"Cara Habib berkomunikasi dengan Kak Najwa terlihat akrab dengan logat khas arabnya. Saya baru lihat Habib versi itu," jelas Anjani membuat dr. Ahmad tersenyum."Tapi saya versi yang asli ya seperti ini, An. Seperti yang setiap hari kamu lihat bagaimana saya berkomunikasi dengan keluarga di rumah. Sebab walaupun Abah dan Ummi sama-sama arab, mereka tak pernah mengajarkan saya untuk lebih mengedepankan budaya arab. Sebab saya bangsa Indonesia, lahir, besar dan hidup di Indonesia, sehingga budaya dan bahasa saya pun Indonesia.Abah selalu mengajarkan, untuk menghidupkan sikap nasionalis dalam jiwa, sebab mencintai tanah air adalah bagian dari iman. Tentang budaya arab, kami hanya sekedar tau dan menjaganya sebagai budaya nenek moyang.Hanya saja, saya memang mempelajari banyak cara berkomunikasi, sebab saya akan menyesuaikan cara bicara saya dengan lawan bicara. Saya lakukan itu dengan tujuan supaya orang bisa merasa nyaman saat berbincang dengan saya," tutur dr. Ahmad menjelaskan alasa
Bab 27 MJDMP"Jujur, An, penolakan Zahira tak pernah membuat saya menyesal seperti saya menyesali penolakan kamu," jawab dr. Ahmad pendek, akan tetapi sarat akan makna."Sebab saya ditolak sebelum saya berharap, berbeda dengan saat kamu menolak saya, rasanya ada sesal saat sebuah harapan yang sangat kuat itu ternyata terhalang untuk terwujud. Tapi kamu tenang saja, hal itu tak lantas membuat saya putus asa, justru saya merasa tertantang, untuk menaklukkan hati kamu, An," lanjut dr. Ahmad lagi.Anjani kembali tertegun mendengar penuturan dr. Ahmad, merasa bersalah telah menangguhkan harapan lelaki sebaik dr. Ahmad. Tapi, memaksa menjawab iya pun tak kan merubah keadaan menjadi lebih baik. Justru semuanya akan semakin runyam sebab ketidaksiapannya."Maaf, Bib." lagi-lagi, hanya kata maaf yang bisa terucap dari bibir Anjani."Nggak apa-apa, An. Jadi kamu butuh belanja apa ini?" tanya dr. Ahmad berusaha mengalihkan pembahasan."Saya butuh ke toko bahan kue saja sih, Bib.""Ya sudah, kita
Bab 28 MJDMP"Bib, kok ngebut sangat?" tanya Anjani heran, sebab dr. Ahmad mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata."Hari ini hari sabtu, kan? Saya lupa kalau praktik buka lebih awal. Ini sudah jam setengah lima, jam lima saya sudah harus stand bye," jawab dr. Ahmad dengan pandangan masih fokus ke arah depan.Terlalu asyik bercengkrama bersama Anjani membuat dr. Ahmad melupakan jadwal praktik di rumahnya. Hal yang selama ini hampir tak pernah dilakukan olehnya yang memiliki kepribadian disiplin dalam segala hal."Ya Allah, Bib. Kok bisa lupa? Terus gimana?" sahut Anjani yang malah ikut panik."Ya nggak gimana-gimana, An. Ini mangkanya saya buru-buru pulang. Kamu sudah nggak ada yang perlu dibeli lagi, kan?" tanya dr. Ahmad memastikan semua kebutuhan Anjani telah terpenuhi.Anjani menggelengkan kepalanya cepat, "tidak ada, Bib," jawabnya sambil tertunduk. Merasa bersalah, sebab karena dirinya dr. Ahmad sampai terancam telat memulai jam praktiknya.Melihat Anjani yang h
