Home / Romansa / SERPIHAN DENDAM MASA LALU / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of SERPIHAN DENDAM MASA LALU: Chapter 61 - Chapter 70

115 Chapters

Apakah Kita Pernah Bertemu?

Pagi harinya, setelah sarapan bersama, Alexander dan Rafh sudah akan bersiap untuk pergi dinas lagi.Semalam saat Rianne terbangun lagi, Alexander menjelaskannya perlahan, bahwa dia akan pergi untuk beberapa waktu kedepan.Rianne hanya mengiyakan, bahkan sudah mengatakan bahwa dia akan berhati-hati."Ingat pesanku. Jangan pulang terlalu malam." Rianne mengangguk."Sebenarnya lebih baik kau di mansion, disana jauh lebih aman untukmu tapi--,"Alexander menghentikan ucapannya saat Rianne memeluknya, "Aku manusia, aku butuh kebebasan, lagi, aku ingin bekerja seperti biasa."Alexander menghela napas pelan, dia mengusap rambut Rianne pelan, "Aku percaya padamu. Ingat kalau ada yang mengganggumu, kau bisa membalasnya, jangan takut aku akan membelamu."Rianne hanya berdehem, "Usiamu sudah hampir 28 tahun, kau tenang saja, aku bisa menjaga diri dengan baik." Rianne sedikit berbisik karena Rafh dan Anita menatap mereka yang masih saling berpelukan.Alexander tersenyum kecil, sepulangnya nanti d
Read more

Dia Mencarimu Terus

Malam harinya, di tempat yang berbeda, Viola menatap marah Orion yang baru saja kembali, entah dari mana.Seperti biasa Orion acuh dan tidak memperdulikan keberadaan Viola. "Kau dari mana?" Tanya Viola."Bukan urusanmu. Kau siapkan saja aku makanan, aku lapar." Viola yang mendengar itu lantas melemparkan beberapa kertas di meja. Orion meliriknya dan menatap datar Viola."Aku ingin kita bercerai." Ucap Viola santai. Orion yang mendengar itu melangkah mendekati Viola dan meraih kertas yang tadi Viola lemparkan. Membaca dengan teliti lalu meraih pulpen yang tidak jauh dari sana."Beres. Kita sudah tidak ada hubungan apapun sekarang." Orion kembali melemparkan kertas yang tadi Viola lemparkan padanya."Hah! Aku tidak sangka kau sangat menginginkan perpisahan kita." Ejek Viola."Bukan aku yang menginginkannya, kau lupa siapa yang menyerahkan surat cerai?" Sindir Orion, dia membenarkan lengan kemejanya."Karena kau yang tidak pernah menganggap pernikahan kita. Kau lebih menginginkan wanita s
Read more

Kau Mencintainya?

Alexander mehatap Caroline yang tersenyum merekah, ada yang salah dengan wanita yang selama ini mengejarnya seperti hantu. Caroline sadar dengan tatapan Alexander, wanita cantik itu melanjutkan, "Aku lelah. Kau memang tidak mencintaiku, kan? Sudah seharusnya aku mengalah dan membebaskanmu." Katanya dengan menatap sayang Alexander."Sepertinya kau pernah terjatuh? Ada yang berubah dengan isi otakmu." "Ck, kau ini. Jangan sampai aku berubah pikiran dan kembali mengejar dan menempeli mu sepanjang hidup." Kata Caroline menggoda.Menghela napas panjang Caroline mengisi kembali gelasnya, "Aku tahu, kau sangat mencintai wanita itu." Yang Caroline maksud adalah Rianne. Caroline melanjutkan, setelah menyesap sedikit minumannya, "Aku ingin terbang bebas, dan kau tidak akan bisa menemaniku karena pekerjaanmu, bukankah itu hal yang membosankan?""Kau ingin kemana?" Tanya Alexander, dia menyesap sedikit minumannya. "Ke mana saja. Aku ingin menjalani hidup dengan kemauanku." Alis Alexander salin
Read more

