Sebelum Thalia bereaksi, tangan Wira sudah menyentuh cadarnya dan hendak melepaskannya. Tanpa diduga, Thalia sontak menepis tangan Wira dan mundur beberapa langkah hingga ke pinggir ranjang.Jelas, wanita ini menguasai seni bela diri. Thalia bahkan mengeluarkan belati dan menyerbu ke arah Wira dengan kecepatan tinggi."Oh? Kamu menguasai seni bela diri?" Wira tersenyum menyipitkan mata. Situasi menjadi makin menarik baginya. Pantas saja, wanita ini terlihat begitu menarik. Ternyata ada banyak rahasia yang disembunyikannya.Dalam sekejap, Wira dan Thalia memulai pertarungan. Meskipun Wira tidak mengerahkan seluruh kekuatannya, serangan Thalia sangatlah tajam. Wanita ini jelas menginginkan nyawanya. Untungnya, Wira sangat cekatan sehingga berhasil mengelak."Kamu seorang wanita, kenapa kejam sekali?" tanya Wira sambil menggeleng.Thalia mengernyit dan membalas, "Kamu yang memaksaku. Kamu sudah tahu semuanya, tapi malah merajalela. Kamu jelas-jelas ingin menyulitkanku. Untuk apa aku berbe
"Beri tahu aku, siapa sebenarnya kamu?" tanya Wira. Kemampuan bela diri wanita ini termasuk hebat, jelas punya latar belakang yang tidak biasa. Kota Limaran adalah wilayahnya, Wira tidak akan melepaskan orang seperti ini, meskipun pihak lawan adalah seorang wanita. Dia harus berhati-hati untuk menghindari terjadinya kesalahan.Setelah Thalia ragu-ragu sesaat, Wira mendapati wanita ini mengangkat tangan untuk mengambil tusuk kondenya dan hendak menikam leher sendiri."Oke. Anggap aku sial karena bertemu denganmu. Kalau kamu berani mendesak lagi, aku akan bunuh diri di hadapanmu!" Selesai mengatakan itu, Thalia mendekatkan tusuk kondenya ke lehernya.Untung saja, Wira sangat gesit dan berhasil merebut tusuk konde itu dalam hitungan detik. Sesudah itu, dia berkata, "Jangan menggunakan trik seperti ini."Meskipun berbicara demikian, Wira sebenarnya cukup terkejut. Wanita ini benar-benar gila. Berani sekali dia bermain dengan nyawa sendiri. Sungguh kejam!"Apa sebenarnya maumu?" tanya Thali
Sejak memasuki kamar ini, Wira terus mengamati Thalia, terutama cara bicaranya. Wanita ini bersikap dingin dan angkuh, tetapi Wira bisa merasakan bahwa karakter aslinya bukan seperti itu. Thalia ini jelas hanya bersandiwara.Sayangnya, Wira belum bisa mengungkapkan kebenarannya sekarang. Namun, dia punya banyak waktu untuk dihabiskan di tempat ini sehingga bisa mengorek rahasia wanita ini secara perlahan.Waktu terus berlalu. Thalia terus melirik Wira sambil bergumam dalam hati, 'Apa mungkin pria ini benar-benar akan terus di kamarku? Apa sebenarnya tujuannya? Seingatku, kami nggak pernah bertemu. Gimana mungkin ada dendam di antara kami?'Sementara itu, Wira terus menikmati tehnya dengan santai. Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu yang tergesa-gesa dari luar. Kemudian, terdengar suara seorang wanita dan seorang pria."Tuan, kamu nggak boleh masuk. Semua orang di sini tahu aturan yang ditetapkan Nona Thalia. Jika melanggarnya, takutnya Nona Thalia akan marah! Tindakanmu sama saja
Justru karena aturan itu, banyak orang yang datang ke Paviliun Aeril. Kini, masalah ini membuat banyak orang berkerumun dan bergosip di luar."Aku nggak nyangka Nona Thalia yang terlihat begitu suci melakukan hal seperti ini.""Sudah kubilang, hati manusia semua busuk. Dia juga nggak pernah mengatakan dirinya suci.""Wanita ini cuma sok suci selama ini!"Dalam sekejap, penilaian orang-orang terhadap Thalia berubah drastis. Banyak yang mengeluh dan merasa uang yang mereka habiskan percuma.Jika tahu Thalia hanya sok suci, mana mungkin mereka mendatangi tempat ini. Menghabiskan uang sebanyak itu hanya untuk mendengar permainan kecapi? Lelucon macam apa ini?Ekspresi Thalia sontak berubah. Dia segera mengambil kain di atas meja untuk menutupi seluruh wajahnya, lalu menunjuk Wira sambil berkata, "Ini nggak seperti yang kalian bayangkan! Aku juga nggak tahu kenapa pria ini menerobos masuk ke kamarku! Kalian sudah salah paham!"Orang-orang terkekeh-kekeh mengejek mendengarnya. Tiba-tiba, ses