"Berdua saja, Ummi," jawab Anjani sambil tertunduk. Ia paham, feeling seorang ibu sangatlah tajam. Ia yakin pertanyaan demi pertanyaan yang Ummi Fahira tanyakan padanya bertujuan untuk mencari tahu lebih banyak tentang apa yang telah terjadi di antara ia dan putranya.Ummi Fahira kembali tersenyum, "Kamu tahu? Kamu wanita pertama yang diajak makan bersama oleh Ahmad hanya berdua, lho, Anjani," jelas Ummi Fahira membuat Anjani kembali tersipu malu."Tapi, apa kata Ummi? Wanita pertama? Apa maksud Ummi? Masa iya dr. Ahmad tak pernah mengajak mantan istrinya makan berdua? Rasanya tidak mungkin jika mengingat betapa dr. Ahmad begitu mencintainya," batin Anjani yang tak sampai hati untuk menanyakannya langsung pada Ummi."Ummi, itu artinya Daddy suka ya sama Mbak Anjani? Soalnya tadi Daddy bilang mau minta Mbak Anjani untuk jadi Mommy Zahira," celetuk Zahira membuat Ummi Fahira terkejut, begitupun dengan Anjani.Ummi Fahira memang paham jika kepergian putranya bersama Anjani adalah bentuk
Bab 29 MJDMP"Maaf ya, tadi, Zahira—,""Tidak apa-apa, Bib. Saya paham kok, namanya juga anak kecil," sahut Anjani seraya tersenyum. Mereka berdua kini sedang berjalan beriringan menuju tempat praktik dr. Ahmad."Nanti saya akan coba kasih pengertian sama Zahira, ya? Sekali lagi, maaf.""Tidak apa-apa, Bib, saya maklum kok." Anjani menjawab sambil tersenyum manis."Ya begitulah anak kecil, ia hanya akan bersikap sesuai hatinya. Tidak ada noda kemunafikan dalam dirinya. Anak kecil memang tidak mengenal penolakan, ya, An? Semoga kamu mempertimbangkan harapan Zahira, An. Setidaknya, jika harapan saya tidak layak untuk kamu pertimbangkan, mungkin kamu bisa mempertimbangkan harapan Zahira," lanjut dr. Ahmad penuh harap.Anjani menghentikan langkahnya sejenak, begitupun dr. Ahmad. Pandangan mereka saling bersirobok, saling menyampaikan isi hati melalui pancaran sorot mata mereka.Posisi mereka yang sudah berada di teras rumah membuat para pasien yang sedang menunggu antrean jadi malah terfo
Anjani segera membuka ruangan praktik, lalu memanggil pasien dengan nomor urut pertama.Tak lama kemudian tampak ibu-ibu dengan perut membuncit maksimal memasuki ruangan praktik. "Assalamualaikum, Pak Dokter," sapanya dengan suara cemprengnya. "Terdengar sok akrab, mungkin sudah langganan kali, ya?" batin Anjani."Wa'alaikumsalam, Bu. Sendirian aja nih?" balas dr. Ahmad ramah."Iya, Dok. Biasalah, doi lagi sama daun muda," jawabnya membuat Anjani melotot seketika. Menyadari itu, dr. Ahmad hanya tersenyum penuh makna."Baik, Bu, silakan duduk, bukunya dibawa, ya?" tanya dr. Ahmad seraya membuka sebuah buku data besar."Dibawa dong, Dok. Always," balas ibu-ibu dengan postur tubuh yang menggendut di mana-mana itu dengan bahasa sok akrab. Kemudian ia menyerahkan sebuah buku berwarna pink pada dr. Ahmad."An, sini!" panggil dr. Ahmad pada Anjani yang berdiri di sisi pasien berhadapan dengan dr. Ahmad.Anjani mendekat ke arah dr. Ahmad, "Ya, Dok?""Kamu yang catat, ya, nanti saya pandu."
