Wira mempunyai kemampuan yang hebat. Ditambah lagi, tadi Thalia tidak sengaja melihat senapan yang disembunyikan Wira. Tentu saja, Thalia bisa mengenali identitas Wira. Dia pun tersenyum dan berucap, "Kalau aku nggak salah tebak, kamu Wira, 'kan?""Kamu kenal aku?" tanya Wira.Thalia melipat kedua tangannya di dada sembari menyahut, "Mana mungkin aku nggak kenal dengan orang yang begitu terkenal? Hanya dengan melihat senjata yang kamu bawa, aku sudah bisa menebak identitasmu."Wira menanggapi, "Jadi ... kamu berasal dari Kerajaan Beluana atau Kerajaan Nuala? Apa mungkin kamu berasal dari Kerajaan Agrel?"Sekarang, negara ini terbagi menjadi 4 bagian. Wira menguasai salah satu bagian dan 3 bagian lainnya dikuasai oleh orang lain. Meskipun saat ini mereka belum mencampuri urusan satu sama lain, suatu saat nanti mungkin saja bisa terjadi peperangan. Ini hanya masalah waktu.Namun, hanya sedikit orang yang bisa mengenali senjata Wira. Hal ini membuktikan bahwa Thalia pasti berhubungan deng
"Kamu memang pantas mati," ucap Thalia dengan geram. Namun, dia menyerah karena melihat Wira tidak tampak seperti sedang bercanda. Setelah ragu-ragu sejenak, Thalia baru bertanya sembari mengernyit, "Kamu mau tahu rahasia apa dariku?"Wira menyeringai, lalu melipat kedua tangan di dada seraya berujar, "Sebenarnya bukan hal yang rumit. Aku cuma mau tahu lokasi Aliran Kegelapan. Kamu nggak perlu memberitahuku hal lain. Kalau kamu begitu memercayai mereka, seharusnya kamu juga percaya petinggi kalian bisa menyelesaikan krisis setelah kamu memberitahuku lokasi Aliran Kegelapan. Ini bukan masalah besar, 'kan?Ekspresi Thalia menjadi masam. Tidak disangka, Wira mengincar Aliran Kegelapan. Jika Wira mengetahui lokasi markas pusat mereka, dia pasti akan langsung menyerang Aliran Kegelapan. Ditambah lagi, beberapa waktu ini pengikut Aliran Kegelapan sering muncul di berbagai tempat.Selain itu, bukan hanya Wira yang merupakan ancaman bagi Aliran Kegelapan. Kerajaan Nuala, Kerajaan Beluana, dan
Wira sendiri tidak berani melompat dari lantai 3. Dia terlalu meremehkan Thalia sehingga Thalia berhasil melarikan diri. Hal ini benar-benar sulit dipercaya!"Sepertinya aku harus cari cara lain," gumam Wira. Dia berniat turun ke lantai bawah. Lagi pula, sekarang Wira sudah mengingat paras Thalia. Setelah memberi tahu Biantara, mereka pasti bisa menemukan keberadaan Thalia. Wira tidak akan membiarkan Thalia kabur!Kemudian, Wira turun ke lantai bawah. Sementara itu, Thalia yang melompat dari lantai 3 sedang bersembunyi di sebuah gang. Untung saja, dia sudah mengganti pakaian biasa dan wajahnya ditutupi dengan kain. Tidak ada yang bisa mengenali Thalia sehingga kemunculannya tidak menimbulkan keributan apa pun.Thalia berbicara sendiri, "Wira, aku nggak akan melupakanmu. Tunggu saja pembalasanku. Suatu hari nanti, aku pasti akan mencarimu lagi dan membuatmu bersujud kepadaku. Biar kamu tahu apa akibatnya kalau menyinggungku."Setelah itu, Thalia terus menyusuri gang tersebut. Wira sanga
Zulfan yang diberi pelajaran oleh Wira tadi membawa sekelompok pengawal untuk mengepung Wira dan Biantara. Sementara itu, Biantara memandang Wira dengan ekspresi bingung. Seingatnya, dia tidak pernah melihat Zulfan. Kenapa Zulfan tiba-tiba mencari masalah dengan mereka? Apa Zulfan memang ingin melawan Wira?Namun, Wira baru sampai di Kota Limaran. Kenapa dia sudah mempunyai musuh? Wira tidak menjelaskan kepada Biantara. Dia menatap Zulfan sembari berujar dengan dingin, "Aku malas meladenimu. Cepat pergi! Kalau nggak, kamu tanggung sendiri akibatnya."Mendengar ucapan Wira, Zulfan sama sekali tidak takut. Dia malah tertawa, lalu menunjuk Wira sambil menggeleng dan membalas, "Kamu bodoh, ya? Beraninya kamu sok hebat di tempat ini! Aku ini anggota Keluarga Abizar! Selain 3 keluarga besar lainnya di Kota Limaran, pejabat tinggi sekalipun harus menghormatiku. Kamu pikir kamu siapa?"Ekspresi Biantara berubah drastis. Hampir tidak ada orang yang berani berbicara seperti itu kepada Wira. Zulf