Ayo Kita Kembali

"Orlando, ada apa? Kenapa kau bertanya seperti itu?" Rianne merasa ada yang aneh, tatapan Orlando terlihat berbeda."Rianne. Kalau aku katakan aku juga mencintaimu bagaimana? Kau akan memilihku atau memilihnya?"Orlando menggenggam tangan Rianne, menatap wajah cantik di hadapannya, "Aku tidak tahan kalau terus menahan perasaanku sementara wanita yang aku cintai harus memilih pria lain yang tidak baik untuknya.""Orlando, kita memang sahabat, tetapi mengatakan Alexander pria tidak baik, bukan hal yang ingin aku dengar."Orlando tertawa membuat Rianne bingung, "Kau sudah mengakuinya, kau mencintainya, kan?" Orlando mengubah ekspresi wajahnya, dia kembali menambahkan, "Sebenarnya aku tidak menyukainya, dia pernah menembak ku dua kali, dan merebut cinta sahabatku, tapi saat melihatmu bahagia, aku merasa baik-baik saja." Orlando menepuk punggung tangan Rianne pelan."Orlando, kau salah paham, aku dan Alexander memang berteman biasa, selain dari aku harus melunasi sisa hutang kakakku.""Aku
Read more

Aku Yang Melakukannya

"Orion ... lebih baik sekarang kau pergi sebelum mereka membuatmu tidak bisa berjalan lagi." Peringat Rianne."Kau mengusirku, lag? Rianne, kau berubah." Protes Orion, karena Rianne adalah wanita lembut sebelum bertemu dengan Alexander."Terserah. Sekarang pergilah!"Sementara itu di tempat yang berbeda, Orlando sudah menyusun rencana untuk bertemu dengan Orion. Pria itu, sudah merusak adiknya dan ternyata juga menjadikan Rianne sasarannya."Apakah Orion sudah meninggalkan kedai Rianne?" Tanya Orlando pada salah satu anak buahnya."Sudah Tuan. Saat ini nona sudah dalam perjalanan pulang." Lapornya lagi. Orlando sedikit lega, dia tidak akan bisa tenang selama Orion masih berkeliaran di dekat Rianne nya."Terus awasi kemana Orion pergi, beritahu aku dimana dia tinggal." Pria yang menjadi anak buahnya mengangguk kemudian undur diri"Bagaimana bisa Lyora percaya dengan pria bodoh itu?" Kesal Orlando. Di saat dia sangat cemas, ponsel miliknya berdering. Tidak menunggu lama Orlando menerima
Read more

Bodoh! Hanya Menabrak Saja Tidak Bisa

"Hum. Bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tidak bertemu." Ucap Viola setelah pelukan melerai pelukan mereka."Sangat baik. Ada apa?" Rianne bertanya karena tidak biasanya Viola mencarinya. Terakhir kali Viola mencarinya adalah saat tragedi penabrakan Lyora. Lalu sekarang apa?Viola terkekeh, "Kau ini, kenapa wajahmu terlihat aneh? Aku tidak sengaja lewat dan melihatmu. Apakah aku tidak boleh mengunjungimu?" Rianne mengangguk, dia memanggil Anita dan memintanya membuatkan coffee milk untuk Viola."Eh, bukan. Maksudku, tidak biasanya kau mencariku." Riane meminta Viola mencoba minumannya. Dengan senang hati Viola mencoba dan mengakui kalau coffee milk yang Anita buat memang sangat enak."Aku hanya ingin menjalin pertemanan denganmu. Ya, kita memang teman, tapi tidak ada salahnya kalau kita menjadi teman baik, kan?" Rianne mengangguk, tidak curiga sama sekali.Tidak lama, Orlando datang dengan tergesa, Rianne berdiri karena tidak biasanya Orlando datang dengan wajah pucat."Orlando ... ad
Read more

Dia Tidak Bernapas Tuan

Tatapan Alexander semakin tajam, Roi menunduk karena ini adalah kesalahannya. "Aku tidak ingin mendengar laporan seperti ini lagi." Alexander berdiri dan membelakangi Roi, pria itu melanjutkan, "Untuk sementara jangan memberitahu Anna kalau aku sudah kembali, awasi terus dia, laporkan siapa saja yang menemuinya setiap hari." Roi mengangguk."Kau bisa kembali, ingat, awasi Orion dan Orlando setiap kali mereka datang."Tidak lama Roi pergi meninggalkan ruangan Alexander, sekarang tinggallah dia dan Rafh saja. "Tuan ... bagaimana dengan nona Viola, bukankah dia sangat berbahaya?"Alexander berbalik menatap dingin Rafh yang sejak tadi berdiri di samping sofa, "Duduklah! Lebih baik kita minum." Alexander duduk dan menuangkan minuman dalam gelas Rafh.Pria yang menjadi tangan kanannya itu terlalu canggung jika sudah seperti ini. Alexander menatap Rafh dalam, "Bagaimana dengan Caroline? Kenapa tidak membawanya bersamamu?" Alexander menggoyangkan gelasnya angkuh."Tuan, saya--,""Masih saja
Read more