Bab 30 MJDMPAnjani menutup pintu kembali saat bu Sunarti baru saja keluar dari ruang periksa."Langsung pasien ke-dua, Dok?" tanya Anjani pada dr. Ahmad."Duduk dulu, An, kita minum dulu, baru lanjut lagi," ucap dr. Ahmad seraya membuka kulkas tempat ia menyimpan vaksin, dan mengambil dua botol air mineral yang selalu disediakannya di sana.Ia lalu menyerahkan sebotol air mineral untuk Anjani, dan sebotol lagi untuk dirinya sendiri. "Minum, An," dr. Ahmad mempersilakan Anjani untuk meminum air mineral yang diberikannya."Terima kasih, Dok," jawab Anjani kemudian meneguk air dari botol, hal yang sama juga dilakukan oleh dr. Ahmad."Bu Sunarti itu salah satu pelanggan setia saya, orangnya memang agak sedikit ceriwis, tapi di balik banyaknya dia berbicara dia menyimpan banyak luka," jelas dr. Ahmad setelah meneguk minumannya, membuat Anjani manggut-manggut, paham."Termasuk suami yang menduakannya, ya, Dok? Tadi beliau sempat bercerita." Anjani menyahuti cerita dr. Ahmad."Benar, itu sa
Anjani kemudian melakukan apa yang diinstruksikan oleh dokter. Gadis manis itu terlihat sangat bersemangat menjalankan tugasnya, membuat dr. Ahmad turut semakin bersemangat. Bagaimana tidak? Bekerja didampingi oleh yang dipuja memang mood booster tersendiri baginya.Pasien ke-sepuluh telah dipanggil, namun tidak ada tanda-tanda kemunculannya."Bagaimana, Dok?""Kita tunggu lima menit lagi, duduklah, An!" titah dr. Ahmad, yang dituruti oleh Anjani. Gadis yang kini menjadi tambatan hati dr. Ahmad itu kini duduk berhadapan dengannya, ia kembali meneguk air mineral yang masih tersisa.Sedangkan dr. Ahmad seperti biasa, hanya memandangi Anjani lekat, menamatkan setiap detail dari berbagai sisi kepribadian wanita yang dinantikan kebersediaannya menjadi istri."Saya senang lihat semangat kamu, An. Kamu benar-benar power full, dan terlihat mengerjakan segala sesuatu dengan hati, jadi yang melihat pun dapat merasakannya," puji dr. Ahmad membuat Anjani merasa tersanjung."Saya tidak punya alasa
Bab 34 - DILEMASatu per satu rangkaian acara telah terlewati. Tak banyak yang dilakukan hari ini, hanya doa dan mauidzoh hasanah singkat. Tidak ada acara adat yang beragam. dr. Ahmad sengaja menfokuskan acara pada jamuan para tamu, sebagaimana judulnya tasyakuran.Satu per satu tamu undangan dan keluarga berpamit, kini hanya tersisa beberapa kerabat dan kolega dr. Ahmad, berkumpul untuk sekedar mengobrol, karena niatnya memang perkumpulan mereka untuk reuni.dr. Ahmad berkumpul dan bercengkrama dengan teman-temannya, sementara Anjani menemui para istri yang turut serta.Adapun Zahira, gadis itu berpindah-pindah, kadang berada di pangkuan Daddy-nya, kadang pula berpindah ke sisi Mommy untuk bersiaga. Kelucuan gadis itu menjadi bahan pembicaraan malam ini, gadis kecil dengan sikap dewasa namun tetap dengan cara khas anak-anak. Sungguh sangat menggemaskan.Sejak tadi, Anjani sebenarnya menahan sakit di perutnya. Semakin lama sakit itu semakin terasa intens. Namun di depan para tamu, ia
Bab 33Anjani dan Zahira tengah berada di kamar untuk dirias. Malam nanti adalah malam acara 7 bulanan kehamilan Anjani.Sejak pagi, rumah sudah ramai kunjungan sanak saudara dr. Ahmad. Mereka berkumpul untuk meramaikan acara. Walaupun semua jamuan acara sudah di-handle oleh EO (event organizer) tapi tetap saja Mbak Sri dan kerabat dr. Ahmad menyibukkan diri menyiapkan jamuan.Zahira sangat bahagia hari ini, karena banyak teman saudaranya yang berkumpul. Terlebih, Anjani mengajaknya serta dalam hal tata rias, gadis kecil itu berasa akan disulap menjadi peri saat make up tipis disapukan ke wajah cantiknya.Zahira selesai lebih awal dirias. Gadis kecil itu kemudian dibantu oleh MUA untuk mengenakan gaunnya. Gaun berwarna biru langit senada dengan warna kebaya yang dikenakan Anjani juga jas yang dikenakan oleh Daddy-nya.Di depan cermin full body, Zahira memutar dirinya, mirip seperti tinkerbell yang imut dan menggemaskan.Anjani tersenyum melihat putri sambungnya begitu happy dan antusi
