Bab 21 MJDMP"Alhamdulillah, jadi bagaimana keputusan kamu, An?" desak dr. Ahmad semakin tak sabaran."Saya —.""Permisi, pesanannya, Pak, Bu," ucap seorang pelayan yang mengantarkan dua gelas es jamu beras kencur membuat percakapan antara dr. Ahmad dan Anjani terpotong."Oh, iya, terima kasih," balas dr. Ahmad ramah."Untuk makanannya masih menyusul ya, Pak. Permisi.""Iya, silakan."Pelayan itu kembali meninggalkan dr. Ahmad dan Anjani."Minum dulu, An, biar nggak tegang. Rilex saja ya," ucap dr. Ahmad yang sebenarnya ia tujukan pada dirinya sendiri.Menantikan jawaban Anjani benar-benar membuatnya harap-harap cemas, melebihi saat ia menantikan jawaban Zahira. Biasanya, ia akan dengan tenang menanti jawaban Zahira tentang calon-calon Mommy yang ditawarkan oleh Ummi Fahira. Ia pun selalu siap dengan penolakan Zahira.Tapi kali ini, harapannya begitu besar pada Anjani, ia merasa khawatir permintaannya ditolak, entah karena apa, mungkin sebab ia sudah terlanjur terperosok ke dalam peso
"Bib, sekali lagi, saya mohon maaf yang sebesar-besanya," balas Anjani penuh sesal."Kamu tahu, An? ini kali pertama saya ditolak oleh seorang wanita. Selama ini, saya yang selalu menolak wanita dengan alasan Zahira. Tapi kali ini, kamu menolak saya di saat Zahira sudah memberikan restunya. Hebat kamu, An, berhasil membuat seorang Ahmad patah hati," ucap dr. Ahmad dengan tersenyum getir."Sekali lagi saya mohon maaf, Bib. Habib bisa memberhentikan saya bekerja jika memang keberadaan saya selanjutnya akan membuat Habib tidak nyaman. Dari lubuk hati terdalam, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya," balas Anjani yang semakin merasa bersalah."Kamu tenang aja, An. Saya tipe orang yang profesional dalam pekerjaan. Urusan ini adalah urusan personal, tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan kamu. Jadi kamu akan tetap bekerja sesuai perjanjian kita.Saya menghargai keputusan kamu, An. Memang salah saya yang terlalu buru-buru melamar kamu, mungkin karena saya yang sudah terlalu ngebet. Entah
Bab 22 MJDMP"Permisi, Pak, Bu. Silakan pesanannya," ucap seorang pelayan seraya meletakkan seporsi ayam bakar bumbu rujak, seporsi gurame bakar dan dua piring nasi di atas meja."Terima kasih, Mbak," kali ini Anjani yang menyahuti. Kondisi hati yang jauh lebih tenang mulai mengembalikan Anjani pada karakter aslinya, yang sopan dan ramah."Sama-sama, Bu, selamat menikmati," ucap pelayan tersebut sebelum pergi meninggalkan tempat Anjani dan dr. Ahmad."Silakan, An," ucap dr. Ahmad mempersilakan Anjani untuk menikmati makanan terlebih dahulu."Saya tunggu Habib selesai makan saja," jawab Anjani segan untuk memulai terlebih dahulu. Mengetahui Tuannya menaruh harap padanya, tak lantas membuat Anjani bersikap bangga diri dan congkak hingga melalaikan norma-norma."Padahal kita terbiasa makan bersama saat di meja makan, tapi kenapa saat makan berdua begini jadi berebut makan paling akhir?"celetuk dr. Ahmad sambil terkekeh, membuat Anjani berpikir."Kita makan bareng aja, ya, seperti biasa.
