Home / Fantasi / Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius / Chapter 1851 - Chapter 1860

All Chapters of Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius: Chapter 1851 - Chapter 1860

2714 Chapters

Bab 1851

"Hmm?" Wira tampak mengangkat alisnya. Dia segera menyadari bahwa orang-orang ini mungkin kesal karena masalah buruh.Wira menjelaskan, "Semuanya, aku rasa kalian sudah salah paham. Aku memang ingin mempekerjakan para buruh, tapi semua ini demi perkembangan Kota Limaran. Begitu pembangunan irigasi selesai, kita nggak perlu lagi khawatir sungai akan meluap ketika musim hujan tiba.""Yang lebih penting lagi, ke depannya waktu perjalanan dari Kota Limaran menuju kabupaten di sekitarnya juga akan berkurang secara signifikan. Ini adalah sesuatu yang bermanfaat bagi negara dan masyarakat. Selain itu, aku nggak akan biarkan kalian bekerja sia-sia. Aku akan menggaji kalian 1.000 gabak tiap bulan!" tambah Wira.Wira menjelaskan situasinya secara singkat. Hanya saja, kenyataannya memang demikian. Setelah pembangunan irigasi selesai, Kota Limaran akan mengalami perubahan besar.Di masa depan, bahkan ibu kota pun mungkin tidak akan sebagus perkembangan Kota Limaran. Semua ini juga berkat keunggula
Read more

Bab 1852

Yusup melanjutkan, "Kalian bisa daftar begitu ke sana!"Setelah mengetahui Wira belum beristirahat dengan baik, orang-orang segera bubar dan menuju Pasar Timur. Makin cepat mendaftar, beban yang ada di hati mereka juga bisa segera dilepaskan.Melihat orang-orang datang dan pergi dengan cepat, Yusup tak kuasa berkomentar, "Orang-orang ini memang gampang emosi. Sedikit saja melawan kehendak mereka, mereka akan terus mencari masalah. Untungnya aku bukan lagi prefektur di sini. Akhirnya aku nggak perlu begitu tertekan ...."Yusup tidak menyadari bahwa Wira masih berdiri di sampingnya. Begitu menoleh dan mendapati Wira sedang menatapnya, Yusup tersentak dan mundur beberapa langkah. Bahkan, napasnya pun menjadi terengah-engah. Yusup segera menjelaskan, "Tuan Wira ... bukan itu maksudku."Melihat Yusup yang ketakutan, Wira hanya menggeleng sambil tersenyum. Tampaknya keputusannya sudah tepat. Bagaimana bisa orang seperti ini menjadi prefektur?Apabila membiarkan Yusup tetap menjadi prefektur,
Read more

Bab 1853

Huben berkata dengan kesal, "Tamu? Jelas-jelas aku nggak mengundangmu. Kalau kamu suka tempat ini, silakan minum-minum sendiri. Aku pamit dulu."Huben berdiri, lalu pria itu berbicara, "Tuan Huben lebih memilih untuk memercayai Wira. Apa kamu nggak mau bertemu dengan pemimpin kami?"Huben menimpali, "Huh! Kalian itu hanya sekelompok pecundang. Siapa yang mau bekerja sama dengan kalian?"Huben tidak memedulikan pria itu lagi. Namun, ekspresi pria itu berubah drastis. Dia mengeluarkan sebuah belati, lalu hendak menusuk dada Huben. Gerakannya sangat cepat. Pria tersebut berujar, "Kalau nggak bisa jadi teman, kita hanya bisa menjadi musuh. Kamu harus mati!"Raut wajah Huben berubah drastis. Akan tetapi, dia tidak sempat menghindar lagi. Bagaimanapun, Huben tidak menguasai ilmu bela diri. Saat Huben sudah pasrah, dia mendengar suara yang nyaring. Biantara yang dari tadi bersembunyi keluar dan di sampingnya ada beberapa anggota jaringan mata-mata.Pria itu terkejut melihat kemunculan Biantar
Read more