Bab 32 - DILEMA"Bang ...." Anjani memanggil suaminya manja. Di minggu siang yang damai, karena hanya ada mereka berdua di rumah. Mbak Sri berpamit pulang kampung barang sehari, sementara Zahira, tadi.pagi dijemput saudara dari Surabaya untuk diajak ke taman safari.Anjani menolak untuk ikut serta, karena kehamilan yang semakin besar membuatnya merasa mudah capek saat melakukan perjalanan. Terlebih area taman safari sangat luas, kebun binatang Surabaya saja tak mampu ia taklukkan.Kandungannya sudah memasuki usia 7 bulan. Sejak masuk trimester tiga, Anjani menjadi sangat doyan makan. Setelah tiga bulan hanya terbaring dengan makanan infus, ia seperti balas dendam saat perutnya mulai bisa menerima makanan. Kata mbak Sri, itu namanya "Maruk'i". Akibat dari itu, berat badannya melonjak tinggi. Membuat aktivitasnya terasa sangat berat.dr. Ahmad pun tak mempermasalahkannya, asalkan masih di batas normal, dan asal istrinya bersedia melakukan senam hamil untuk tetap menjaga kebugaran. Apapu
Bab 31 - DILEMASetelah rasa kram di perut Anjani berangsur hilang, dr. Ahmad membawa istrinya ke tempat makan. Sekedar duduk sembari menikmati es teh dan beberapa macam gorengan yang tersedia.dr. Ahmad memesan beberapa potong tempe mendoan, ote-ote dan juga pisang goreng. Kemudian membawany ke hadapan sang istri yang tengah duduk manis menikmati es teh."Masih anget, Sayang ... cobain, enak!" ucap dr. Ahamd seraya meletakkan sekotak forengan dengan toping cabe rawit yang menggugah selera.Tak menolak, Anjani pun langsung mencomot tempe mendoan dan memakannya."Enak?" tanya dr. Ahmad."Enak, Bang ... rasanya beda gitu kalau bikinan tangan orang," balas Anjani.dr. Ahmad terkekeh, "itu hanya perasaan kamu saja, kalau bagi Abang, ya jelas jauh lebih enak bikinan kamu," sanjung dr. Ahmad."Nah, itu juga cuma perasaan Abang. Jadilah makan gorengan aja bawa-bawa perasaan," sahut Anjani. Keduanya terkekeh bahagia.Sementara Anjani menikmati gorengan, dr. Ahmad mengangkat kaki Anjani dan me
Bab 30 - DILEMAMobil dr. Ahmad melesat cepat membelah jalanan yang cukup senggang pagi ini. Sepanjang perjalanan, Zahira terlihat riang. Ia berceloteh dan bernyanyi. Sementara Ayuma lebih banyak diam. Moodnya hancur pagi ini. Ia sudah sangat keras memutar otak untuk menggagalkan rencana kepulangannya, namun ia tak mendapatkan hasil apa-apa. Pada akhirnya ia pun berada di mobil ini menuju bandara."Ante Yuma kenapa diem aja?" tanya Zahira menyapa Ayuma."Ante Yuma sedih, Sayang ...," sahut Ayuma mulai berdrama."Sedih kenapa, Ante? tanya Zahira peduli."Karena mau berpisah sama Zahira," sahut Ayuma. Anjani yang berada di bangku depan hanya bisa mengerlingkan kepala, senyum puas tergambar di wajah Ayuma saat melihat Anjani memalingkan wajah ke jendela, berhasil membuat Anjani kesal cukup membuatnya terhibur.Namun senyum itu mendadak berubah masam saat tangan dr. Ahmad meraihnya, lalu mereka saling berpandangan mesra dan menguatkan. Seketika rasa cemburu menguasai hati Ayuma."Ante Yum