"Suasana di sini enak ya, Bib?" ucap Anjani seraya mengedarkan mata menikmati pemandangan alam yang indah."Kamu suka?"Anjani mengangguk, "saya suka suasana alam yang asri seperti ini, Bib, rasanya damai aja melihat keindahan ciptaan Tuhan." Anjani menjawab sambil memandangi sungai yang mengalir di bawah."Coba kamu lihat saya, An," pinta dr. Ahmad membuat Anjani mengalihkan pandangan ke arahnya."Nah, yang kamu lihat saat ini, juga keindahan ciptaan Tuhan yang mendamaikan, kan?" ucap dr. Ahmad dengan percaya dirinya, membuat Anjani menahan tawa."Loh, kok ketawa, An? Salah, ya? Memangnya saya nggak indah?" tanya dr. Ahmad yang sebenarnya juga tengah menertawai kekonyolan dirinya.Hal konyol yang hampir tak pernah dilakukannya selama ini, tapi di hadapan Anjani, ia merasa nyaman untuk memperlihatkan bagaimana karakter aslinya. Tanpa perlu memikirkan untuk menjaga image sebagai dokter ataupun seorang sayyid."Indah kok, Bib, indah. Sangat indah malah. Saya aja sampai terkesima waktu p
Bab 23 MJDMP"Kok diam, An? Apa ada yang salah?" tanya dr. Ahmad saat ungkapannya tak mendapat respon dari Anjani.Anjani mengangkat kepalanya, kemudian tersenyum, berusaha tetap tenang, "Nggak apa-apa, Bib. Saya jadi kepikiran Zahira aja, apa dia nggak mencari kita, ya? Sebab tadi kita hanya menurunkannya bersama Ummi Fahira," jawab Anjani beralasan, berusaha mengalihkan pembahasan."Kamu nggak perlu pikirkan Zahira, dia akan mengerti, lagi pula kan ada Ummi. Kita pergunakan saja waktu yang ada ini sebaik mungkin, untuk saling mengenal dan mendalami karakter satu dengan yang lain. Bukankah kamu bilang kita butuh waktu untuk itu?" ucap dr. Ahmad balas membalikkan perkataan Anjani.Anjani terdiam, gadis bergelar janda itu tak lagi berkomentar.Seolah memahami kegelisahan Anjani, dr. Ahmad berinisiatif untuk kembali bertanya,"Memangnya kenapa, An? Apa ada hal lain yang ingin kamu kerjakan?" "Tidak ada, Bib. Sebenarnya tadi sepulang sekolah saya berencana belanja, tapi kalau jam segin
Bab 24 MJDMP"Sudah lah, tak perlu dibahas, bukan hal penting. Mendingan kamu coba pakai ponsel kamu, cek fitur yang berlogo hijau itu," ucap dr. Ahmad seraya menunjuk ke arah layar Anjani, tepat ke sebuah aplikasi berwarna hijau yang hampir digunakan oleh seluruh pengguna android di dunia."Sudah?""Sudah, Bib.""Nah, coba sekarang kamu pelajari, apa yang bisa kamu pahami dari halaman itu?" ucap dr. Ahmad memberi instruksi. Anjani menurut dan mulai mempelajari aplikasi yang sedang ia jelajahi. Dengan membaca instruksi ia sedikit-sedikit sudah mulai mengerti."Chat itu maksudnya pesan teks ya, Bib? Semacam SMS, gitu?" tanya Anjani memastikan."Iya, pesan teks salah satu yang paling sering digunakan. Tapi dalam fitur chat, kamu juga bisa mengirim pesan gambar, audio dan video," jelas dr. Ahmad.Anjani mengangguk-angguk paham."Canggih ya, Bib? Dahulu saya pernah megang ponsel punya teman, bentuknya kecil, dan hanya bisa digunakan untuk mengirim pesan teks dan menelpon," jelas Anjani po
Bab 25 MJDMP"Engkau bagiku seperti sebuah magnet untuk serpihan besi yang tertimbun di antara ribuan butir pasir, kau menarikku dengan kekuatanmu, memisahkanku dari tumpukan pasir yang mengganggu, menyadarkanku, bahwa sesungguhnya, berada di dekatmu aku merasa jauh lebih berharga." itulah bunyi pesan yang baru saja dikirimkan oleh Anjani untuk dr. Ahmad. Sebuah pesan yang mewakili isi hatinya "Pandai juga kamu bikin perumpamaan, ya?" puji dr. Ahmad seraya tersenyum kagum ke arah Anjani.Anjani hanya balas tersenyum. "Berarti sudah bener ya, Bib, cara kirim pesan teksnya?" "Sudah, sekarang coba kamu pakai fitur pesan suaranya, ada icon bergambar microfon di sebelah kolom untuk mengetik pesan teks, klik itu dan tahan selama kamu merekam suara." dr. Ahmad kembali memberi arahan, dan Anjani segera mengikuti arahan yang diberikan oleh dr. Ahmad.Ia mengirim voice note layaknya orang yang sedang mengetes microfone."Tes ... Satu dua, tes tes, kok hp Habib nggak bunyi suara saya, ya?" tan