"Aku setuju." Thalia tidak punya pilihan selain berkompromi. Seperti yang dikatakan Wira, Thalia memang berada di tempat ini karena suatu tujuan. Dia tidak mungkin menyerah begitu saja. Adapun dendamnya dengan Wira, Thalia akan mencari kesempatan untuk membalasnya."Ya." Begitu Thalia menyetujuinya, Wira langsung bangkit dan berkata sambil tersenyum, "Yang dia katakan benar, kalian sudah salah paham. Aku dan Nona Thalia adalah teman lama. Aku datang juga karena ingin mendiskusikan sesuatu dengannya. Kalau kami ingin melakukan sesuatu, mana mungkin duduk sejauh ini?"Semua orang bertatapan dan tidak berbicara lagi. Ucapan Wira masih belum cukup untuk membuat orang-orang percaya. Jadi, dia menambahkan, "Kalian mungkin nggak tahu kalau aku sudah menikah. Istriku sedang menungguku di rumah. Dia juga tahu tentang Nona Thalia, makanya aku bisa datang menemuinya. Selain itu, memangnya aku terlihat seperti pria mesum?"Semua orang mulai bergosip. Tidak berselang lama, orang-orang mulai bubar h
Wira yang hendak pergi tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. Dia memang tidak berniat untuk menyulitkan Zulfan. Menurutnya, Zulfan ini hanya pria berengsek yang tahunya bersenang-senang. Wira tentu malas meladeni orang seperti ini.Wira pergi juga karena tidak ingin berkonflik dengan Zulfan dan percaya bahwa Thalia pasti bisa mengatasi masalah ini dengan mudah. Dengan kemampuan bela diri Thalia, dia bisa menjatuhkan Zulfan yang mabuk dalam waktu singkat.Namun, berani sekali pria ini mengancamnya. Wira tentu tidak akan melepaskannya begitu saja. Jika tidak, di mana letak harga dirinya?Dalam sekejap, Wira berbalik dan menendang dada Zulfan. Zulfan pun bergelinding seperti bola dan akhirnya berhenti di kejauhan beberapa meter. Hidung Zulfan berdarah, penampilannya tampak sungguh menyedihkan.Melihat ini, Thalia yang berdiri di samping pun menutup mulutnya sambil tersenyum. Sementara itu, Wira menepuk tangannya dan berkata dengan tidak acuh, "Lain kali, jaga omonganmu. Aku sudah member
Wira mempunyai kemampuan yang hebat. Ditambah lagi, tadi Thalia tidak sengaja melihat senapan yang disembunyikan Wira. Tentu saja, Thalia bisa mengenali identitas Wira. Dia pun tersenyum dan berucap, "Kalau aku nggak salah tebak, kamu Wira, 'kan?""Kamu kenal aku?" tanya Wira.Thalia melipat kedua tangannya di dada sembari menyahut, "Mana mungkin aku nggak kenal dengan orang yang begitu terkenal? Hanya dengan melihat senjata yang kamu bawa, aku sudah bisa menebak identitasmu."Wira menanggapi, "Jadi ... kamu berasal dari Kerajaan Beluana atau Kerajaan Nuala? Apa mungkin kamu berasal dari Kerajaan Agrel?"Sekarang, negara ini terbagi menjadi 4 bagian. Wira menguasai salah satu bagian dan 3 bagian lainnya dikuasai oleh orang lain. Meskipun saat ini mereka belum mencampuri urusan satu sama lain, suatu saat nanti mungkin saja bisa terjadi peperangan. Ini hanya masalah waktu.Namun, hanya sedikit orang yang bisa mengenali senjata Wira. Hal ini membuktikan bahwa Thalia pasti berhubungan deng
"Kamu memang pantas mati," ucap Thalia dengan geram. Namun, dia menyerah karena melihat Wira tidak tampak seperti sedang bercanda. Setelah ragu-ragu sejenak, Thalia baru bertanya sembari mengernyit, "Kamu mau tahu rahasia apa dariku?"Wira menyeringai, lalu melipat kedua tangan di dada seraya berujar, "Sebenarnya bukan hal yang rumit. Aku cuma mau tahu lokasi Aliran Kegelapan. Kamu nggak perlu memberitahuku hal lain. Kalau kamu begitu memercayai mereka, seharusnya kamu juga percaya petinggi kalian bisa menyelesaikan krisis setelah kamu memberitahuku lokasi Aliran Kegelapan. Ini bukan masalah besar, 'kan?Ekspresi Thalia menjadi masam. Tidak disangka, Wira mengincar Aliran Kegelapan. Jika Wira mengetahui lokasi markas pusat mereka, dia pasti akan langsung menyerang Aliran Kegelapan. Ditambah lagi, beberapa waktu ini pengikut Aliran Kegelapan sering muncul di berbagai tempat.Selain itu, bukan hanya Wira yang merupakan ancaman bagi Aliran Kegelapan. Kerajaan Nuala, Kerajaan Beluana, dan
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai
