengan Supeno baru saja berakhir tragis beberapa waktu lalu. Lalu bagaimana mungkin kini ia dihadapkan dengan tawaran sebuah pernikahan lagi? Yang bahkan untuk memikirkannya saja ia masih merasa trauma.Ia paham betul, bahwa dr. Ahmad dan Supeno adalah dua manusia yang sangat jauh berbeda karakternya. Jelas dr. Ahmad akan memperlakukan seorang wanita sebagaimana mestinya.Tapi, itu jika Anjani adalah wanita normal. Pada kenyataannya, perkenalan yang baru beberapa hari, membuat Anjani yakin dr. Ahmad belum sepenuhnya mengenalnya.dr. Ahmad mungkin hanya melihat kebaikan-kebaiakannya, tanpa tau kekurangannya. Mungkin dia beranggapan mampu menerima kekurangan Anjani sebagai sesama manusia yang memang tidak ada kata sempurna. Tapi, apakah ia juga akan bisa menerima jika tahu bahwa Anjani 'cacat' sebagai s
last updateLast Updated : 2023-05-23
Read more

Bab 21 MJDMP A

Bab 21 MJDMP"Alhamdulillah, jadi bagaimana keputusan kamu, An?" desak dr. Ahmad semakin tak sabaran."Saya —.""Permisi, pesanannya, Pak, Bu," ucap seorang pelayan yang mengantarkan dua gelas es jamu beras kencur membuat percakapan antara dr. Ahmad dan Anjani terpotong."Oh, iya, terima kasih," balas dr. Ahmad ramah."Untuk makanannya masih menyusul ya, Pak. Permisi.""Iya, silakan."Pelayan itu kembali meninggalkan dr. Ahmad dan Anjani."Minum dulu, An, biar nggak tegang. Rilex saja ya," ucap dr. Ahmad yang sebenarnya ia tujukan pada dirinya sendiri.Menantikan jawaban Anjani benar-benar membuatnya harap-harap cemas, melebihi saat ia menantikan jawaban Zahira. Biasanya, ia akan dengan tenang menanti jawaban Zahira tentang calon-calon Mommy yang ditawarkan oleh Ummi Fahira. Ia pun selalu siap dengan penolakan Zahira.Tapi kali ini, harapannya begitu besar pada Anjani, ia merasa khawatir permintaannya ditolak, entah karena apa, mungkin sebab ia sudah terlanjur terperosok ke dalam peso
last updateLast Updated : 2023-05-23
Read more

Bab 21 MJDMP B

"Bib, sekali lagi, saya mohon maaf yang sebesar-besanya," balas Anjani penuh sesal."Kamu tahu, An? ini kali pertama saya ditolak oleh seorang wanita. Selama ini, saya yang selalu menolak wanita dengan alasan Zahira. Tapi kali ini, kamu menolak saya di saat Zahira sudah memberikan restunya. Hebat kamu, An, berhasil membuat seorang Ahmad patah hati," ucap dr. Ahmad dengan tersenyum getir."Sekali lagi saya mohon maaf, Bib. Habib bisa memberhentikan saya bekerja jika memang keberadaan saya selanjutnya akan membuat Habib tidak nyaman. Dari lubuk hati terdalam, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya," balas Anjani yang semakin merasa bersalah."Kamu tenang aja, An. Saya tipe orang yang profesional dalam pekerjaan. Urusan ini adalah urusan personal, tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan kamu. Jadi kamu akan tetap bekerja sesuai perjanjian kita.Saya menghargai keputusan kamu, An. Memang salah saya yang terlalu buru-buru melamar kamu, mungkin karena saya yang sudah terlalu ngebet. Entah
last updateLast Updated : 2023-05-23
Read more

Bab 22 MJDMP A

Bab 22 MJDMP"Permisi, Pak, Bu. Silakan pesanannya," ucap seorang pelayan seraya meletakkan seporsi ayam bakar bumbu rujak, seporsi gurame bakar dan dua piring nasi di atas meja."Terima kasih, Mbak," kali ini Anjani yang menyahuti. Kondisi hati yang jauh lebih tenang mulai mengembalikan Anjani pada karakter aslinya, yang sopan dan ramah."Sama-sama, Bu, selamat menikmati," ucap pelayan tersebut sebelum pergi meninggalkan tempat Anjani dan dr. Ahmad."Silakan, An," ucap dr. Ahmad mempersilakan Anjani untuk menikmati makanan terlebih dahulu."Saya tunggu Habib selesai makan saja," jawab Anjani segan untuk memulai terlebih dahulu. Mengetahui Tuannya menaruh harap padanya, tak lantas membuat Anjani bersikap bangga diri dan congkak hingga melalaikan norma-norma."Padahal kita terbiasa makan bersama saat di meja makan, tapi kenapa saat makan berdua begini jadi berebut makan paling akhir?"celetuk dr. Ahmad sambil terkekeh, membuat Anjani berpikir."Kita makan bareng aja, ya, seperti biasa.
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more

Bab 22 MJDMP B

"Suasana di sini enak ya, Bib?" ucap Anjani seraya mengedarkan mata menikmati pemandangan alam yang indah."Kamu suka?"Anjani mengangguk, "saya suka suasana alam yang asri seperti ini, Bib, rasanya damai aja melihat keindahan ciptaan Tuhan." Anjani menjawab sambil memandangi sungai yang mengalir di bawah."Coba kamu lihat saya, An," pinta dr. Ahmad membuat Anjani mengalihkan pandangan ke arahnya."Nah, yang kamu lihat saat ini, juga keindahan ciptaan Tuhan yang mendamaikan, kan?" ucap dr. Ahmad dengan percaya dirinya, membuat Anjani menahan tawa."Loh, kok ketawa, An? Salah, ya? Memangnya saya nggak indah?" tanya dr. Ahmad yang sebenarnya juga tengah menertawai kekonyolan dirinya.Hal konyol yang hampir tak pernah dilakukannya selama ini, tapi di hadapan Anjani, ia merasa nyaman untuk memperlihatkan bagaimana karakter aslinya. Tanpa perlu memikirkan untuk menjaga image sebagai dokter ataupun seorang sayyid."Indah kok, Bib, indah. Sangat indah malah. Saya aja sampai terkesima waktu p
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more