"Project besar, Bib?""Iya, project memberikan Ummi menantu idamannya," jawab dr. Ahmad membuat Anjani tertunduk.Rasa bersalah kembali menyapa Anjani, ingin rasanya ia katakan alasan yang sebenarnya pada dr. Ahmad, supaya lelaki itu berhenti mengharapkannya.Akan tetapi ia merasa tak mampu. Menceritakan kembali luka lama begitu menyakitkan baginya, di sisi lain, ia khawatir kedepannya akan merasa semakin tidak nyaman, jika dr. Ahmad mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Ia merasa ini belum saatnya, ia khawatir rasa malu dan tak percaya diri akan mendominasi saat orang lain mengetahui kekurangan dalam dirinya, sehingga mempengaruhi performa kerjanya."Bib, saya harap Bib Ahmad berhenti mengharapkan itu terjadi," ucap Anjani setelah cukup lama terdiam."Memangnya kenapa, An? Bukankah semua hanya soal waktu?""Saya hanya tidak ingin Habib menunggu hal yang tidak pasti itu terlalu lama.""Ini sudah menjadi keputusan saya, An, dan kamu tidak berhak mengatur apa yang menjad
Bab 34 - DILEMASatu per satu rangkaian acara telah terlewati. Tak banyak yang dilakukan hari ini, hanya doa dan mauidzoh hasanah singkat. Tidak ada acara adat yang beragam. dr. Ahmad sengaja menfokuskan acara pada jamuan para tamu, sebagaimana judulnya tasyakuran.Satu per satu tamu undangan dan keluarga berpamit, kini hanya tersisa beberapa kerabat dan kolega dr. Ahmad, berkumpul untuk sekedar mengobrol, karena niatnya memang perkumpulan mereka untuk reuni.dr. Ahmad berkumpul dan bercengkrama dengan teman-temannya, sementara Anjani menemui para istri yang turut serta.Adapun Zahira, gadis itu berpindah-pindah, kadang berada di pangkuan Daddy-nya, kadang pula berpindah ke sisi Mommy untuk bersiaga. Kelucuan gadis itu menjadi bahan pembicaraan malam ini, gadis kecil dengan sikap dewasa namun tetap dengan cara khas anak-anak. Sungguh sangat menggemaskan.Sejak tadi, Anjani sebenarnya menahan sakit di perutnya. Semakin lama sakit itu semakin terasa intens. Namun di depan para tamu, ia
Bab 33Anjani dan Zahira tengah berada di kamar untuk dirias. Malam nanti adalah malam acara 7 bulanan kehamilan Anjani.Sejak pagi, rumah sudah ramai kunjungan sanak saudara dr. Ahmad. Mereka berkumpul untuk meramaikan acara. Walaupun semua jamuan acara sudah di-handle oleh EO (event organizer) tapi tetap saja Mbak Sri dan kerabat dr. Ahmad menyibukkan diri menyiapkan jamuan.Zahira sangat bahagia hari ini, karena banyak teman saudaranya yang berkumpul. Terlebih, Anjani mengajaknya serta dalam hal tata rias, gadis kecil itu berasa akan disulap menjadi peri saat make up tipis disapukan ke wajah cantiknya.Zahira selesai lebih awal dirias. Gadis kecil itu kemudian dibantu oleh MUA untuk mengenakan gaunnya. Gaun berwarna biru langit senada dengan warna kebaya yang dikenakan Anjani juga jas yang dikenakan oleh Daddy-nya.Di depan cermin full body, Zahira memutar dirinya, mirip seperti tinkerbell yang imut dan menggemaskan.Anjani tersenyum melihat putri sambungnya begitu happy dan antusi