Kaffa tidak menyahut. Dia tidak percaya pada omongan para perampok ini. Penjahat selamanya adalah penjahat!Ini sama seperti orang baik. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka tidak akan pernah tunduk pada kejahatan, apalagi mencelakai orang.Namun, karena Wira telah berbicara demikian, Kaffa tidak berani membantah lagi. Hanya saja, dia masih merasa agak enggan.Nyawa mereka semua ada di tangan Wira. Kaffa merasa agak takut setelah melihat Wira membunuh Jaguar tadi. Jika menyinggung Wira, nasibnya mungkin akan sama dengan Jaguar.Apalagi, Kaffa masih punya adik. Apa pun yang terjadi, dia harus memastikan keselamatan Shafa. Sekalipun nyawa taruhannya, dia tetap harus melindungi Shafa."Siapa namamu? Kulihat kamu sangat pintar bicara dan pintar menilai situasi," tanya Wira kepada pria berwajah tirus itu.Pria itu bergegas menghampiri Wira, lalu menyeka keringat dinginnya sambil memperkenalkan diri, "Namaku Sahim.""Sahim? Oke, aku sudah ingat." Wira mengangguk.Ketika melihat Wira berinis
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Kini, seseorang yang begitu kuat dan punya kuasa tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Hal ini tentu membuat mereka merasa curiga."Letakkan senjata kalian sekarang juga! Kalau ada yang berani macam-macam, jangan salahkan aku mengambil tindakan," ancam Wira dengan dingin.Semua orang bertatapan. Tidak ada yang berani ragu sedikit pun. Mereka buru-buru melempar golok mereka ke samping.Di mana mereka, Wira tidak ada bedanya dengan malaikat maut. Jika terus berbasa-basi dengan Wira, takutnya mereka semua akan mati di sini. Tidak ada yang ingin mati!Sekalipun profesi mereka adalah perampok, mereka melakukannya hanya untuk bertahan hidup.Saat berikutnya, para perampok itu berlutut. Pria berwajah tirus itu berkata, "Kak Jaguar sudah mati. Mulai sekarang, kami akan mengikutimu! Kamu adalah bos kami! Kami nggak akan menentang perintahmu, sekalipun nyawa taruhannya!"Semua orang buru-buru menyatakan sikap mereka. Wira tersenyum dingin, lalu berujar, "Kalau b
"Kamu yakin besi di tanganmu itu bisa membunuhku? Kamu kira kami bakal takut?" Jaguar menatap Wira dengan tidak acuh. Orang-orang di belakangnya sontak tertawa, merasa nyali Wira terlalu besar.Jumlah mereka terlalu banyak. Sekalipun Wira dan kedua anak itu bernyawa sembilan, mereka tetap tidak akan bisa melawan. Sepertinya, Wira ketakutan hingga menjadi bodoh."Tuan muda kaya yang dimanjakan sejak kecil memang begini. Mereka nggak bisa menilai situasi dengan baik. Kalau begitu, gimana kalau kita bunuh saja mereka?" usul pria berwajah tirus itu."Kulihat kedua anak di belakangnya itu bukan dari keluarga kaya. Kita bunuh saja mereka supaya tuan muda ini tahu semenakutkan apa kematian. Dengan begini, dia nggak bakal berani bersikap sombong lagi."Kaffa dan Shafa sontak terkesiap. Jika mereka dibawa ke markas perampok, setidaknya mereka bisa mencari kesempatan untuk kabur. Namun, jika mati di sini, bukankah usaha mereka untuk bertahan hidup akan sia-sia? Mereka tidak ingin mati!""Gadis i
Begitu ucapan ini dilontarkan, orang-orang segera bersorak untuk menyetujuinya. Semua orang memaki Wira, membuat Wira terdengar seperti pendosa besar.Wira merasa kecewa. Dia mengusahakan yang terbaik untuk para rakyat, tetapi kebaikannya tidak diterima dan orang-orang bahkan menghinanya.Sebelum Wira bersuara, Kaffa tiba-tiba maju dan berkata dengan lantang, "Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Tuan Wira sangat baik pada kita! Jalur perairan sangat menguntungkan bagi para rakyat. Semuanya mendapat keuntungan.""Bencana ini bisa terjadi juga karena ada orang yang melakukan korupsi. Orang-orang itu pasti memakai bahan yang murah. Ini bukan salah Tuan Wira!""Memangnya kalian nggak merasa bersalah menghinanya seperti ini? Jangan lupa. Kalau Tuan Wira nggak membuat kesepakatan dengan kerajaan lain, kita nggak bakal melewati kehidupan damai sekarang!"Wira cukup terkejut melihat keberanian Kaffa. Pemuda ini makin menarik saja. Dia tidak melupakan kebaikan orang lain. Sepertinya, Kaffa