Zulfan berjanji, "Asalkan kamu mau melepaskanku, aku akan memberimu semua uang ini. Anggap saja sebagai permohonan maafku."Wira mencibir, apa Zulfan mengira uang bisa menyelesaikan segalanya? Kemudian, Wira menendang pergelangan tangan Zulfan sehingga uang-uang itu bertebaran. Semua orang yang menonton keramaian segera maju untuk merebut uang itu. Suasananya sangat ramai! Zulfan merasa sakit hati karena uangnya diambil oleh orang-orang.Biantara bertanya seraya mengernyit, "Tuan, gimana dengan Zulfan?"Wira menyahut dengan dingin, "Bawa dia ke kediaman Keluarga Abizar. Aku mau lihat Aariz itu sehebat apa. Bisa-bisanya dia membiarkan anaknya bertindak semena-mena di Kota Limaran!"Jika Wira tidak datang ke Kota Limaran, dia tidak akan mengurus masalah seperti ini. Namun, sekarang Wira sudah datang ke Kota Limaran dan kota ini juga merupakan wilayah kekuasaannya. Tentu saja, Wira tidak akan melepaskan orang-orang yang bertindak semena-mena seperti Zulfan.Zulfan berkeringat dingin. Asal
"Siapa sebenarnya yang datang? Aku dengar orang itu bahkan memukul orang kita. Ternyata masih ada orang yang berani meremehkan Keluarga Abizar di Kota Limaran ini. Sungguh aneh!" Seiring dengan suara langkah kaki yang tergesa-gesa, seorang pria paruh baya tiba di aula dengan sekelompok orang di belakangnya yang pasti adalah para pengawal dari Keluarga Abizar. Sementara itu, pria yang berdiri di barisan paling depan adalah kepala Keluarga Abizar, Aariz.Ekspresi Aariz menjadi muram saat melihat tubuh Zulfan dan berkata dengan dingin, "Lihat dirimu yang babak belur ini, kamu pasti ditindas di luar sana lagi, 'kan? Tapi, kamu nggak bilang kamu adalah putraku ya? Sekarang ada orang yang berani menyentuhmu, berarti dia sudah menghina Keluarga Abizar!"Saat mengatakan beberapa kata itu, ekspresi Aariz menjadi sangat muram.Zulfan tanpa sadar menatap Wira yang berada di sampingnya, tetapi dia tetap tidak berani bernapas."Sepertinya kamu yang sudah memukulnya, 'kan?" kata Aariz dengan dingin
Wira berkata dengan tenang, "Izinkan aku memperkenalkan diriku, aku adalah Wira."Begitu mendengar nama itu, Aariz langsung menarik napas. Setelah mundur beberapa langkah dengan terhuyung-huyung, dia baru berkata, "Apa kamu adalah Wira yang kupikirkan itu?"Zulfan yang mendengar dari samping juga merasa bingung karena dia baru pertama kali ini melihat ayahnya begitu khawatir. Siapa sebenarnya Wira ini? Dia tidak mengenal Wira, tetapi tidak berarti Aariz tidak jelas."Harusnya nggak ada orang lain yang bernama itu lagi di dunia ini, 'kan?" kata Wira dengan tenang."Gubrak!"Sesaat kemudian, Aariz langsung berlutut di lantai dan segera berkata, "Saya minta maaf sudah tidak sopan. Saya benar-benar tidak menyangka Anda akan datang ke kediaman sederhana ini. Saya sudah mendengar kabar Anda telah tiba di Kota Limaran dan sedang bersiap-siap untuk menghubungi Gubernur karena berharap bisa bertemu dengan Anda. Tapi nggak disangka, saya malah bertemu dengan Anda. Anda benar-benar luar biasa sep
"Hari ini saya akan memberi sebuah penjelasan kepada Tuan, saya pasti akan membuat Anda puas!"Saat pisau akan menyentuh tangannya, Zulfan mendengar ada suara nyaring di telinganya, lalu sebuah peluru langsung menembak pisau itu. Pisau yang terbuat dari baja hitam itu pun langsung hancur menjadi dua.Mata semua orang yang berada di ruangan itu membelalak dan ekspresi mereka terlihat tidak percaya apa yang telah mereka lihat. Senjata tersembunyi mengerikan apa sebenarnya ini sampai bisa menghancurkan baja hitam? Jika tidak melihatnya secara langsung, mereka mungkin tidak akan percaya saat ada seseorang yang membahas kejadian ini pada mereka.Wira menyapu debu dari tangannya dan tersenyum, lalu berkata dengan tenang, "Kamu nggak perlu omong kosong denganku. Nggak perlu juga membuat adegan berdarah ini di depanku, aku nggak suka melihat adegan kotor seperti itu."Aariz segera menganggukkan kepala, lalu membuang pisau di tangannya dan kembali ke samping Wira. Meskipun Keluarga Abizar adala
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m