Bab 32 - DILEMA"Bang ...." Anjani memanggil suaminya manja. Di minggu siang yang damai, karena hanya ada mereka berdua di rumah. Mbak Sri berpamit pulang kampung barang sehari, sementara Zahira, tadi.pagi dijemput saudara dari Surabaya untuk diajak ke taman safari.Anjani menolak untuk ikut serta, karena kehamilan yang semakin besar membuatnya merasa mudah capek saat melakukan perjalanan. Terlebih area taman safari sangat luas, kebun binatang Surabaya saja tak mampu ia taklukkan.Kandungannya sudah memasuki usia 7 bulan. Sejak masuk trimester tiga, Anjani menjadi sangat doyan makan. Setelah tiga bulan hanya terbaring dengan makanan infus, ia seperti balas dendam saat perutnya mulai bisa menerima makanan. Kata mbak Sri, itu namanya "Maruk'i". Akibat dari itu, berat badannya melonjak tinggi. Membuat aktivitasnya terasa sangat berat.dr. Ahmad pun tak mempermasalahkannya, asalkan masih di batas normal, dan asal istrinya bersedia melakukan senam hamil untuk tetap menjaga kebugaran. Apapu
Bab 31 - DILEMASetelah rasa kram di perut Anjani berangsur hilang, dr. Ahmad membawa istrinya ke tempat makan. Sekedar duduk sembari menikmati es teh dan beberapa macam gorengan yang tersedia.dr. Ahmad memesan beberapa potong tempe mendoan, ote-ote dan juga pisang goreng. Kemudian membawany ke hadapan sang istri yang tengah duduk manis menikmati es teh."Masih anget, Sayang ... cobain, enak!" ucap dr. Ahamd seraya meletakkan sekotak forengan dengan toping cabe rawit yang menggugah selera.Tak menolak, Anjani pun langsung mencomot tempe mendoan dan memakannya."Enak?" tanya dr. Ahmad."Enak, Bang ... rasanya beda gitu kalau bikinan tangan orang," balas Anjani.dr. Ahmad terkekeh, "itu hanya perasaan kamu saja, kalau bagi Abang, ya jelas jauh lebih enak bikinan kamu," sanjung dr. Ahmad."Nah, itu juga cuma perasaan Abang. Jadilah makan gorengan aja bawa-bawa perasaan," sahut Anjani. Keduanya terkekeh bahagia.Sementara Anjani menikmati gorengan, dr. Ahmad mengangkat kaki Anjani dan me
Bab 30 - DILEMAMobil dr. Ahmad melesat cepat membelah jalanan yang cukup senggang pagi ini. Sepanjang perjalanan, Zahira terlihat riang. Ia berceloteh dan bernyanyi. Sementara Ayuma lebih banyak diam. Moodnya hancur pagi ini. Ia sudah sangat keras memutar otak untuk menggagalkan rencana kepulangannya, namun ia tak mendapatkan hasil apa-apa. Pada akhirnya ia pun berada di mobil ini menuju bandara."Ante Yuma kenapa diem aja?" tanya Zahira menyapa Ayuma."Ante Yuma sedih, Sayang ...," sahut Ayuma mulai berdrama."Sedih kenapa, Ante? tanya Zahira peduli."Karena mau berpisah sama Zahira," sahut Ayuma. Anjani yang berada di bangku depan hanya bisa mengerlingkan kepala, senyum puas tergambar di wajah Ayuma saat melihat Anjani memalingkan wajah ke jendela, berhasil membuat Anjani kesal cukup membuatnya terhibur.Namun senyum itu mendadak berubah masam saat tangan dr. Ahmad meraihnya, lalu mereka saling berpandangan mesra dan menguatkan. Seketika rasa cemburu menguasai hati Ayuma."Ante Yum