Oh, Maafkan Aku

Tidak lama, suara pentopel terdengar mendekat, anak buah Orion sudah siapa, tetapi baru saja akan mengacungkan senjata, sejua suh tubang karena senjata yang mereka pegang jatuh karena tembakan yang Rafh berikan.Alexander tersenyum hangat pada teman lamanya, kemudian menatap datar pada mayat Orion yang kali ini Alexander yakin bahwa pria ini sudah benar-benar tiada."Kau ... apa yang kau lakukan?!" Orlando begitu marah, dia belum mengetahui dimana Lyora tetapi Alexander sudah menembak saja sasarannya."Kenapa kau marah? Aku memudahkan langkahmu." Alexander duduk di sofa dimana tadi Orion duduk, pria arogan duduk dengan menyilang kaki.Orlando memejamkan mata kemudian mengarahkan senjatanya pada Alexander tepat di kepala musuh sesungguhnya, "Kapan kau berhenti ikut campur tuan Alexander Darius? Kau sudah keterlaluan kali ini." Orlando menekan setiap kata-katanya."Aku menyesal karena dulu tidak langsung membunuhmu." Orlando sudah akan menarik pelatuk, tetapi tawa Alexander menghentikan
Read more

Kapan Kau Kembali?

Rianne berdiri dan membelakangi Alexander yang bingung, "Perbaiki dulu handukmu." Alexander melihat ke arah handuknya yang memang sudah tidak terselamatkan, hanya menutup setengah dari pusaka miliknya."Kalau sudah, gunakan pakaianmu setelah itu kita sarapan bersama." Alexander menurut, dia mengambil pakaian yah sudah Rianne siapkan untuknya. Setelahnya barulah dia menyusul dimana Rianne sudah duduk menatap sarapan mereka berdua di halaman belakang rumahnya."Kapan kau kembali? Kenapa tidak pernah menghubungiku." Cerca Rianne setelah menyuapi Alexander nasi goreng yang Anita buat."Semalam. Aku tidak mungkin menghubungimu walaupun aku sangat ingin." Ucapan Alexander dengan terus menatap lurus wajah cantik wanitanya."Kenapa? Nona Caroline tidak membiarkannya?" Rianne tidak akan marah, karena sebenarnya dialah wanita lain diantara Alexander dan kekasihnya."Bukan. Itu ... karena aku tidak bisa menahan rindu dan menyebabkan pekerjaanku tertunda."Rianne mencebik, demi apapun dia tidak a
Read more

Rianne Tidak Bersalah

Karena tidak bisa menahan diri, Alexander terus menyerang Rianne tanpa henti, kedua tangannya tidak tinggal diam. Desahan kecil keluar dari bibir mungil Rianne yang sudah mendongak karena sensasi gila yang Alexander berikan.Tidak menunggu lama, setelah pemanasan panjang, akhirnya penyatuan terjadi, Alexander mengerang karena rasa nikmat yang di rasanya.Tidak rugi jika dia berpuasa lama, sampai Caroline kesal pun Alexander masih bisa menahan diri untuk tidak memangsa wanita yang akhirnya menyerah mendapatkannya.Keduanya melupakan begitu saja apa yang sudah pernah mereka lakukan bersama. Awalnya Caroline tidak ingin menyerah tetapi, Caroline merasa kalau semakin lama Alexander semakin terasa jauh darinya.Dia memiliki impian mengelilingi dunia, jika waktunya dibuang untuk menunggu sampai Alexander menyukainya, bisa dipastikan sampai dia mendekat dengan ajal, impian nya tidak akan terwujud.Hentakan demi hentakan berlangsung, Rianne menutup mata karena tidak tahan dengan rasanya."Buk
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status