Bab 23 MJDMP

Bab 23 MJDMP"Kok diam, An? Apa ada yang salah?" tanya dr. Ahmad saat ungkapannya tak mendapat respon dari Anjani.Anjani mengangkat kepalanya, kemudian tersenyum, berusaha tetap tenang, "Nggak apa-apa, Bib. Saya jadi kepikiran Zahira aja, apa dia nggak mencari kita, ya? Sebab tadi kita hanya menurunkannya bersama Ummi Fahira," jawab Anjani beralasan, berusaha mengalihkan pembahasan."Kamu nggak perlu pikirkan Zahira, dia akan mengerti, lagi pula kan ada Ummi. Kita pergunakan saja waktu yang ada ini sebaik mungkin, untuk saling mengenal dan mendalami karakter satu dengan yang lain. Bukankah kamu bilang kita butuh waktu untuk itu?" ucap dr. Ahmad balas membalikkan perkataan Anjani.Anjani terdiam, gadis bergelar janda itu tak lagi berkomentar.Seolah memahami kegelisahan Anjani, dr. Ahmad berinisiatif untuk kembali bertanya,"Memangnya kenapa, An? Apa ada hal lain yang ingin kamu kerjakan?" "Tidak ada, Bib. Sebenarnya tadi sepulang sekolah saya berencana belanja, tapi kalau jam segin
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more

Bab 24 MJDMP

Bab 24 MJDMP"Sudah lah, tak perlu dibahas, bukan hal penting. Mendingan kamu coba pakai ponsel kamu, cek fitur yang berlogo hijau itu," ucap dr. Ahmad seraya menunjuk ke arah layar Anjani, tepat ke sebuah aplikasi berwarna hijau yang hampir digunakan oleh seluruh pengguna android di dunia."Sudah?""Sudah, Bib.""Nah, coba sekarang kamu pelajari, apa yang bisa kamu pahami dari halaman itu?" ucap dr. Ahmad memberi instruksi. Anjani menurut dan mulai mempelajari aplikasi yang sedang ia jelajahi. Dengan membaca instruksi ia sedikit-sedikit sudah mulai mengerti."Chat itu maksudnya pesan teks ya, Bib? Semacam SMS, gitu?" tanya Anjani memastikan."Iya, pesan teks salah satu yang paling sering digunakan. Tapi dalam fitur chat, kamu juga bisa mengirim pesan gambar, audio dan video," jelas dr. Ahmad.Anjani mengangguk-angguk paham."Canggih ya, Bib? Dahulu saya pernah megang ponsel punya teman, bentuknya kecil, dan hanya bisa digunakan untuk mengirim pesan teks dan menelpon," jelas Anjani po
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more

Bab 25 MJDMP A

Bab 25 MJDMP"Engkau bagiku seperti sebuah magnet untuk serpihan besi yang tertimbun di antara ribuan butir pasir, kau menarikku dengan kekuatanmu, memisahkanku dari tumpukan pasir yang mengganggu, menyadarkanku, bahwa sesungguhnya, berada di dekatmu aku merasa jauh lebih berharga." itulah bunyi pesan yang baru saja dikirimkan oleh Anjani untuk dr. Ahmad. Sebuah pesan yang mewakili isi hatinya "Pandai juga kamu bikin perumpamaan, ya?" puji dr. Ahmad seraya tersenyum kagum ke arah Anjani.Anjani hanya balas tersenyum. "Berarti sudah bener ya, Bib, cara kirim pesan teksnya?" "Sudah, sekarang coba kamu pakai fitur pesan suaranya, ada icon bergambar microfon di sebelah kolom untuk mengetik pesan teks, klik itu dan tahan selama kamu merekam suara." dr. Ahmad kembali memberi arahan, dan Anjani segera mengikuti arahan yang diberikan oleh dr. Ahmad.Ia mengirim voice note layaknya orang yang sedang mengetes microfone."Tes ... Satu dua, tes tes, kok hp Habib nggak bunyi suara saya, ya?" tan
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more

Bab 25 MJDMP B

"Project besar, Bib?""Iya, project memberikan Ummi menantu idamannya," jawab dr. Ahmad membuat Anjani tertunduk.Rasa bersalah kembali menyapa Anjani, ingin rasanya ia katakan alasan yang sebenarnya pada dr. Ahmad, supaya lelaki itu berhenti mengharapkannya.Akan tetapi ia merasa tak mampu. Menceritakan kembali luka lama begitu menyakitkan baginya, di sisi lain, ia khawatir kedepannya akan merasa semakin tidak nyaman, jika dr. Ahmad mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Ia merasa ini belum saatnya, ia khawatir rasa malu dan tak percaya diri akan mendominasi saat orang lain mengetahui kekurangan dalam dirinya, sehingga mempengaruhi performa kerjanya."Bib, saya harap Bib Ahmad berhenti mengharapkan itu terjadi," ucap Anjani setelah cukup lama terdiam."Memangnya kenapa, An? Bukankah semua hanya soal waktu?""Saya hanya tidak ingin Habib menunggu hal yang tidak pasti itu terlalu lama.""Ini sudah menjadi keputusan saya, An, dan kamu tidak berhak mengatur apa yang menjad
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status