Bab 29 - DILEMA"Zahira ... dengar Daddy, Nak ... Mommy minta Ante Yuma untuk pulang itu bukan karena Mommy nggak suka sama Ante Yuma, Sayang ... tapi karena Mommy peduli sama Ante Yuma. Ante Yuma punya kesibukan di tempatnya, jadi Mommy nggak ingin merepotkan Ante Yuma di sini." dr. Ahmad menjelaskan dengan lembut pada Zahira. Namun gadis itu hanya terdiam."Lagi pula, tadi yang minta Ante Yuma pulang bukan Mommy, kok. Tapi Daddy," lanjut dr. Ahmad seketika membuat Zahira menoleh ke arahnya."Kok Daddy malah minta Ante Yuma pulang sih? Daddy nggak asih ah!" gerutu Zahira dengan kedua tangan disilangkan di dada.dr. Ahmad membelai kepala Zahira sayang. "Iya, Nak ... Daddy memang sengaja minta Ante Yuma untuk pulang, karena Daddy mau ajak Zahira ke Surabaya untuk bertemu saudara-saudara di sana? Gimana, Zahira mau, kan? Zahira bisa bebas bermain dengan banyak teman di sana." dr. Ahmad menyampaikan rencananya pada Zahira. Seketika raut wajah gadis itu berubah bahagia."Wah, beneran, Dad
Bab 28 - DILEMA"Keterlaluan kamu, Ayuma!" uca dr. Ahmad menahan amarah."Kok aku? Istri kamu itu yang keterlaluan, mengganggu kenyamanan tamu di rumah suaminya. Emang dasar nggak ada akhlak!" gerutu Ayuma."Tapi kamu hampir saja menamparnya kalau aku nggak segera mencegah. Apa yang seperti itu dikatakan berakhlak?" balas dr. Ahmad tak terima.Ayuma terdiam, ia memalingkan pandangan dari dr. Ahmad. "Sorry ... tadi aku kelepasan. Ya coba aja bayangin, orang lagi tidur dipaksa bangun, kemudian diusir disuruh pindah, terus diomel-omelin, siapa yang nggak kesel coba?" balas Ayuma mulai memutar balikkan fakta."Semua tidak akan menjadi seperti itu kalau kamu langsung bangun dan menuruti permintaannya. Aku lihat sendiri Anjani membangunkanmu untuk shalat dengan penuh kelemah-lembutan, tapi kamu yang tiba-tiba ngegas!" balas dr. Ahmad memojokkan Ayuma.Ayuma semakin memasang wajah kesal."Sudah ya, aku di sini nggak sendang ingin menjelaskan siapa yang salah dan siapa yang benar, tapi yang j
Bab 27 - DILEMAdr. Ahmad mengerjapkan matanya. Malam ini tidurnya terasa sangat nyenyak. Setelah bermalam-malam ia kesulitan tidur nyenyak akibat banyaknya permasalahan yang ia pikirkan, akhirnya ia menemukan kedamaian. Kedamaian yang ia dapatkan setelah kembali merasakan indahnya surga dunia bersama istrinya.Mengingat pergulatan hebatnya semalam, dr. 7 tersenyum sendiri, ia pun memiringkan tubuhnya, berniat merangkul sang istri. Namun betapa terkejutnya ia saat yang ia dapati adalah sebuah guling."Loh, Anjani mana?" gumamnya dalam hati. Lalu samar-samar ia mendengar bacaan Al Qur'an yang dilantunkan oleh suara lembut sang istri."Masya Allah ...." Seketika rasa damai semakin mengaliri hatinya. Hari masih menjelang shubuh, namun Anjani sudah sibuk menghadap Rabb-nya.dr. Ahmad terbangun, berjalan ke arah Anjani. Merai kepala bagian belakangnya, kemudian mengecup pucuk kepala istrinya tanpa menyentuh kulitnya."Bang ... sudah bangun?" tanya Anjani seraya menutup mushaf di tangannya.
Bab 26 - DILEMAdr. Ahmad mengusap wajahnya kasar, rasanya kepalanya hampir meledak. Belum sempat penat selepas mengantar Zahira ke rumah sakit hilang, Anjani semakin menambahnya secara bertubi-tubi. Beberapa kali ia menghela nafas panjang, berusaha menahan diri agar tak sampai dikuasai emosi."Kasih Abang waktu ya?" pinta dr. Ahmad setelah beberapa saat."Oke, sampai besok sore?" balas Anjani tegas."Sayang ... Zahira masih sakit, apa kamu tega?" dr. Ahmad terlihat memelas."Seharusnya tidak ada hubungannya antara Zahira sakit dengan Ayuma kalau Ayuma tak pernah berada di sini, Bang! Bukankah begitu? Bukankah selama ini kits mengurus Zahira sendiri? Kenapa sekarang seolah kita sangat butuh dengan Ayuma?" Anjani kembali berapi-api."An ... sekarang kondisinya beda, dulu ada Ummi, sekarang Ummi sudah nggak ada. Cobalah kamu mengerti sedikit saja!" pinta dr. Ahmad."Bang ... ada atau tidak adanya Ummi, tidak bisa menjadi alasan untuk kita membiarkan wanita lain masuk ke dalam kehidupan