Bab 29 - DILEMA"Zahira ... dengar Daddy, Nak ... Mommy minta Ante Yuma untuk pulang itu bukan karena Mommy nggak suka sama Ante Yuma, Sayang ... tapi karena Mommy peduli sama Ante Yuma. Ante Yuma punya kesibukan di tempatnya, jadi Mommy nggak ingin merepotkan Ante Yuma di sini." dr. Ahmad menjelaskan dengan lembut pada Zahira. Namun gadis itu hanya terdiam."Lagi pula, tadi yang minta Ante Yuma pulang bukan Mommy, kok. Tapi Daddy," lanjut dr. Ahmad seketika membuat Zahira menoleh ke arahnya."Kok Daddy malah minta Ante Yuma pulang sih? Daddy nggak asih ah!" gerutu Zahira dengan kedua tangan disilangkan di dada.dr. Ahmad membelai kepala Zahira sayang. "Iya, Nak ... Daddy memang sengaja minta Ante Yuma untuk pulang, karena Daddy mau ajak Zahira ke Surabaya untuk bertemu saudara-saudara di sana? Gimana, Zahira mau, kan? Zahira bisa bebas bermain dengan banyak teman di sana." dr. Ahmad menyampaikan rencananya pada Zahira. Seketika raut wajah gadis itu berubah bahagia."Wah, beneran, Dad
Bab 28 - DILEMA"Keterlaluan kamu, Ayuma!" uca dr. Ahmad menahan amarah."Kok aku? Istri kamu itu yang keterlaluan, mengganggu kenyamanan tamu di rumah suaminya. Emang dasar nggak ada akhlak!" gerutu Ayuma."Tapi kamu hampir saja menamparnya kalau aku nggak segera mencegah. Apa yang seperti itu dikatakan berakhlak?" balas dr. Ahmad tak terima.Ayuma terdiam, ia memalingkan pandangan dari dr. Ahmad. "Sorry ... tadi aku kelepasan. Ya coba aja bayangin, orang lagi tidur dipaksa bangun, kemudian diusir disuruh pindah, terus diomel-omelin, siapa yang nggak kesel coba?" balas Ayuma mulai memutar balikkan fakta."Semua tidak akan menjadi seperti itu kalau kamu langsung bangun dan menuruti permintaannya. Aku lihat sendiri Anjani membangunkanmu untuk shalat dengan penuh kelemah-lembutan, tapi kamu yang tiba-tiba ngegas!" balas dr. Ahmad memojokkan Ayuma.Ayuma semakin memasang wajah kesal."Sudah ya, aku di sini nggak sendang ingin menjelaskan siapa yang salah dan siapa yang benar, tapi yang j
Bab 27 - DILEMAdr. Ahmad mengerjapkan matanya. Malam ini tidurnya terasa sangat nyenyak. Setelah bermalam-malam ia kesulitan tidur nyenyak akibat banyaknya permasalahan yang ia pikirkan, akhirnya ia menemukan kedamaian. Kedamaian yang ia dapatkan setelah kembali merasakan indahnya surga dunia bersama istrinya.Mengingat pergulatan hebatnya semalam, dr. 7 tersenyum sendiri, ia pun memiringkan tubuhnya, berniat merangkul sang istri. Namun betapa terkejutnya ia saat yang ia dapati adalah sebuah guling."Loh, Anjani mana?" gumamnya dalam hati. Lalu samar-samar ia mendengar bacaan Al Qur'an yang dilantunkan oleh suara lembut sang istri."Masya Allah ...." Seketika rasa damai semakin mengaliri hatinya. Hari masih menjelang shubuh, namun Anjani sudah sibuk menghadap Rabb-nya.dr. Ahmad terbangun, berjalan ke arah Anjani. Merai kepala bagian belakangnya, kemudian mengecup pucuk kepala istrinya tanpa menyentuh kulitnya."Bang ... sudah bangun?" tanya Anjani seraya menutup mushaf di tangannya.
Bab 26 - DILEMAdr. Ahmad mengusap wajahnya kasar, rasanya kepalanya hampir meledak. Belum sempat penat selepas mengantar Zahira ke rumah sakit hilang, Anjani semakin menambahnya secara bertubi-tubi. Beberapa kali ia menghela nafas panjang, berusaha menahan diri agar tak sampai dikuasai emosi."Kasih Abang waktu ya?" pinta dr. Ahmad setelah beberapa saat."Oke, sampai besok sore?" balas Anjani tegas."Sayang ... Zahira masih sakit, apa kamu tega?" dr. Ahmad terlihat memelas."Seharusnya tidak ada hubungannya antara Zahira sakit dengan Ayuma kalau Ayuma tak pernah berada di sini, Bang! Bukankah begitu? Bukankah selama ini kits mengurus Zahira sendiri? Kenapa sekarang seolah kita sangat butuh dengan Ayuma?" Anjani kembali berapi-api."An ... sekarang kondisinya beda, dulu ada Ummi, sekarang Ummi sudah nggak ada. Cobalah kamu mengerti sedikit saja!" pinta dr. Ahmad."Bang ... ada atau tidak adanya Ummi, tidak bisa menjadi alasan untuk kita membiarkan wanita lain masuk ke dalam kehidupan