Bab 1854

Wira tentu memahami maksud perkataan Huben. Dia bertanya, "Aku tahu. Yang kamu maksud itu seharusnya Aliran Kegelapan, 'kan?"Huben tersenyum dan mengangguk. Dia mengomentari, "Kelihatannya, kamu memang nggak seburuk yang aku pikirkan. Ternyata kamu sudah memperhatikan Aliran Kegelapan."Ekspresi Biantara menjadi masam setelah mendengar nama "Aliran Kegelapan". Sejak menangkap beberapa pengikut terakhir kali, Biantara dan Wira sudah mengetahui masalah Aliran Kegelapan. Beberapa waktu ini, Biantara telah mengutus sebagian besar anggotanya untuk menyelidiki informasi tentang Aliran Kegelapan. Namun, penyelidikan mereka tetap tidak membuahkan hasil. Sudah jelas, anggota Aliran Kegelapan terus bersembunyi. Biantara dan Wira harus menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk menemukan mereka."Kenapa anggota Aliran Kegelapan mau membunuhmu? Apa kalian punya konflik sebelumnya?" tanya Wira. Dia mengetuk meja dan tatapannya tertuju kepada Huben.Huben mencibir, lalu menyahut, "Mana mungkin aku
Read more

Bab 1855

Kemudian, Wira dan lainnya pun kembali ke balai prefektur Kota Limaran. Yusup sudah menunggu Wira dari tadi. Yusup melapor, "Tuan, semua pekerja sudah siap. Mereka bisa mulai bekerja kapan saja. Aku sudah membagikan gambarmu. Tapi, sekarang ada masalah ...."Yusup tampak ragu-ragu untuk menyelesaikan ucapannya. Wira bisa menebak pemikiran Yusup. Dia bertanya, "Berapa banyak uang yang kamu butuhkan?"Yusup menyahut, "Tuan sangat memahamiku. Aku memang butuh uang. Selama ini, dana di Kota Limaran nggak banyak sehingga nggak cukup untuk menjalankan proyek seperti ini. Aku juga terpaksa meminta kepada Tuan ...."Wira menyela, "Kamu nggak usah berbelit-belit lagi. Katakan saja berapa banyak uang yang kamu butuhkan. Biar aku yang menyelesaikan masalah ini."Wira tidak kekurangan uang. Ini adalah kelebihan Wira dibandingkan 3 kerajaan lainnya. Yusup segera menyerahkan daftar yang sudah disiapkan kepada Wira dan menjelaskan, "Aku sudah membuat kesimpulan yang detail. Semua pengeluaran juga sud
Read more

Bab 1856

Namun, hal seperti ini tidak akan bisa diselesaikan dalam sehari. Jika ingin Kota Limaran menjadi pusat transportasi, mereka mungkin harus menghabiskan beberapa tahun lagi. Wira juga tidak diam begitu saja. Dia terus mencari orang yang bisa menjadi pemimpin Kota Limaran, tetapi masih belum menemukan yang cocok.Langit berangsur gelap. Wira berkeliling di kota dan tiba di depan Paviliun Aeril. Dilihat dari kejauhan, tempat ini sangat ramai."Tempat apa ini?" tanya Wira sambil melirik Biantara di samping."Tentu saja tempat untuk bersenang-senang. Apa kamu tertarik untuk masuk?" balas Biantara yang terkekeh-kekeh."Aku nggak tertarik dengan tempat seperti ini. Wulan juga masih menungguku di rumah. Kalau istri-istriku tahu aku datang ke tempat seperti ini, aku yang bakal repot," sahut Wira sambil menggeleng dengan tidak berdaya.Wulan masih mending karena dia tidak akan mengatakan apa pun, tetapi Dewina ... wanita ini sulit sekali untuk dihadapi.Biantara terkekeh-kekeh, lalu berkata, "Tu
Read more

Bab 1857

Wira termangu mendengarnya. Ternyata masih ada aturan di tempat ini? Sementara itu, Biantara yang berdiri di samping Wira hendak memaki, tetapi Wira segera memberinya isyarat mata sehingga dia hanya berdiri diam di belakang. Meskipun begitu, tatapan Biantara masih dipenuhi kekesalan."Kenapa? Kalian mau memukul kami?" tanya wanita yang berbicara dengan Wira tadi sembari mengerlingkan matanya dengan jengkel."Karena kalian bukan datang untuk bersenang-senang, cepat pergi dari sini. Kami masih harus menghasilkan uang!" Ketika berbicara, wanita itu sengaja menyenggol bahu Wira dan berjalan ke luar. Wanita lainnya pun mengikuti.Biantara yang geram tidak bisa menahan diri untuk menghina, "Benar-benar nggak tahu diri. Kalau tahu statusmu, mereka pasti akan berlutut untuk menyambutmu.""Sebaiknya mereka nggak tahu apa-apa. Aku nggak ingin berhubungan dengan wanita-wanita seperti itu," ujar Wira sambil tersenyum. Kemudian, keduanya masuk dan mencari tempat untuk duduk.Saat ini, Wira mulai me
Read more

Bab 1858

Biantara tidak peduli dengan semua ini. Dia hanya menikmati araknya. Menurutnya, semua ini hanya gimik. Jika menawarkan harga tinggi, wanita itu pasti akan menyerahkan seluruh jiwa dan raganya!Saat ini, beberapa pria yang duduk di meja samping tiba-tiba terkekeh-kekeh dan mengejek, "Kamu kira dirimu sudah kaya? Kamu mungkin bisa bertindak seenaknya di tempat lain, tapi nggak untuk tempat ini.""Kamu tahu berapa banyak orang yang ingin ditemani Nona Thalia? Jelas banyak! Para tuan muda keluarga kaya saja berbondong-bondong datang untuk melihatnya, tapi semuanya diabaikan. Kamu hanya akan bernasib sama dengan mereka."Wira tidak menghiraukan mereka. Dia menyimpan emas batangan di atas meja, lalu melambaikan tangan kepada pelayan itu untuk menyuruhnya pergi.Pelayan itu memaki dalam hati, 'Bukannya memberiku sedikit uang, malah mengusirku begitu saja. Gimana bisa aku nggak mendapat apa-apa? Menjengkelkan sekali!'Wira menatap Biantara, lalu menginstruksi dengan lirih, "Suruh orang menyel
Read more

Bab 1859

"Sudah kubilang, aku nggak punya niat jahat. Aku hanya ingin mengobrol denganmu," ujar Wira sambil tersenyum tipis.Kemudian, Wira duduk di samping dan menuangkan teh untuk diri sendiri. Dia melambaikan tangan kepada Thalia dan berkata, "Kalau kamu memanggil orang kemari, aku bisa saja melukai wajahmu sebelum mereka tiba. Coba saja kalau nggak percaya."Wira tersenyum lebar sambil memainkan cangkir di tangannya. Penampilannya ini jelas untuk memperingatkan Thalia agar tidak bertindak macam-macam.Ekspresi Thalia tampak masam. Ini pertama kalinya dia diancam oleh seseorang. Di Paviliun Aeril, hampir semua pria memujanya, tetapi tidak ada yang punya peluang untuk mendekatinya, apalagi bersikap lancang seperti ini sampai mengancamnya.Wira jelas adalah orang pertama. Setelah ragu-ragu sejenak, Thalia mengernyit dan bertanya, "Jadi, apa yang kamu inginkan?"Ketika berbicara, Thalia terus menjaga jarak dengan Wira, tidak akan membiarkan pria ini mendekat. Bisa dilihat juga bahwa wanita ini
Read more

Bab 1860

Sebelum Thalia bereaksi, tangan Wira sudah menyentuh cadarnya dan hendak melepaskannya. Tanpa diduga, Thalia sontak menepis tangan Wira dan mundur beberapa langkah hingga ke pinggir ranjang.Jelas, wanita ini menguasai seni bela diri. Thalia bahkan mengeluarkan belati dan menyerbu ke arah Wira dengan kecepatan tinggi."Oh? Kamu menguasai seni bela diri?" Wira tersenyum menyipitkan mata. Situasi menjadi makin menarik baginya. Pantas saja, wanita ini terlihat begitu menarik. Ternyata ada banyak rahasia yang disembunyikannya.Dalam sekejap, Wira dan Thalia memulai pertarungan. Meskipun Wira tidak mengerahkan seluruh kekuatannya, serangan Thalia sangatlah tajam. Wanita ini jelas menginginkan nyawanya. Untungnya, Wira sangat cekatan sehingga berhasil mengelak."Kamu seorang wanita, kenapa kejam sekali?" tanya Wira sambil menggeleng.Thalia mengernyit dan membalas, "Kamu yang memaksaku. Kamu sudah tahu semuanya, tapi malah merajalela. Kamu jelas-jelas ingin menyulitkanku. Untuk apa aku berbe
Read more
PREV
1
...
184185186187188
...
272
DMCA.com Protection Status